Read More >>"> Dearest Friend Nirluka ([Arch 1] - Sejenak di Danau) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dearest Friend Nirluka
MENU
About Us  

Pelajaran fisika setelah istirahat makan siang selalu terasa berat bagi Abigail Raia. Dengan rambut hitam yang sebagian diwarnai oranye, perempuan yang duduk di bangku depan itu akan menyita perhatian teman-teman yang berada di belakangnya, ia nampak menghela napas panjang. Di belakangnya, Manik, memperhatikan tingkah lakunya dengan senyum kecil. mereka berdua memang nyentrik, tapi semua murid akan setuju kalau Abigail yang terbaik untuk kategori 'murid terkeren dari yang terunik di akademi.'

Pak guru fisika di depan kelas berbicara dengan serius, "baiklah, siapa yang bisa menjelaskan hukum Newton yang pertama?"

Abigail memutar-mutar pena di tangannya, terlihat gelisah. Berbisik dan nyaris tak terdengar, "aku benci pelajaran ini, bisakah aku menghilang saja?".

Manik, mendengar keluhannya, tersenyum simpul lebih lebar. Dia tahu persis ke mana Abigail akan pergi setelah kelas ini.

Sore hari, setelah jam pelajaran Fisika berakhir. Abigail berlari menuju danau di belakang sekolah. Sesampainya di sana, dia berteriak keras dan melempar batu ke permukaan air, menghasilkan beberapa pantulan sebelum tenggelam. "Aaargh! Aku benci pelajaran ini! Bisakah aku menghilang saja oh Tuhan!?".

Manik, yang mengikutinya kesana, bersandar di pagar pembatas danau yang setinggi pinggang. Dia mengamati Abigail dengan bersimpati, senyum jahilnya hilang setelah melihat perempuan itu mulai menangis.

"Mau taruhan siapa yang bisa paling jauh?" tanya Manik sembari membungkukkan badan dan mengambil satu buah batu kecil di dekatnya.

Abigail, masih dengan mata berkaca-kaca, menghapus air matanya dan tersenyum kecil, "tentu saja!"

Manik melemparkan batu yang sebelumnya ia ambil itu ke danau dengan tenaga sedikit berlebihan. Batu itu memantul enam kali di permukaan air, lalu tenggalam, "enam. Aku lebih baik, bukan?"

Abigail tertawa kecil, meski masih terlihat sedih, ia menjawab, "enggak!" dan langsung mengambil batu yang lebih besar, lebih halus, di sekitar kakinya, lalu melemparkannya ke danau. Batu itu memantul tujuh kali sebelum tenggelam. "Tuh kaan, aku yang menang tau!"

Manik terkekeh, senang melihat Abigail sedikit terhibur. "Ih, curang, ih. Tuh kaan, pelajaran fisika kamu itu lebih baik kalau di praktekkin, tau?"

Abigail yang menangis mulai tertawa setelah terhibur dengan gurauan Manik, "tapi, tapi... aaaargh, tetap saja, menyebalkan!" teriaknya ke arah Danau sekeras-kerasnya sambil memegang pagar pembatas dengan erat karena takut terjatuh.

Manik mendekati Abigail, melihatnya dengan tatapan lembut. Dia berpikir tentang betapa lucunya Abigail, yakni perempuan yang di pagi hari mereka bisa berdebat di forum dan sore harinya dia menemani perempuan yang sama itu menangis di danau karena pelajaran fisika yang sama sekali tidak ia pahami. Siapa yang menyangkanya.

Sejenak mengingat waktu yang ia habiskan dengan Abigail dan Nirluka hari ini, Manik sendiri kemudian menjadi heran, kenapa dia bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama Nirluka untuk membahaskan Navaphare daripada perempuan yang bersamanya saat ini? Meski dirinya sendiri tahu bahwa Abigail bisa untuk dia ajak diskusi sebagaimana ia melakukan itu bersama Nirluka.

Manik tidak tahu jawabannya, namun, beraktivitas bersama Abigail membuatnya merasakan hidup. Manik tahu itu dengan benar, ia berpikir bahwa Abigail adalah perempuan yang lucu, namun orang yang pertama kali ia temui untuk merampungkan Navaphare adalah Nirluka. Lelaki itu merasa bersalah terhadap dirinya sendiri.

Senja mulai turun, Manik memutuskan untuk mengantarkan Abigail ke gerbang asrama putri. Mereka berhenti sejenak, menikmati kebersamaan yang hangat dan bertukar batu tanda penghormatan kepada Abigail yang menang dalam perlombaan melempar batu melawan Manik.

"Terima kasih, Manik. Kamu selalu ada buat aku." Jawab Abigail tersenyum lebar.

Manik membalas ucapan itu dengan senyuman, sembari memamerkan batu kecil pemberian perempuan itu, "kapan saja, Abigail. Aku selalu ada untukmu."

Abigail memasuki asrama, meninggalkan Manik yang masih berdiri di gerbang. Dengan senyum kecil di wajahnya, Manik merasa hidup setelah menghabiskan waktu bersama Abigail. Dia tahu, meskipun hari ini penuh tantangan, ada keindahan dalam momen-momen kecil seperti ini.

