Read More >>"> Dearest Friend Nirluka ([Arch 1] - Selamat Datang, Pemberani!) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dearest Friend Nirluka
MENU
About Us  

Selamat datang, Pemberani! sebuah sambutan hangat dari perak terpatri di pintu masuk aula utama akademi yang dipenuhi oleh ratusan murid berjejer duduk di deretan bangku tua berbahan kayu. Langit-langit yang tinggi dihiasi dengan lukisan mural yang menggambarkan sejarah panjang akademi. Cahaya matahari pagi menembus melalui jendela kaca patri, menciptakan pola warna-warni di lantai marmer.

Di suasana tegang itu, berbalut gemuruh suara murid-murid yang saling berbisik, suara langkah kaki mereka yang bergegas mengisi kekosongan tempat duduk, suara-suara itu semakin hening saat pintu besar aula mulai tertutup.

Seorang lelaki berdiri di panggung podium, mencoba menenangkan diri. Tangannya bergetar namun dia tetap menggenggam mikrofon dengan erat sembari tangan kirinya memegang beberapa lembar kertas naskah pidatonya. Dari aula yang menunjukkan murid-murid yang duduk dengan berbagai ekspresi di wajah mereka—ada yang penasaran, sementara sebagian mereka bosan, juga terdapat murid yang masih mencoba mengobrol dengan teman di sebelahnya—sekelompok murid laki-laki yang duduk di barisan belakang, saling berbisik dan tertawa kecil, tidak begitu tertarik dengan apa yang akan dikatakan lelaki sepantaran di atas podium itu.

Mata lelaki di atas podium itu menunjukkan keyakinan meski ada ketakutan yang tersembunyi di dalamnya. Suara desahan nafas Manik yang berat, tidak sengaja bocor melalui mikrofon yang berdengung sesaat sebelum dia berbicara. Murid-murid akademi mulai fokus dan mendengarkan, mulai tertarik dengan apa yang dikatakan Manik hingga tidak ada lagi suara tersisa di aula. Termasuk, satu diantara para murid akademi itu terdapat seorang gadis dengan pita merah duduk di barisan depan tengah menatap podium utama dengan penuh perhatian, diam dan merencanakan sesuatu sembari membuka satu bungkus permen karet.

"Mari kita mulai dari awal, keseluruhan cerita yang berawal dari semua narasi ini akan bersama dibangun hingga menjadi fondasi kokoh hingga bermilenium lamanya, izinkan aku untuk mencoba mengantarkan kalian untuk sampai disana," suasana aula tiba-tiba berubah menjadi tegang saat kalimat pertama telah disampaikan.

Suara angin yang tiba-tiba bertiup melalui jendela, membuat beberapa murid bergidik, dari aula yang menunjukkan perubahan suasana itu, beberapa murid terlihat cemas. Lelaki bernama Manik itu berhasil menjadi pusat perhatian seluruh tamu undangan di aula utama akademi, dengan tersenyum tipis, ia menyadari bahwa dia telah menangkap perhatian semua orang itu. Jam dinding seolah berdetak dengan suara yang lebih keras dari biasanya karena jeda yang dibuat oleh Manik setelah kalimat pembukanya itu. Dengan suara rendah ia melanjutkan kalimatnya, "apa yang akan kalian dengar adalah kisah yang tersembunyi selama bermilenium lamanya, dengan ini layar akan terkembang dan bersiaplah, aku akan mengantar kalian untuk sampai kesana."

Presentasi Manik seperti angin surga yang cukup mampu mengantarkan pada kefanaan. Suasana aula terasa hening, seolah waktu berhenti sejenak. Menyadari itu, Manik seketika menjadi kurang percaya diri, wajahnya yang semula penuh semangat berubah sedikit gusar, namun ia berusaha tetap tersenyum. Kilauan mata para murid yang semakin menunjukkan antusiasme membuatnya kembali menguatkan tekad. Ia tahu, di hadapan mereka, ia memiliki tugas untuk menghidupkan kembali cerita-cerita yang telah lama tersembunyi di balik waktu hingga terasa seperti dongeng belaka.

