Lilin-lilin Kasih
SEKAPUR SIRIH
Sejarah adalah pelajaran bagi umat manusia dari rangkaian peristiwa-peristiwa, kisah-kisah untuk menuju sebuah peradaban yang lebih baik dan sejahtera. Sejarah adalah petunjuk untuk mengetahui sebab akibat, apakah sebuah bangsa bisa mencapai kejayaannya dan sebab musabab hingga bisa mengalami kehancuran. Benang merahnya adalah kemanusiaan itu sendiri (humanity), akhlak, keikhlasan dalam kebaikan, kebenaran, cinta kasih, dan suatu bentuk pengorbanan serta dengan sendirinya berguna untuk menuju kebangkitan kembali yang terus menerus tercipta dalam menuju kelestarian alam, kemakmuran dan sejahtera yang begitu mempesona luar biasa – terutama bagi kesehatan tentunya yang diharapkan berguna bagi anak cucu penerus bangsa.
Pada awal mulanya, buku kecil dan sederhana dari ‘Airmata di ujung Timur’ dan ‘Lilin-lilin Kasih’ ini, sebenarnya telah kami berikan kepada para sahabat-sahabat kami untuk kegiatan HIV/AIDS dan gizi buruk – Candlelight Indonesia pada beberapa kota di Indonesia dalam jumlah yang tidak banyak, yaitu berupa sentuhan-peduli, panduan, dan renungan kesehatan. Responnya cukup baik, karena telah memunculkan pagelaran-pagelaran dalam ibadah-ibadah terutama di Jayapura dan beberapa kota di Papua dan Irian Jaya oleh YPPM. Bahkan, sahabat-sahabat di sana telah membuat tim puisi/senandungnya sendiri di Jayapura dan tersosialisasi dalam bentuk irama lagu-lagu rohani di Sangir, Manado dan Surabaya yang lirik irama simfoninya diaransemen oleh Bapak Hans Tompo dari Manado.
Berbagai rekomendasi, penghargaan-penghargaan dari berbagai pihak terkait, KPA Jayapura, petinggi negara, dan media surat kabar yang telah menumbuhkan semangat karya kami di mana kiranya dapat turut serta mengisi khasanah kesusasteraan Indonesia bagi kelayakan hidup sehat dan kesehatan itu sendiri, semoga.
Terima kasih tak terhingga kepada sekalian sumber sari dan para kerabat yang terutama kami sampaikan kepada Julia Karnadi - isteriku terkasih dan Cinde (Cindy, Inez, Devin) - anak-anakku serta para sahabat-sahabatku yang telah mendukung baik moril maupun materiil, serta meluangkan waktunya untuk dapat kiranya naskah ini diterbitkan.
Salam Damai Sejahtera,
Anton V.W.
antonvwDI PASIR PESISIR
Yang silam,
Berbaur dengan yang sekarang,
Dan yang sekarang,
Diam-diam membayang,
Pada yang akan datang.
Tubuhku layu dihisap waktu,
Aku tak ingat lagi!
Ketika menulis pada buku putihku,
Kejutan bunyi serta lompatan imaji,
Antara duka dan cahaya,
Keindahan dan kasih.
Aku terjerat, tak ingat lagi,
Kapan siang berganti,
dan malampun merayap rangkak,
di pasir pesisir,
Kutulis nama-nama lengkap para sahabat,
Menghitung jejak kaki-kakiku di pasir,
Bersama hari-hariku,
Dan, aku berada di ujung pesisir.
Dengan rangkaian imaji biola,
Walsa, parfum, darah, patung serta piala,
Menuju tempat kalian?
Orang-orang yang sunyi tersembunyi,
Di balik buramnya airmata-airmata,
Tiba-tiba langit mendung gelap gulita,
Menghapus riwayat kisah beranting gering,
Menghantarkan mimpi impian kasih,
Kepada pemilik mendung berbeban berat,
Kepada luka cuka, kepada pilu duka.
Namun,
Aku sungguh masih percaya,
Alur itu masih tetap ada mengalir,
Di antara para sahabat-sahabatku,
Di antara kasih mereka dan kasih kita,
Dan, kutahu lilin-lilin kasih itu,
Masih terus bersinar,
Meski sesekali, meski temaram,
Diantara kasih mereka dan kasih kita,
Yang masih menyatu!
|
How do you feel about this chapter? |
|||||
|
|
|
|
|
|
| 0 | 0 | 0 | 0 | 0 | 0 |
Similar Tags
