Read More >>"> Summer Whispering Steam ([Arc 3] - Tension Behind The Bar) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Summer Whispering Steam
MENU
About Us  

Arlend tidak akan membiarkan Yuki menang. Bagaimanapun, dirinya harus membuktikan kemampuan bersaing. Dengan serius, dia menantang Yuki untuk beradu keahlian melakukan shift bersama di hari ulang tahun Estrella yang jatuh pada empat hari dari sekarang.

“Kau tahu bahwa ini bukan hanya tentang rasa dari kopi yang kau buat, kan, Arlend?” jawab Yuki, memancarkan raut wajah intimidatif.

“Aku tak akan tinggal diam, Yuki, kau tahu itu.” Arlend menekankan, meninggalkan kesan kuat untuk bisa melawan Yuki.

Yuki mendekatinya, membuat tanda silang dengan spidol merah pada kalender kecil di samping bar, “Menyerahlah, Arlend.” Kemudian menutup spidol itu tanpa menatap wajah rekannya.

Arlend tetap teguh pada pendiriannya, “Kau tahu bahwa aku tak akan bisa melakukan itu, manajer.”

Mereka bertatap muka dengan dipenuhi oleh kecanggungan dan ketegangan yang tak bisa dijelaskan. Ayase, yang melihat itu dari kejauhan, memilih untuk tidak memberikan komentar dan terus melakukan kesibukannya menyiapkan kedai.

“Empat hari dari sekarang,” Yuki memberikan jawaban, “di shift dua, tantanganmu itu akan aku jawab dengan tanganku sendiri, Arlend.”

Dengan jawaban itu, sudah diputuskan bahwa Arlend dan Yuki akan menjalani shift bersama, kali ini mereka akan bersaing menunjukkan keahlian masing-masing dalam mengelola bar.

...

Hari tantangan pun tiba. Siang hari setelah Ayase, yang baru saja dipromosikan oleh Yuki menjadi Shift Lead, menyelesaikan shift-nya bersama Marlin, suasana kegembiraan dan ketegangan terasa di Nagisano Shizuka. Kedai itu didekorasi meriah untuk merayakan ulang tahun Estrella. Perempuan itu, dalam setelan kasual berwarna biru muda, duduk di meja depan, ditemani oleh Hitome yang juga mendapat hari libur dan Hayato yang mengambil izin cuti hari ini.

Yuki dan Arlend sudah berada di balik bar. Kedai itu dipenuhi pelanggan yang ingin memesan menu dengan diskon besar sepanjang shift siang ini. Saat jam menunjukkan pukul dua siang, dua menu minuman baru didiskon sebesar 80 persen, membuat pelanggan mulai mengantre. Yuki, dengan sikapnya yang tenang dan percaya diri, fokus menciptakan cangkir demi cangkir kopi yang sempurna di setiap pesanan. Matcha Espresso Fusion-nya merupakan kombinasi unik antara espresso yang kuat dan matcha yang lembut, menghasilkan minuman yang sangat lezat dan memukau.

Arlend, tidak ingin tertinggal, mempersembahkan Turtle Latte-nya, perpaduan kopi yang kaya dan lembut dengan sentuhan karamel, disertai desain kura-kura di bagian busanya. Seni latte yang rumit dan rasa yang lembut menarik banyak perhatian pelanggan siang itu.

Saat pesanan mulai berdatangan, kedua pria itu bekerja dengan presisi dan kecepatan memukau. Aura kompetitif mereka terlihat jelas, dan Estrella menjadi khawatir. Hayato, yang berada di sampingnya, merasa bahwa ia tidak akan pernah bisa bersaing dengan Arlend maupun Yuki dalam setiap bidang mereka, memilih untuk tersenyum dan menikmati suasana, sesekali memberikan dukungan kepada dua temannya itu.

Di balik meja bar, ketegangan antara Yuki dan Arlend bisa dirasakan oleh semua orang, bahkan oleh Hitome yang polos. Perempuan dengan kacamata bulat dan setelan rok berwarna hijau itu merasa bahwa mereka berdua tengah memperjuangkan sesuatu yang berharga. “Berjuanglah, Yuki, Arlend, tentang apapun itu,” katanya. Estrella yang mendengarnya, merasa lebih bersalah karena dirinya adalah penyebab persaingan ini.

