Selebaran pamplet banyak bertebaran tertempel di dinding-dinding tembok di tempat umum. Sepertinya daftar pencarian orang yang telah ditetapkan menjadi tersangka dan telah buron bertahun-tahun.
Setelah pamplet itu tersebar dimana-mana, lalu pada waktu sekitar pukul 18.00 petang ketika masih berkumandang adzan magrib, sekelompok polisi berperawakan tegap dan berseragam lengkap menggerebek salah satu lokasi rumah sewaan tempat terduga pelaku sehari-hari tinggal.
Rumah sewaan yang tidak terlalu luas itu hanya berupa kamar yang berisi kasur busa dan lemari plastik diketahui dihuni oleh salah satu pemuda yang berprofesi buruh harian yang diduga merupakan salah satu DPO.
“ Jangan bergerak! Angkat tangan !” suara polisi mengagetkan ketika dia sedang berwudhu.
“ Ini ada apa, Pak? Saya salah apa?” dia bertanya karena merasa heran tiba-tiba banyak polisi di rumah sewaannya.
Dia lalu diborgol tangannya oleh polisi, sedangkan polisi yang lain mencari barang bukti lain yaitu berupa ijazah,STNK ,KTP dan menyita 1 unit sepeda motor yang biasa dipakai sehari-hari.
Setelah barang bukti ditemukan dan dirasa cukup, lalu terduga DPO digiring menuju mobil polisi serta barang bukti pun dibawa oleh polisi yang lain.
Para tetangga sekitar rumah sewa pun saling berbisik
“ Gak nyangka yah, ternyata kita tetanggaan dengan DPO.”
“ Iya yah Bu, ngeri deh!”
***
Lelaki yang diduga menjadi DPO itu kini telah berada di sebuah kantor polisi.
Pak polisi pun mencecar dengan berbagai macam pertanyaan, kurang lebih 5 jam lamanya menjalani pemeriksaan.
Sementara, di tempat lain Iwan yang merupakan rekan kerja diduga tersangka menelepon orang tua terduga tersangka di kampung.
Iwan : Asalamualaikum, tante Desi...gawat!
Desi : Waalaikumsalam, ada apa Wan? Baru nelepon udah bilang gawat!
Iwan : Anak Tante ditangkap polisi baru aja,tan!
Desi : Apa ? Ya Allah anakku salah apa?
Iwan : Iya, katanya terlibat pembunuhan geng motor tahun 2016 silam.
Desi : Sebentar, tahun 2016? Tahun 2016 kan kamu tahu sendiri anakku lagi kerja di Leuwigajah, waktu itu lagi ada proyek pembangunan kantor desa, masa kamu gak ingat ?
Iwan : Oh iya ya, kan dulu Iwan gak betah kerjanya, pas malam itu pulang, Pegi antar Iwan menuju ke terminal, nah ketika mobilnya sudah ada, si Pegi pulang lagi ke bedeng.
Desi : Terus anak Tante gimana?
Iwan : Wah, sepertinya ada yang kurang beres, nanti ya tan Iwan selidiki dulu, nanti Iwan kabari lagi.
Desi : Iya Wan, Tante minta tolong ya!
Iwan : Iya Tante, Tante sabar dulu ya, ya sudah nelponnya sudah dulu, wassalamu’alaikum.
Desi : Waalaikumsalam
Telepon pun dimatikan, biar tidak terus kepikiran sama orang tuanya, Iwan berinisiatif meminta bantuan kepada teman tongkrongannya yang kebetulan jago di bidang teknologi IT.
Namun, sudah larut malam tidak enak bertamu malam-malam. Akhirnya, Iwan bertemu dengan teman satu tongkrongannya itu pada pagi hari.
Diwaktu pagi hari inilah, Iwan berkunjung ke rumah temannya. Beberapa menit kemudian, Iwan pun telah sampai rumah temannya.
Pintu pun diketuk lalu Iwan mengucapkan salam.
“ Asalamualaikum.”
