Read More >>"> Love Each Other (1. Mutualisme) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Each Other
MENU
About Us  

Terkadang malam-malam yang hanya diisi dengan kesendirian membuatnya bosan. Pergi ke bar menikmati musik menjadi satu-satunya pilihan hidupnya lima tahun belakangan. Tuntutan pekerjaan yang berat dengan berbagai tekanan berhasil mengubah hidupnya. Dia menjadi jauh dengan Tuhan. Terkadang dia merasa tidak menemukan tempat yang nyaman. Terkadang juga dia mempertanyakan apa arti semua uang yang dia miliki jika tidak ada seorang pun yang menemaninya.

Cinta? Berbagai macam cara yang sudah dia coba untuk dekat dengan wanita yang pernah ditemuinya. Beberapa bahkan dikenalkan oleh rekan kerjanya. Namun, sama sekali tidak ada yang menarik perhatiannya. Dia juga sudah mencoba untuk membuka diri, tapi semua wanita yang dia temui tidak pernah benar-benar membuatnya yakin. Sampai di umur yang ke dua puluh sembilan ini pun dia masih belum menemukan siapa orang yang tepat untuk berada di sisinya.

Mungkin menjadi pria tua yang kesepian akan dia jalani. Memikirkan kemungkinan itu pun sebenarnya dia tidak rela. Dia tidak ingin jika kehidupannya hanya akan diisi dengan dirinya seorang diri. Sementara, jauh di sana orang tuanya sudah memaksanya untuk segera menikah dan menemukan pasangan. Alasan itu yang berhasil membuatnya tidak ingin kembali ke kampung halaman untuk waktu yang cukup lama. Tekanan untuk segera menikah membuat dirinya bertambah stres.

Namun, pada tengah malam ini. Ketika kadar alkohol dalam tubuhnya telah menurun dan kesadarannya kembali ke tempat semula dia menemukan seseorang yang telah lama tidak dia temui. Wanita itu berada di satu ranjang yang sama dengan dirinya. Wanita itu berada di dalam pelukannya. Dia menatap wajah itu lebih lama dan dalam.

“Apa yang terjadi?” ucapnya sambil mencerna keadaaan. Ingatannya kembali kepada kejadian dua jam yang lalu.

Dia berada di bar bersama dengan teman-temannya. Semuanya mabuk dengan alkohol yang banyak dan dia sempat tertidur. Dia rasa dalam tidurnya dia bermimpi bertemu dengan wanita itu. Ternyata itu bukanlah sebuah mimpi, melainkan kenyataan yang ada.

Pria itu merasa panas di tangan kirinya yang menjadi bantalan wanita di sampingnya. “Dia demam?”

Pria itu segera menarik lengannya dan turun dari kasurnya. Dia turun ke lantai bawah hotel dan mencari apotek terdekat. Dia juga membeli makan malam karena perutnya lapar. Dia membeli sate yang ada di pinggir jalan. Dia ingat bahwa makanan itu menjadi kesukaan Liora. Dia ingin membelikannya untuk ucapan terima kasih.

Selama tiga puluh menit, pria itu kembali ke kamar hotelnya. Dia memasukkan satu sate ke dalam kulkas agar tidak menganggu penciumannya. Dia lalu beralih ke tempat tidur dan melihat Liora menggigil dalam tidurnya. Kemudian tangannya dengan cepat mengambil cool fever dan meletakkannya ke dahi Liora. Dia mengecek suhu tubuh wanita itu. Demamnya ternyata cukup tinggi. Pria itu lalu mengambil bagian selimutnya yang lain dan menjadikan selimut itu menjadi dua rangkap. Pria itu tidak tahu harus melakukan apa ketika seseorang sedang sakit. Dia hanya bertindak dengan pengetahuannya yang tidak seberapa.

Pria itu akhirnya menelepon teman wanitanya. Dia yakin wanita itu masih terbangun saat ini.

“Halo, Darren. Kenapa? Lo teler lagi di bar?” sapa perempuan itu sambil memberondong berbagai pertanyaan yang sering terjadi.

“Nggak. Lo tahu gimana cara nurunin demam orang nggak?” tanya pria bernama Darren itu kepada temannya.