Arlend, yang fokus pada Turtle Latte-nya, melirik Yuki. "Menurutmu, apakah kau bisa mengatasi tekanan di dalam shift yang padat seperti ini secara langsung, manajer Yuki?"

Yuki, yang tidak kehilangan irama saat menyiapkan Matcha Espresso Fusion-nya, menjawab dengan tenang, "Aku tahu suatu hari akan melawanmu secara terbuka, Arlend. Bahkan untuk waktu sesingkat ini, aku telah mempersiapkan semuanya."

Sepanjang shift, pelanggan memberikan umpan balik pada kedua kreasi tersebut, melalui ulasan yang mereka tulis di secarik kertas pemberian Yuki dan Arlend setelah memesan menu khusus mereka. Beberapa orang menyukai rasa kaya yang menenangkan dari Turtle Latte buatan Arlend, sementara yang lain terpikat oleh perpaduan unik antara matcha dan espresso yang Yuki gabungkan. Nagisano Shizuka ramai dengan kegembiraan saat pelanggan mendiskusikan preferensi mereka dan berbagi pendapat. Pelanggan mulai memberikan komentar pribadi mereka melalui secarik kertas itu, kemudian memasukkannya ke dalam kotak penilaian yang terletak di samping bar.

Hari semakin sore, kedai semakin ramai, dan stok untuk shift dua mulai menipis. Aroma kopi, bubuk matcha, dan susu yang baru diseduh bercampur dengan suara tawa dan percakapan riuh para pelanggan. Yuki dan Arlend terus bekerja tanpa henti, memperlihatkan gerakan terkoordinasi dengan baik meski dalam persaingan yang terpancar di seluruh udara sore itu.

Sepanjang sore, Nagisano Shizuka penuh dengan pelanggan yang memesan kedua menu minuman dengan diskon itu. Saat matahari mulai terbenam, kapasitas kedai dalam melayani pelanggan mencapai puncaknya sebelum jam shift berakhir. Arlend dan Yuki semakin memacu diri mereka di sisa jam yang ada, setiap pesanan dibuat sesempurna mungkin untuk mendapatkan ulasan positif dari setiap pelanggan.

Akhirnya, kedai tak mampu lagi melayani pelanggan lebih banyak. Yuki meletakkan papan kecil bertuliskan "Close Order" untuk menghentikan antrian pesanan baru. Pelanggan terakhir selesai menyesap kopi terakhirnya, meninggalkan kedai itu dalam keadaan sunyi, kecuali dengungan lembut mesin espresso yang dibersihkan dan air mengalir dari keran bersamaan dengan gelas-gelas yang berdenting saat dicuci. Estrella menghampiri meja kasir, jantungnya berdebar kencang. Ia menatap Yuki dan Arlend, matanya memantulkan berbagai emosi yang ia rasakan secara bersamaan.

Arlend memecah keheningan terlebih dahulu. “Wah, Yuki, sepertinya kita dalam keadaan seri. Kedua minuman kita sama-sama populer.”

Yuki mengangguk, sedikit senyum di wajahnya. “Sepertinya begitu. Kerja bagus, Arlend.”

Mereka berbagi momen saling menghormati, persaingan yang intens berganti menjadi rasa persahabatan yang lebih erat. Estrella memperhatikan mereka, hatinya hangat dengan perasaan lega atas berakhirnya kompetisi kekanak-kanakan itu. Malam itu berakhir dengan perayaan kecil untuk Estrella. Yuki mengeluarkan kue, dan semua teman-teman mereka berkumpul untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Estrella. Pada saat itu, dikelilingi oleh teman-teman dan tawa, Estrella merasakan kedamaian. Persaingan antara Yuki dan Arlend mungkin akan terus berlanjut di kemudian hari, tetapi untuk saat ini, mereka semua adalah bagian dari tim yang sama, bekerja sama untuk menjadikan Nagisano Shizuka yang terbaik di seluruh Okinawa dan bahkan Jepang.

