Sekitar lima puluh orang, berdiri di lapangan IPT ( Institut Pariwisata Trisakti ) di daerah jakarta. Sebagain siswa-siswi terlihat menggunakan jas berwarna hitam di balut dengan kemeja putih. Sementara para mahasiswa laki-laki terlihat menggunakan rompi di balut kemeja putih dengan dasi kupu-kupu di bagian kerahnya.
Mereka Semua merupakan kumpulan anak yang mendapatkan beasiswa gratis dari pihak kampus IPT. dan hanya mendapatkan pembelajaran selama enam bulan untuk pelatihan, selain itu, jurusan yang mereka ambil adalah Barista atau bisa kita sebut, seorang peracik kopi.
Saat ini, mereka semua tengah memperhatikan salah satu dosen yang tengah berdiri di tengah lapangan. Setelah menjalani pembelajaran selama enam bulan akhirnya mereka lanjut ke tahap magang. Dimana istilah magang bisa di sebut. Pelatihan kerja di setiap perusahaan yang di tentukan dari kampus.
"Selamat pagi, baik di sini saya akan umumkan penempatan untuk kalian magang di hotel nanti. Saya harap kalian bisa menerima apa yang jadi keputusan dari saya. Karena kalau kalian menolak, kalian boleh angkat kaki dari sini, tentunya akan di kenakan denda sebesar 3000.000 untuk siapapun para mahasiswa yang tidak menyelesaikan tugasnya dengan benar."
Semua mahasiswa terlihat saling berbisik-bisik. Saling membicarakan perihal denda yang di sebutkan oleh dosen tadi.
"Oke, untuk yang saya sebutkan namanya, silahkan kalian memisahkan diri persatu kelompok."
"Iqsan, Rival.. Akbar.. dan Reski. Kalian saya tempat kan di hotel sangga buana di Cipanas. Untuk masalah tempat tinggal, kalian boleh rundingan sama kelompoknya masing-masing."
Reski, dengan tinggi badan 165 itu langsung menoleh pada Rival, yang tengah berdiri di belakangnya.
"Satu kelompok kita."
Reski, terlihat basa-basi. Pasalnya, selama di kelas. Mereka saling tahu satu sama lain. Tapi tidak terlalu dekat. Mereka hanya sekedar sapa menyapa kalau mereka bertemu, Itu juga jarang.
Rival, cowok paling dingin di kelasnya. Sementara Ares, cowok itu paling aktif di kelasnya.
"Iya."
" Val, Lo tahu gak si Iqsan sama si Akbar yang mana orangnya?"
"Mana Gue tau."
Reski, terdiam, dia menatap dua orang yang tengah berdiri sambil melambaikan tangan ke arahnya.
"Oh itu..yang itu anjir."
"Yaudah, samperin aja."
Mereka berdua pun segera menghampiri Iqsan dan Akbar yang tengah berdiri di pojok lapangan.
Mereka semua terlihat saling bersalaman. Sebagai bentuk perkenalan.
"Gue Reski." Reski, mencoba memperkenalkan diri saling berjabat tangan.
"Tahu gue."
Reski,, yang mendengar itu terdiam, orang di depannya itu terlihat begitu songong. Reski, tidak mau berpikir negatif dulu. Dia sama sekali belum mengenalnya lebih dalam.
"Jadi rencana nya, gimana? Mau kost saja nih kita?" timpal Akbar, cowok berkacamata dengan tubuh sedikit ideal untuk para remaja umumnya itu terlihat bicara.
"Kalau Gue sih, mending kost saja ya, biar bisa bareng-bareng juga kan?" jawab Iqsan.
"Kalau Gue sih, ikut kalian aja." Reski, mengikuti saran dari kedua teman barunya.
"Kalau Lo?" Tanya Akbar pada Rival yang terlihat diam dari tadi.
"Gue ada sodara di sana, Deket juga rumahnya sama tempat kita magang, Kayaknya Gue engga."
Ketiganya mengangguk paham, menerima keputusan dari Rival.
"Oke, besok kumpul di rumah Gue ya, kita besok harus segera berangkat,sekalian nyari kosan di daerah sana."
••••
Btw ini kisah nyata gaesssss🔥
Comment on chapter Prolog