“Siapa yang sakit? Lo lagi sama siapa? William? Fajar? Atau Jefri?” Wanita itu masih banyak bertanya karena sebelumnya Darren tidak pernah menanyakan apa pun mengenai sakit demam. Pria itu bisa langsung ke dokter seperti sebelum-sebelumnya. Begitu juga teman-temannya.

“Nggak penting siapa. Yang penting ini gimana caranya deh.”

“Lo udah beli obat? Kompres pakai cool fever?”

“Udah.”

“Yaudah tungguin aja. Bisa apa lagi emangnya?”

“Nggak membantu banget. Gue tutup aja kalau gitu.”

Darren langsung mematikan teleponnya. Tidak ada teman yang memang paham tentang penyakit. Satu-satunya cara yang dia bisa lakukan adalah membuka google. Meskipun tidak sepenuhnya bisa dipercaya, dia yakin ada cara yang terbaik yang bisa dia lakukan untuk mengurangi demam wanita itu dengan cepat. Setelah membacara ringaksan di google. Apa yang dia lakukan ternyata sudah tepat. Alhasil Darren akhirnya memilih untuk menarik sofa ke dekat Liora dan menidurkan dirinya di tempat itu.

***

Liora terbangun dari tidurnya ketika jam telah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dia mengamati sekelilingnya. Ini bukan kamar kosannya. Dia ternyata ketiduran di hotel. Lebih tepatnya di ranjang yang sama dengan Darren. Si pria yang telah sepuluh tahun tidak dia temui itu. Liora mengusap kepalanya yang pusing. Dia baru menyadari bahwa dahinya terdapat kompres penurun panas. Dia lalu melepaskan benda itu dan menggenggamnya. Dia harus pulang saat ini.

Baru saja Liora berdiri dari ranjang. Dia dikejutkan dengan seseorang yang keluar dari kamar mandi dan mengenakan handuk saja. Liora terkejut dan membuat keseimbangan tubuhnya goyah. Sebelum sempat kepalanya menyentuh kepala ranjang, tangan kiri Darren sudah menjangkau kepalanya dan tangan kanannya bertumpuan di dinding.

Liora menelan ludahnya. Kejadian ini begitu cepat sampai membuat dirinya tidak dapat mencerna apa yang terjadi. Sama seperti Liora, Darren juga secara reflek berlari untuk menjaga Liora yang bisa saja terkena gagar otak. Kedua mata mereka bertemu dan beberapa detik kemudian hanya bisa terdiam. Liora akhirnya mendorong dada Darren dengan pelan.

“Ada baiknya lo pakai baju dulu.” Liora mengalihkan matanya ke sekitar ruangan agar tidak melihat tubuh Darren yang tanpa busana.

“Oh iya. Sebentar.” Darren mengambil satu paper bag dan membawanya kembali ke dalam kamar mandi. Dia tadi melupakan paper bag itu. Alhasil dia keluar tanpa memakai baju.

Dia secepat kilat memakai pakaiannya agar wanita itu tidak lari. Entah mengapa Darren memang memiliki firasat itu. Begitu dia keluar, Liora sudah ingin membuka pintu. Darren langsung menarik lengan Liora secepat kilat.

“Lo mau ke mana?” tanya Darren dengan sedikit emosi.

“Pulang. Apa lagi? Gue mau istirahat,” ucap Liora dengan lemas. Bibirnya masih pucat dan sebenarnya matanya juga masih berkunang-kunang. Pekerjaannya membuat dia kurang tidur dan teman-temannya menambah pekerjaannya.

Darren menarik lengan Liora dan memintanya untuk duduk di ranjang. Pria itu lalu mengambil sate dan memberikannya kepada Liora. “Gue semalem beli ini. Biar saat bangun lo bisa makan. Terus minum obat.”

“Ini udah jam sepuluh. Udah waktunya check out.” Liora mengatakan alasan yang tepat.

“Buka mulut.” Darren tidak menghiraukan ucapan Liora dan memilih untuk membuat Liora mau memakan satenya. Ya meskipun dingain tapi mau gimana lagi, mereka lagi di hotel. Tidak ada dapur yang bisa menghangatkan makanan itu. “Tetep enak kan?” tanya Darren setelah Liora menelan makanan itu.

Liora hanya mengangguk. Dia lalu mengambil makanan itu dan menyuapkannya sendiri. “Lo tahu gue suka ini?”

“Tahu lah. Orang lo bikin story betapa sayangnya sama makanan itu,” ucap Darren dengan bangga.