Nampak dari dalam rumah seorang pemuda yang seumuran dengan Iwan segera menghampiri dan membukakan pintu.
“ Waalaikumsalam.” Pintu pun terbuka dan pemuda pemilik rumah pun mempersilakan Iwan masuk rumah. Nama pemuda pemilik rumah itu adalah Bian.
“ Eh elu Wan, ada apa tumben pagi-pagi gini ke rumah gua?”
“ Gawat Bian gawat, gua boleh minta tolong lu gak ?”
“ Gawat apaan? Dan mau minta tolong apa?”
“ Gini, lu tahu Pegi kan teman gua? Nah, semalem dia tertangkap polisi tuh, gua mau minta tolong lu buat selidiki akun-akun sosial media pelaku aslinya, karena gua gak yakin kalau teman gua ini terlibat kasus itu.”
“ Oh iya, dia yang pernah nongkrong bareng kita juga kan dulu? Oke, gua coba selidiki dulu ya.”
“ Siap, terima kasih ya Bian, maaf gua ngerepotin.”
“ Iya, santai aja, tapi maaf kalau lama ya, soalnya kan harus teliti juga buat mastiin.”
“ Iya gak apa-apa, dan kalau bisa hasilnya nanti di screenshoot buat jadi bahan bukti.”
“ Langkah lu selanjutnya gimana?”
“ Gua akan coba hubungi pengacara di tempat gua tinggal, soalnya kasusnya agak janggal dari alamat dan umur saja beda.”
“ Sip, semoga ada titik terang ya, dan gua juga akan bantu semaksimal mungkin.”
“ Oke Bian, mungkin itu saja sih gua mau minta tolong doang, ya udah gua pamit ya mau kerja soalnya.”
“ Iya Wan.”
Iwan pun pergi dari rumahnya Bian karena akan dilanjut dengan berangkat kerja yang lokasinya tak jauh dari posisi rumah Bian.
Sedangkan Bian memutuskan untuk tidur lagi, karena Bian kerja shift malam dengan jaga kawasan perumahan.
***
Bian mencoba membuka laptop dan mencoba mencari akun-akun yang diduga merupakan pelaku-pelaku yang buron sebenarnya.
Begitu foto-foto DPO mirip dengan yang ada di akun-akun media sosial, Bian pun mengamati satu persatu akun media sosial itu.
Ternyata memang backingannya kuat karena dpo-dpo itu merupakan anak para pejabat-pejabat di daerahnya, cucu dari Kapolri dan anak dari bupati kabupaten sebelah.
Bukti-bukti itu kemudian Bian print ke dalam kertas putih.
“ Entah benar atau tidaknya aku simpan dan cetak aja bukti ini, semoga membantu.” Gumam Bian dalam hati.
Setelah lama melakukan penelusuran-penelusuran digital, Bian kemudian menelepon Iwan. Tiga kali panggilan belum terangkat, baru panggilan keempat Iwan angkat juga teleponnya.
Bian : Asalamualaikum, Wan!
Iwan : Waalaikumsalam Bian, gimana hasilnya? Udah Nemu?
Bian : Hasilnya udah ada, tapi entah beneran mereka atau bukan pelakunya, gua Cuma mencocokan data-data aja, kalau pengen jelas ya suruh tes DNA aja.
Iwan : Oh oke-oke, simpan dulu bukti-buktinya ya kalau perlu print tuh.
Bian : udah gua print kok, gua simpan dulu ya.
Iwan : Sip, terima kasih ya Bian, maaf gua ngerepotin lu, ntar gua ke rumah lu kalau lagi nyantai, sekarang gua sibuk dengan kerjaan.
Bian : Oke siap, iya nyantai aja kayak sama siapa aja, malahan gua seneng bantuin.
Iwan : udah dulu ya, ini bos gua mau datang ke tempat gua, wassalamu’alaikum.
Bian : oke waalaikumsalam
Handphone disimpan kembali, Iwan kembali dengan aktifitasnya sedangkan Bian akan bersiap-siap berangkat menuju tempat kerjanya.
***