Manik menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Aula yang megah dan penuh dengan keheningan cukup membuat batinnya bergetar. Ia melangkah maju, suara sepatunya yang beradu dengan lantai marmer bergema di seluruh ruangan, beriringan dengan denting jam raksasa yang menunjukkan waktu terus berjalan.

Ia kembali menatap para murid, mencari kekuatan dalam tatapan mereka. Tetiba saja kemudian, gadis dengan pita merah mengangkat tangan sembari meletupkan permen karet rasa stroberi yang sebelumnya ia kunyah selama berjalannya sesi presentasi. Seluruh hadirin di aula utama menatap gadis itu, ia berdiri, mengeluarkan permen karet dari mulutnya dan melipat bersamaan dengan bungkus, menaruhnya ke saku kemeja akademi dan mulai berbicara.

"Izinkan saya untuk berbicara," tanpa mikrofon, suaranya sedikit lebih kecil dari pidato Manik, namun karena heningnya aula saat itu, suara gadis tersebut cukup menggema di seluruh ruangan, "nampaknya pembicara begitu memupuk asa hingga semua seakan bisa menjadi kenyataan, bukan utopia pembicara semata, dari apa yang saya dengardi setiap kalimat yang Anda utarakan barusan."

Di balik pita merahnya, rambut hitam yang sebagian di cat berwarna oranye membuatnya terlihat narsis, berbanding terbalik dengan anggun ucapan sanggahannya itu. Ia adalah Abigail Raia, teman sekelas Manik Median. Dengan sikap percaya diri, ia melanjutkan, "ucapan pembuka Anda, persis seperti ketika saya membaca naskah Suddhi, bab pembuka di naskah Navaphare."

Manik menatap Abigail yang melakukan intervensi yang tak terduga itu. Keheningan aula yang sebelumnya mendominasi kini sedikit mencair, memberi ruang bagi tawa kecil dan bisikan di antara para murid melihat adu argumen yang akan terjadi di tengah sesi pidato.

"Terima kasih, Abigail," jawab Manik, mencoba kembali menguasai suasana. "Apa yang Anda katakan memang benar, dan, itu akan membawa kita semua kepada inti dari semua cerita ini. Shuddi adalah awal dari keseluruhan Navaphare, naskah kuno akademi ini, saya memahami itu juga. Bersama-sama kita akan memahami lebih banyak tentang dunia ini, sebagaimana tertulis di dalam naskah yang saya maksudkan ini."

Tersenyum, Abigail mengerti arah pembicaraan ini dan nampaknya Manik tahu kode yang dia umpankan ini, "namun tak satupun dari kita mau mengulas sebelumnya, kita semua tidak tahu naskah Navaphare itu pada dasarnya adalah apa."

Sontak, seluruh aula menjadi ramai dengan obrolan antar murid yang semakin tidak bisa terkendalikan. Mereka saling bertanya-tanya, sementara lainnya mencoba menjawab dengan praduga. Argumentasi Abigail dan Manik telah membuat riuh, membuat aura tegang sebelumnya itu menjadi kekacauan, meskipun hanya sesaat, karena Manik tidak menjawab Abigail selama beberapa detik. Kemudian ruangan menjadi tenang kembali, seluruh murid di dalam aula seakan membisu, menunggu respon dari Manik. Mereka seakan memberikan kekuatan baru kepada untuk melanjutkan pidatonya hingga selesai.

Ketegangan di aula terasa begitu nyata, seolah-olah udara sendiri menahan nafas. Manik Median, dengan penuh karisma dan tekad yang baru ditemukan itu, melanjutkan perjalanan imajinatifnya di hadapan audiensnya yang terpesona oleh setiap kalimatnya.

"Dengan langkah berani kita, saya mengajak untuk menjelajahi dunia yang tersembunyi di balik tirai naskah bernama Navaphare ini! Siapa tahu nanti kita akan saling bertemu di lorong-lorong akademi dengan membawa kisah-kisah kita yang luar biasa," Manik melempar seluruh naskahnya, membuat tercecer di lantai marmer, tersadar bahwa ia tidak lagi berpidato sambil membaca naskah, membuatnya merasa kuat untuk menuju akhir terkait apa yang ingin ia sampaikan, "sejarah dimulai dari saat ini, petualangan yang akademi tidak pernah mengajarkannya!"