“Oh. Gue kirain lo nggak pernah peduli sama story gue.” Liora mengatakannya dengan lirih. Dia selalu ingat apa yang terjadi di story-storygramnya. Dia juga membuatnya bukan untuk mencari perhatian Darren. Dia hanya gabut saja.

“Terkadang kalau banyak. Tapi kalau nggak ada juga gue cari,” ucap Darren dalam batinnya. Dia tidak ingin menyakiti perasaan Liora.

Setelah tiga puluh menit akhirnya Liora berhasil menghabiskan makanan itu. Meskipun sate menjadi favoritnya, dia tetap susah memakannya jika dalam keadaan sakit. Dia lalu mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang telah dibelikan Darren sebelumnya.

Dia cukup terkejut karena Darren membelikannya satu set pakaian wanita dari mulai dalaman sampai baju santai. Liora tersenyum membayangkan bagaimana pria itu membeli pakaiannya. Pasti Darren menahan rasa malu.

Tepat pukul dua belas siang, Darren dan Liora keluar dari hotel. Mereka tidak mengatakan apa pun. Liora bahkan sudah memesan taksi online. Jadi begitu sampai di hall, Liora langsung meninggalkan Darren. Darren bahkan tidak sempat mengucapkah sepatah kata. Tapi pertemuan malam ini sangat berharga untuknya. Entah mengapa melihat Liora kembali membangkitkan semangat hidupnya. Entah mengapa kehadiran Liora menjadi sangat berharga untuknya. Dia tidak ikhlas jika harus kembali berpisah dengan wanita itu. Wanita yang telah banyak berubah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dear Groom
458      324     5     
Short Story
\"Kadang aku berpikir ingin seperti dulu. Saat kecil, melambaikan tangan adalah hal yang aku sukai. Sambil tertawa aku melambaikan tangan pada pesawat yang lewat. Tapi sekarang, bukan seperti ini yang aku sukai. Melambaikan tangan dengan senyuman terpaksa padanya bersama orang lain.\"
HARMONI : Antara Padam, Sulut dan Terang
1083      481     5     
Romance
HARMONI adalah Padam, yang seketika jadikan gelap sebuah ruangan. Meski semula terang benderang. HARMONI adalah Sulut, yang memberikan harapan akan datangnya sinar tuk cerahkan ruang yang gelap. HARMONI adalah Terang, yang menjadikan ruang yang tersembunyi menampakkan segala isinya. Dan HARMONI yang sesungguhnya adalah masa di mana ketiga bagian dari Padam, Sulut dan Terang saling bertuk...
Bisakah Kita Bersatu?
565      314     5     
Short Story
Siapa bilang perjodohan selalu menguntungkan pihak orangtua? Kali ini, tidak hanya pihak orangtua tetapi termasuk sang calon pengantin pria juga sangat merasa diuntungkan dengan rencana pernikahan ini. Terlebih, sang calon pengantin wanita juga menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalani pernikahannya kelak. Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari ...
Cinta untuk Yasmine
1784      808     17     
Romance
Yasmine sama sekali tidak menyangka kehidupannya akan jungkir balik dalam waktu setengah jam. Ia yang seharusnya menjadi saksi pernikahan sang kakak justru berakhir menjadi mempelai perempuan. Itu semua terjadi karena Elea memilih untuk kabur di hari bahagianya bersama Adam. Impian membangun rumah tangga penuh cinta pun harus kandas. Laki-laki yang seharusnya menjadi kakak ipar, kini telah sah...
Jalan Yang Kau Pilih
1325      541     3     
Romance
Berkisah tentang seorang ayah tunggal yang mengurus anaknya seorang diri. Ayah yang sebelumnya seorang militer kini beralih profesi menjadi seorang pemilik kafe. Dia bertemu dengan wanita yang adalah wali kelas anaknya. Terlebih lagi, mereka adalah tetangga dan anaknya menyukai wali kelasnya itu.
Aldi. Tujuh Belas. Sasha.
466      261     1     
Short Story
Cinta tak mengenal ruang dan waktu. Itulah yang terjadi kepada Aldi dan Sasha. Mereka yang berbeda alam terikat cinta hingga membuatnya tak ingin saling melepaskan.
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
1261      806     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Reality Record
2510      860     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
Pertualangan Titin dan Opa
3092      1203     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Gray November
2782      1060     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...