Dunia itu sepertinya sangat kecil, sebab tanpa aku duga, di musim semi tahun kedua aku tinggal bersama Pria Berwajah Kecil, aku justru bertemu dengan Nona Rambut Ikal, yang kini rambutnya sudah tidak ikal lagi. Dan lebih mengejutkannya lagi, rupanya dia dan Pria Berwajah Kecil saling kenal. Benar-benar dunia yang sempit, bukan begitu?
Pada saat itu aku dan juga tiga anjing lain diajak untuk jalan-jalan sore oleh Pria Berwajah Kecil. Yang jalan-jalan hanya Gunner, Gracie, dan Bailey, sementara aku dimasukkan ke dalam stroller, seperti bayi manusia. Pria Berwajah Kecil sengaja membawaku dengan stroller sebab usiaku yang semakin tua, dan saat itu kondisi kesehatanku juga sudah mulai menurun. Mengenai Pedro, dia malas untuk keluar jadi dia tidak dibawa saat itu
Lalu ketika kami semua sedang duduk santai di bawah pohon yang rindang, Nona Rambut Ikal menghampiri kami dan menyapa Pria Berwajah Kecil. Mereka berdua mengobrol dan saling menanyakan kabar masing-masing.
Aku merasa déjà vu ketika melihat hal tersebut. Itu mengingatkanku pada pertemuan antara Nona Rambut Ikal dengan Nona Pita Merah. Ah, aku jadi merindukan Nona Pita Merah dan Olly.
Kembali pada situasi saat itu. Nona Rambut Ikal rupanya melihat keberadaanku yang berada di stroller khusus anjing itu. Dia tidak mengenaliku, untungnya. Lalu dia berkata, “Anjing yang manis. Dulu aku juga pernah memiliki anjing Pomeranian seperti dia. Namanya adalah Molly, tetapi sayangnya dia sudah mati karena tidak sengaja memakan racun tikus. Aku adalah pemilik yang ceroboh.”
Sungguh menggelikan dan sangat menyebalkan ketika Nona Rambut Ikal berkata seperti itu. Rupanya, saat Nona Rambut Ikal mengatakan hal itu, Gunner langsung mengetahui jika perempuan itu adalah pemilik lamaku.
“Dia pemilik lamamu, ya?” tebak Gunner yang hanya aku jawab dengan anggukkan kepalaku saja. “Kurasa dia tidak mengenalimu.”
“Ya, dia memang tidak mengenaliku dan itu sangat bagus,” jawabku.
“Bolehkah aku menggigitnya?” tanya Gunner yang membuatku justru memelototinya. “Kenapa? Tidak boleh ya?”
“Tentu saja tidak boleh!” jawabku. “Jika kau tiba-tiba menggigitnya, kau akan mendapatkan masalah, Gunner.”
“Hei, apa yang sedang kalian bicarakan dengan berbisik seperti itu?” Bailey rupanya mendengar pembicaraan kami yang memang berbisik, tidak ingin sampai dia dan Gracie mendengar juga.
“Wanita itu pemilik lama Molly,” jawab Gunner tiba-tiba.
“Woah, benarkah itu?” Bailey menatapku dan aku menjawab pertanyaannya dengan anggukkan kepalanya. “Tetapi kenapa dia tidak mengenalimu? Atau jangan-jangan dia berpura-pura tidak mengenalmu?”
“Tunggu sebentar.” Gracie menginterupsi. “Jika dia adalah pemilik lamamu, apakah anjing bernama Molly yang dimaksudnya adalah kau?”
“Itu benar sekali.” Gunner yang membantuku untuk menjawab pertanyaan tersebut.
“Tunggu sebentar lagi!” seru Bailey heboh. “Jika Molly yang perempuan itu maksud adalah kau, lalu kau ini apa? Apa kau ini hantu?”
