Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya.
Kurasa kalimat itu memang benar adanya. Dan aku melihat hal tersebut pada sosok Gunner.
Anjing German Sheperd berusia lima tahun itu memang memiliki penampilan yang sangar. Wajahnya seolah mengatakan, “Berani macam-macam denganku, maka nyawamu taruhannya.”
Tetapi kenyataannya dia berhati lembut dan baik. Terbukti saat dia membantuku ketika dihadang sekelompok kucing liar. Lalu dia juga ternyata membantuku untuk mendapatkan makan malam di hari itu.
Aku pikir ketika Gunner tiba-tiba pergi begitu saja setelah aku bertanya tempat yang bisa memberiku makanan, dia tidak mau memberitahuku tempat seperti itu.
Tidak tahunya dia pergi agar aku mengikutinya juga. Tetapi saat itu aku tidak mengerti kode yang dia berikan, dan justru berpikir dia anjing yang pelit dalam hal berbagi makanan.
Saat itu, ketika Gunner menyadari aku tidak mengikutinya, dia berhenti melangkah, lalu menoleh ke belakang dan menyuruhku untuk mengikutinya karena akan menunjukkan tempat yang bisa memberiku makanan lezat.
Aku sungguh menyesal karena sempat berpikir dia anjing jahat dan pelit. Tolong maafkan aku, Gunner.
Kami berdua pada akhirnya menikmati makanan yang kami temukan. Tidak ada acara bincang-bincang sepanjang kami makan. Sebab kata Gunner, “Sangat tidak baik berbicara ketika sedang makan. Waktunya makan kita harus makan, dan akan ada waktunya bagi kita berbicara setelah selesai makan.”
Setelah melewati keheningan beberapa saat, perut kami akhirnya kenyang dan barulah kami saling berkenalan dan berbagi cerita.
“Jadi, apa yang dilakukan anjing berukuran kecil sepertimu di kota yang keras ini?” tanya Gunner setelah kami berdua kenyang menikmati makan malam kami.
“Aku sedang mencari pemilik baru,” jawabku.
“Kenapa kau mencari pemilik baru? Apa yang dilakukan pemilik lamamu memangnya?”
Aku mulai menceritakan apa yang aku alami di rumah Nona Rambut Ikal pada Gunner; dimulai dari perubahan sikap Nona Rambut Ikal setelah dia putus dengan Pria Berjanggut, lalu cerita ketika aku mendapatkan hukuman sebab tidak sengaja memecahkan vas bunga berharganya, hingga cerita saat aku hendak diracun oleh perempuan itu.
Ada sesuatu yang menarik dari sosok Gunner selain dia adalah anjing yang baik. Kalian tahu? Sepanjang aku bercerita dia dengan serius mendengarkan ceritaku. Tidak sekalipun dia menyela ceritaku, sungguh dia pendengar yang baik. Lalu setelah aku selesai bercerita barulah dia berkomentar.
“Sungguh manusia yang kejam. Tega sekali dia memberikan racun pada makananmu,” komentarnya. “Kau sekarang pasti membencinya, bukan?”
Aku menggeleng. “Anehnya aku tidak bisa membencinya, Gunner,” jawabku. “Seberapa besar usahaku untuk mulai membencinya, aku justru terus memikirkan kondisinya saat ini. Aku mengkhawatirkan dia yang tinggal seorang diri di rumah.
“Bahkan setiap kali aku melewati tempat yang menjual makanan, minuman, ataupun hal-hal yang dia sukai, aku selalu teringat akan dia. Sulit untuk membencinya, Gunner.”
Aku terdiam sejenak, memperhatikan Gunner yang juga sedang diam dan memandangiku. Tepatnya dia menatap langsung pada kedua mataku.
“Sepertinya alasan kenapa aku tidak membencinya karena dulu dia pernah bersikap sangat baik padaku. Jadi, kebaikan-kebaikan yang dia berikan padaku itu seolah menjadi dinding yang mengelilingiku, sehingga aku tidak bisa membencinya.”
