Menjelang tengah hari, saat mereka mencapai pintu masuk utama rumah sakit, Arlend melihat jam di tangan kanannya, kemudian meminta izin kepada Yuki dan Estrella untuk mengunjungi temannya, ia berpamitan pada saat jam istirahat makan siang itu. "Aku harus menjenguk temanku sekarang. Sampai jumpa nanti," katanya sambil melambaikan tangan sambil berjalan pergi.
Yuki dan Estrella memperhatikan kepergiannya, sebelum mengambil sekuter matik Yuki yang berada di parkiran kendaraan roda dua. Perjalanan pulang mereka dipenuhi oleh tawa dan percakapan ringan. Kemudian, dengan perasaan yang dipenuhi dengan kelegaan, Estrella merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, merasakan angin bertiup di sela-sela jarinya. "Rasanya luar biasa," katanya, matanya terpejam karena rasa bahagia memenuhi hatinya. Tersenyum, begitu puas.
"Terima kasih, Yuki," kata Estrella, suaranya penuh rasa balas budi. “Albin akan selalu mengingat hari ini.”
"Bukankah itu menyenangkan bisa membuatnya merasakan bahagiamu yang menular?" jawab Yuki sambil tersenyum hangat.
Begitu mereka sampai di rumah Estrella, dengan ragu sejenak sebelum menoleh ke Yuki, ia menghentikan langkah lelaki yang memakai helm berjenis shory, berbentuk bulat seperti tempurung kura-kura. "Tunggu sebentar," kata Estrella, sedikit tersipu. Dia mengeluarkan kertas jimat keberuntungan ukuran kecil berbentuk kepala kucing dari tas kecilnya, hadiah dari pembelian Mochi di toko roti Amari. "Ini untukmu. Sedikit untuk hari ini."
Yuki mengambil kertas jimat keberuntungan itu, hatinya berbunga-bunga karena gembira. "Terima kasih, Estrella. Aku akan menghargainya."
Estrella memperhatikan Yuki pergi, hingga lelaki itu benar-benar hilang dari pandangan, Estrella diliputi berbagai macam perasaan emosi saat ini. Dia membuka pintu rumahnya dan melangkah masuk, menutupnya di belakang. Tepat setelah itu, sebuah notifikasi berbunyi di ponselnya. Itu adalah pesan dari ayahnya, Oriane.
Dia membuka pesan itu dan melihat video Albin yang diunggah oleh Oriane. Di dalam video, nampak terlihat Albin yang tertawa terbahak-bahak saat seorang pria berkostum penyu raksasa menghibur anak-anak pengidap kanker di rumah sakit. Pria itu memegang boneka tangan berbentuk penyu yang sepertinya Estrella kenali, badut penyu itu membuat gerakan-gerakan tertentu dan suara lucu, membuat Albin dan anak-anak lainnya tertawa tak terkendali.
Mata Estrella membelalak saat dia mengenali boneka tangan itu—seperti boneka tangan yang dipegang Arlend sebelumnya. Dia menyadari bahwa pria berkostum penyu itu adalah Arlend, yang menari dan berinteraksi dengan anak-anak pengidap kanker di ruang perawatan, membawa kegembiraan bagi mereka. Albin, yang terlihat begitu bahagia saat ini di dalam video, membuat hati Estrella hangat.
Air mata mengalir di matanya, dan jatuh ke lantai, bertumpu pada kedua lututnya. "Kenapa harus sekarang? Kenapa seperti ini?" bisiknya, suaranya bergetar.
Ia merasa sangat bersalah. Yuki sudah berusaha keras, bangun pagi-pagi untuk membuat minuman kesukaan Albin di taman rumah sakit. Sementara itu, Arlend menghabiskan waktu istirahat makan siangnya dengan menjadi badut berkostum penyu dan menghibur anak-anak pengidap kanker, membuat Albin begitu senang. Sesuatu yang belum pernah lihat Estrella di adiknya itu.
Hati Estrella terasa sakit ketika memikirkan mereka berdua, Yuki dan Arlend, mereka tak seharusnya melakukan semuanya sejauh ini hanya untuk Estrella. Ia membisikkan permintaan maaf yang tulus kepada ruangan kosong itu, rumah heningnya, merasakan beban emosi yang begitu menekan Estrella. "Aku sangat menyesal," gumamnya, air mata mengalir di wajahnya. "Maafkan aku, Yuki, Arlend, aku tidak bisa membiarkan kalian terlalu jauh nantinya."