Aku dan Gunner tidak bisa menahan tawaku saat mendengar pertanyaan yang diajukan Bailey. Kebetulan sekali aku memilih untuk tidak menceritakan kisah masalaluku pada Gracie, Bailey, Ruby, dan juga Leo. Alasannya? Karena aku bosan untuk membahasnya. Tetapi ternyata hari itu aku justru kembali harus membahasnya.
“Aku bukan hantu, Bailey,” jawabku.
“Kalau begitu bisa kau ceritakan apa yang terjadi sebenarnya, Nona Molly?” tanya Gracie yang terlihat penasaran.
Dan kembali aku menceritakan kisah kelamku yang terjadi hampir tiga tahun yang lalu itu. Gracie dan juga Bailey terlihat terkejut setelah mendengarnya. Mereka juga marah besar, bahkan Gracie jika talinya tidak ditahan kuat oleh Pria Berwajah Kecil, mungkin dia akan menyerang Nona Rambut Ikal yang masih berada di sana, sibuk mengobrol dengan pemilik baruku.
“Astaga, kenapa dia justru menahanku. Aku ingin sekali menggigitny! Perempuan itu pantas aku cabik-cabik tubuhnya!” ujar Gracie dengan penuh emosi.
“Wow, wow, wow, tenanglah cantik. Aku juga sangat ingin menyerang perempuan itu, tetapi Molly melarangku. Akan menjadi masalah besar bagi Pria Berwajah Kecil jika sampai kita menyerangnya,” ujar Gunner sambil berusaha menenangkan Gracie.
“Nona Molly, kenapa kau baru menceritakan itu sekarang? Kenapa dulu saat kau pertama datang ke rumah tidak menceritakan hal itu?” tanya Bailey.
“Itu karena aku sudah merasa bosan untuk menceritakan kisah menyedihkan itu. Makanya aku memilih untuk tidak menceritakannya. Tetapi ternyata, hari ini aku kembali menceritakan hal itu,” jelasku.
“Sekarang kau sudah berada di tempat yang tepat, Nona Molly. Pria Berwajah Kecil adalah orang yang sangat baik, dia tidak akan meracunimu. Percayalah padaku,” ujar Gracie.
Lalu pertemuan antara Pria Berwajah Kecil dan Nona Rambut Ikal tidak berakhir di café, seperti saat dia bertemu dengan Nona Pita Merah. Keduanya segera berpisah karena Nona Rambut Ikal dipanggil oleh pria lain, yang aku rasa itu adalah kekasih barunya, tetapi aku tidak peduli sama sekali. Tidak lama setelah itu, kami juga beranjak dari tempat duduk kami untuk kembali pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, Bailey dengan heboh menceritakan pertemuan kami semua dengan Nona Rambut Ikal. Ruby dan Leo kebingungan dengan siapa sosok yang dimaksud Bailey, tetapi Luna yang sudah tahu tentang Nona Rambut Ikal justru bersikap heboh.
“Kau bertemu dengan pemilik lamamu itu? Lalu bagaimana dengan kabar dia? Apa dia mengenalimu?”
“Dia tidak mengenaliku,” jawabku.
“Tetapi yang menyebalkannya adalah, dia berpura-pura sedih saat menceritakan cerita bohong yang terjadi pada Molly,” jelas Gunner. “Jika kau melihat wajahnya, mungkin kau akan mencakar wajah itu, Luna.”
“Bahkan aku, setelah mendengar apa yang terjadi pada Nona Molly, aku hampir menyerang perempuan itu. Untung saja Pria Berwajah Kecil menahan taliku, dan Gunner menenangkanku. Jika tidak, kaki Perempuan itu akan habis olehku,” ujar Gracie yang masih tetap terdengar emosi.
“Jika aku jadi kau, Gracie. Mungkin aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari Pria Berwajah Kecil agar aku bisa menyerang pemilik lama Molly,” ujar Pedro.
Senang rasanya karena memiliki teman-teman yang mendukungku dan sangat baik padaku.