Benar, hal-hal kecil itu membahagiakan. Menurut Manik, baik itu berdiskusi dengan Nirluka yang jenius atau melakukan hal-hal jenaka bersama Abigail. Ia memasukkan batu pemberian abigail di saku celana, tersangkut, sadar bahwa Manik sebelumya memasukkan sampah bungkus camilan milik Abigail di sana setelah berniat membuangnya ke tempat sampah sementara ia kemudian lupa melakukan itu.

"Dasar," ucapnya sembari berlalu dan tersenyum mengingat kedua perempuan itu, memilih untuk menyimpan kedua benda tersebut di saku berbeda agar muat, Manik tidak berpikir untuk membuang benda-benda itu.

.

"Begitulah ceritaku hari ini, aku tidak begitu mengerti mereka," dan boom, tiga poin di dapatkan kelas A dalam pertandingan bola basket setelah Aegis melemparkan bola ke keranjang dari luar lingkaran dengan memberikan lompatan yang penuh tenaga. Manik melihatnya dari bangku tepi lapangan karena ia tidak begitu bagus ketika bermain, memilih untuk berbincang dengan Seynald yang sama-sama kerap di cadangkan pada setiap sesi latihan.

Peluit panjang ditiup oleh guru olahraga, sesi latihan basket yang melelahkan itu selesai, membuat Manik dan temannya, Seynald, yang duduk di bangku panjang tepi lapangan berbaur ke tengah lapangan dan meneriakkan yel-yel kemenangan mereka sore ini, sebelum berpencar untuk pulang ke asrama atau melanjutkan aktivitas masing-masing.

Masih mengenakan seragam basket, Manik menatap langit senja yang mulai menggelap, sementara Seynald mengikat tali sepatu yang longgar. "Lalu kau benar-benar mengatakan itu kepadanya kan?" tanya Seynald, sambil mengangkat alisnya dengan penasaran.

"Tidak semuanya," jawab Manik, sambil memutar-mutar bola basket di tangannya. "Aku merasa belum siap untuk mengatakannya semua."

Seynald tertawa kecil, "ya, kadang sulit untuk jujur pada seseorang, apalagi jika itu melibatkan perasaan kita."

Manik mengangguk, "benar. Tapi setidaknya kami berdua bisa mendiskusikan banyak hal. Rasanya seperti ada yang mendengarkan dan memahami."

Seynald menepuk bahu Manik, "itu bagus, kawan. Setidaknya ada seseorang yang bisa diajak berbagi."

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen itu. Mereka tahu bahwa dalam keheningan tersebut, banyak hal yang tersampaikan tanpa kata. Langit petang membawa masing-masing pemain mulai berlarut hilang dari pandangan.

Manik menatap Seynald dengan rasa ingin tahu, "menurutmu, apa yang diperlukan seseorang untuk bahagia di dunia ini?"

Seynald menatap langit yang mulai memerah, merenung sejenak sebelum menjawab, "Hal sederhana," lantas dirinya kemudian tersenyum.

"Saat ini?" tanya Manik, menambahkan pertanyaannya dengan lebih spesifik.

"Melakukan beberapa hal sederhana yang bermakna," jawab Seynald dengan mantap. "Seperti menikmati senja ini setelah latihan yang berat, atau berbicara dengan teman baik seperti sekarang."

Manik tersenyum, merasa ada kebenaran dalam kata-kata Seynald. "Terkadang kita terlalu banyak memikirkan hal besar dan melupakan kebahagiaan dalam hal kecil."

Seynald mengangguk setuju, "ya, kebahagiaan sering kali tersembunyi dalam momen-momen kecil yang kita alami sehari-hari."

"Mau soda dari mesin minuman?" tawaran Manik itu seperti ajakan yang tidak bisa ditolak.

"Tentu saja!" jawab Seynald senang.

Lalu mereka berdua melanjutkan perjalanan ke depan klinik akademi yang buka 24 jam, setelah Manik mengoperkan bola ke Aegis, si bintang olahragawan yang sekaligus menjadi pencetak poin terbanyak di sesi latihan mereka itu mengambilnya dengan tertawa meyombongkan diri. Sebelum akhirnya berpisah di persimpangan jalanan akademi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ksatria Dunia Hitam
607      414     1     
Short Story
Dia yang ditemui bersimbah darah adalah seorang ksatria dunia hitam yang kebetulan dicintainya
ARRA
1093      483     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
The First
435      310     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
The Girl In My Dream
370      257     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
P.E.R.M.A.T.A
1461      729     2     
Romance
P.E.R.M.A.T.A ( pertemuan yang hanya semata ) Tulisan ini menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan cinta sejatinya namun ketika ia sedang dalam kebahagiaan kekasihnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya dan meninggalkan semua kenangan yang dia dan wanita itu pernah ukir bersama salah satunya buku ini .
pat malone
3604      1130     1     
Romance
there is many people around me but why i feel pat malone ?
Seseorang Bernama Bintang Itu
452      309     5     
Short Story
Ketika cinta tak melulu berbicara tentang sepasang manusia, akankah ada rasa yang disesalkan?
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Never Let Me Down
428      321     2     
Short Story
Bisakah kita memutar waktu? Bisakah kita mengulang semua kenangan kita? Aku rindu dengan KITA
Cadence's Arcana
5015      1375     3     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...