Para murid terdiam, mata mereka tak lepas dari sosok Manik yang sekarang seperti bercahaya dengan semangat yang menular. Suara jam raksasa yang terdengar di sudut aula menambah momen ini menjadi dramatis di mata mereka, setiap kata yang diucapkan Manik adalah mantra peledak dan sanggahan Abigail adalah pemicunya.

Seluruh audiens yang hadir serentak berdiri, bertepuk tangan, tanpa terkecuali. Abigail pun tersenyum balik, terpancarkan kepuasan pribadi. Manik membalas senyumannya, menundukkan kepala dan kemudian membungkukkan sedikit badannya untuk memberi hormat kepada seluruh audiens yang bersorak-sorai.

Perjalanan mereka baru dimulai, sang pemberani telah memberanikan dirinya memulai perjalanan itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ksatria Dunia Hitam
607      414     1     
Short Story
Dia yang ditemui bersimbah darah adalah seorang ksatria dunia hitam yang kebetulan dicintainya
ARRA
1093      483     6     
Romance
Argana Darmawangsa. Pemuda dingin dengan sebentuk rahasia di balik mata gelapnya. Baginya, hidup hanyalah pelarian. Pelarian dari rasa sakit dan terbuang yang selama ini mengungkungnya. Tetapi, sikap itu perlahan runtuh ketika ia bertemu Serra Anastasya. Gadis unik yang selalu memiliki cara untuk menikmati hidup sesuai keinginan. Pada gadis itu pula, akhirnya ia menemukan kembali sebuah 'rumah'...
The First
435      310     0     
Short Story
Aveen, seorang gadis19 tahun yang memiliki penyakit \"The First\". Ia sangatlah minder bertemu dengan orang baru, sangat cuek hingga kadang mati rasa. Banyak orang mengira dirinya aneh karena Aveen tak bisa membangun kesan pertama dengan baik. Aveen memutuskan untuk menceritakan penyakitnya itu kepada Mira, sahabatnya. Mira memberikan saran agar Aveen sering berlatih bertemu orang baru dan mengaj...
The Girl In My Dream
370      257     1     
Short Story
Bagaimana bila kau bertemu dengan gadis yang ternyata selalu ada di mimpimu? Kau memperlakukannya sangat buruk hingga suatu hari kau sadar. Dia adalah cinta sejatimu.
P.E.R.M.A.T.A
1461      729     2     
Romance
P.E.R.M.A.T.A ( pertemuan yang hanya semata ) Tulisan ini menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan cinta sejatinya namun ketika ia sedang dalam kebahagiaan kekasihnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya dan meninggalkan semua kenangan yang dia dan wanita itu pernah ukir bersama salah satunya buku ini .
pat malone
3604      1130     1     
Romance
there is many people around me but why i feel pat malone ?
Seseorang Bernama Bintang Itu
452      309     5     
Short Story
Ketika cinta tak melulu berbicara tentang sepasang manusia, akankah ada rasa yang disesalkan?
Foto dalam Dompet
475      323     3     
Short Story
Karena terkadang, keteledoran adalah awal dari keberuntungan. N.B : Kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan semata
Never Let Me Down
428      321     2     
Short Story
Bisakah kita memutar waktu? Bisakah kita mengulang semua kenangan kita? Aku rindu dengan KITA
Cadence's Arcana
5015      1375     3     
Inspirational
Cadence, seorang empath, tidak suka berhubungan dengan orang lain. Ketika dia kalah taruhan dari kakaknya, dia harus membantu Aria, cewek nomor satu paling dihindari di sekolah, menjalankan biro jasa konseling. Segalanya datar-datar saja seperti harapan Cadence, sampai suatu saat sebuah permintaan klien membawanya mengunjungi kenangan masa kecil yang telah dikuburnya dalam-dalam, memaksanya un...