Marlin dan Ayase bergabung dengan mereka, mulai memakan kue dan membuka satu per satu hasil ulasan pelanggan. Yuki dan Arlend tidak diperbolehkan membacanya, menyisakan Estrella yang nanti akan menerima hasil akhirnya.

Saat malam berakhir, Estrella mendapati dirinya sendirian bersama Yuki. Dia menatapnya, matanya dipenuhi rasa terima kasih. “Terima kasih, Yuki. Aku takut.”

Yuki tersenyum, matanya hangat. “Tidak apa-apa, Estrella. Selamat ulang tahun.”

Estrella membalas senyumnya, kemudian menghampiri Arlend dan berterima kasih atas usahanya menghibur Albin saat jam makan siang dengan pertunjukan badutnya. Yuki yang tak sengaja mendengar itu, menyadari bahwa Arlend berusaha menghibur Albin setelah dirinya pulang dari rumah sakit, merasa bahwa kini ia dihadapkan dengan Arlend yang menaruh rasa kepada Estrella, sama seperti dirinya.

Dalam momen singkat dan lembut itu, dunia luar terasa memudar. Untuk saat ini, di tengah persaingan yang memanas dan ketidakpastian masa depan, yang ada hanyalah masa kini—tentang perayaan, persahabatan, dedikasi, dan kegembiraan sederhana karena bersama-sama.

Menjelang akhir hari, tim menghitung penjualan dan ulasan pelanggan. Itu adalah persaingan yang ketat, tetapi pada akhirnya, semua orang pulang setelah memberi selamat kepada Estrella. Sendirian memegang hasil ulasan pelanggan, Estrella mendapati bahwa Matcha Espresso Fusion milik Yuki mengalahkan Turtle Latte buatan Arlend dengan selisih tipis. Estrella memeluk erat hasil ulasan pelanggan itu, menangis haru dan mengucapkan terima kasih kepada Yuki dan Arlend dalam hatinya, berharap agar persahabatan mereka bertiga tidak retak di kemudian hari.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Triangle of feeling
427      300     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.
Senja Belum Berlalu
3596      1269     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Katanya Buku Baru, tapi kok???
434      288     0     
Short Story
Strange and Beautiful
4204      1132     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
2419      819     1     
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya! Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya! Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan! Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
5885      1815     13     
Romance
Usai gagal menemui mahasiswi incarannya, Yoga menenangkan pikirannya di sebuah taman kota. Di sana dia bertemu seorang pengemis aneh. Dari pengemis itu dia membeli sebuah sepatu, yang ternyata itu adalah sebuah sepatu butut keramat, yang mana setiap ia coba membuangnya, sebuah kesialan pun terjadi.
Mimpi Milik Shira
476      261     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Call Me if U Dare
3469      1167     1     
Mystery
Delta Rawindra: 1. Gue dituduh mencuri ponsel. 2. Gue gak bisa mengatakan alibi saat kejadian berlangsung karena itu bisa membuat kehidupan SMA gue hancur. 3. Gue harus menemukan pelaku sebenarnya. Anulika Kusumaputri: 1. Gue kehilangan ponsel. 2. Gue tahu siapa si pelaku tapi tidak bisa mengungkapkannya karena kehidupan SMA gue bisa hancur. 3. Gue harus menuduh orang lain. D...
Dia yang Terlewatkan
342      228     1     
Short Story
Ini tentang dia dan rasanya yang terlewat begitu saja. Tentang masa lalunya. Dan, dia adalah Haura.
Nona Tak Terlihat
1646      1053     4     
Short Story
Ada seorang gadis yang selalu sendiri, tak ada teman disampingnya. Keberadaannya tak pernah dihiraukan oleh sekitar. Ia terus menyembunyikan diri dalam keramaian. Usahanya berkali-kali mendekati temannya namun sebanyak itu pula ia gagal. Kesepian dan ksedihan selalu menyelimuti hari-harinya. Nona tak terlihat, itulah sebutan yang melekat untuknya. Dan tak ada satupun yang memahami keinginan dan k...