Gunner tidak berkomentar lebih lanjut, dia hanya menatapku saja. Tatapannya saat itu sangat menunjukkan bahwa dia turut merasa sedih dengan apa yang telah terjadi pada kehidupanku.
“Semoga saja suatu hari nanti kau bisa mendapatkan pemilik yang benar-benar tulus dalam menyayangimu, Molly,” ucap Gunner yang aku aminkan.
“Lalu, bagaimana dengan kisahmu? Kenapa kau bisa berkeliaran di kota ini?” tanyaku yang juga penasaran dengan kisah dari anjing besar itu. “Dan kalau boleh tahu, kenapa kau bisa mendapatkan luka pada matamu itu? Apa dulu kau adalah anjing kepolisian?”
“Aku bukan anjing kepolisian. Lalu mengenai luka pada mataku ini,” Gunner menyentuh matanya dengan kaki depannya, “pemilikku yang melakukannya.”
“Astaga! Tega sekali dia melakukan itu padamu!” seruku setelah tahu penyebab luka yang dimiliki Gunner.
Gunner tiba-tiba tertawa, membuatku kebingungan. Lalu dia berkata, “dia tidak sengaja melakukannya, Molly. Saat itu dia sangat merasa bersalah setelah tidak sengaja melukaiku. Dia juga segera membawaku ke dokter agar aku bisa mendapatkan pertolongan dengan cepat.”
“Oh, aku pikir dia sengaja melakukannya,” ujarku. “Maaf karena sudah menuduh pemilikmu kejam.”
“Tidak masalah.”
“Bagaimana dengan alasan keberadaanmu di kota ini? Apa kau kabur dari rumah, atau jangan-jangan pemilikmu membuangmu?” Aku terdiam sejenak. “Ibuku pernah berkata, beberapa manusia jika sudah bosan dengan hewan peliharaannya atau jika hewan peliharaannya sudah tua dan sakit, mereka memilih membuangnya ke jalanan. Karena dulu ibuku juga seperti itu.”
“Tebakanmu semuanya salah, Molly,” ujar Gunner yang terlihat tidak suka dengan apa yang aku sampaikan.
“Oh? Maafkan aku kalau begitu,” sesalku.
“Tidak masalah,” jawabnya singkat. “Aku berada di kota ini sebab aku sedang mencarinya.”
Sama seperti yang dilakukan Gunner ketika mendengar ceritaku, aku juga memilih untuk memasang pendengaranku dengan tajam dan menutup mulutku.
“Tahun lalu pemilikku pergi dari rumah untuk merawat ibunya yang sedang sakit, itu yang dia katakan kepadaku. Aku ditinggal di rumah sebab katanya dia tidak akan lama, hanya tiga hari saja. Tetapi saat tiga hari sudah berlalu, dia tidak kunjung kembali pulang. Aku sangat mencemaskannya dan bahkan berpikir mungkin sesuatu yang buruk telah terjadi padanya.
“Di hari ke lima setelah dia pergi, aku sudah kehabisan makananku dan pemilikku itu belum juga kembali. Jadi pada akhirnya aku memutuskan keluar dari rumah untuk mencarinya. Tanpa aku sadari, aku sudah pergi terlalu jauh dari rumah dan aku tidak ingat lagi jalan pulang. Akhirnya aku tersesat di kota besar ini sambil terus mencari keberadaan pemilikku itu,” cerita Gunner.
Mendengar cerita dari Gunner, menurut pemikiranku pemiliknya itu sudah membuangnya tanpa dia sadari. Pemiliknya membuang dengan cara mengabaikannya di rumah. Tetapi, aku tidak mengatakan asumsiku itu pada Gunner. Jika aku mengatakannya, dia pasti akan marah besar padaku.
“Aku benar-benar merindukannya,” ucap Gunner seraya dia memandang langit malam yang cukup cerah saat itu.
“Semoga kau juga bisa menemukan keberadaan pemilikmu, Gunner.”
“Semoga.”