1. Cerita Tentang Seekor ‘Monster’
Haruki Murakami, seorang penulis terkenal Jepang pernah bikin quote keren: Kenangan dan pemikiran akan menua, seperti manusia. Tapi pemikiran tertentu tak pernah menua dan kenangan tertentu tak pernah memudar. Murakami-san benar. Ada kenangan yang rasanya memang ditakdirkan untuk menjadi bagian dari hidup seorang manusia. Saat waktu berjalan, tahun berganti, dan zaman berubah, kenangan itu selalu setia menemani ke mana pun manusia itu melangkah. Ketika manusia itu bangun pagi, ke kamar mandi, sarapan, aktivitas, meeting, jalan-jalan, nonton, makan, di kendaraan, atau apa pun yang dia lakukan, kenangan itu terus menemani dan tinggal di salah satu sudut pikiran manusia.
Sang kenangan memang tidak selalu terjaga. Adakalanya dia tidur, kadang lumayan panjang tidurnya. Tapi ingat, dia hanya tidur, tidak mati dan tidak pergi. Dia hanya terlupakan sejenak. Karena di suatu waktu, entah kapan, dia akan kembali dan ketika itu terjadi, dia akan memorak-porandakan pikiran, perasaan, dan semua sistem di kehidupan lo yang udah berjalan teratur. Dalam sekejap, ritme kehidupan tiba-tiba berubah. Rasanya dunia lo mendadak jadi berantakan. Dan untuk membuat ‘kekacauan’ tersebut, hanya diperlukan satu aja momen kecil. Selanjutnya, diam dan saksikan bagaimana kenangan itu bangkit seperti monster yang siap ‘meneror’ kehidupan lo.
Itulah yang terjadi dalam hidup gue. Selama ini, lebih dari dua puluh tahun, tanpa sadar gue ternyata membawa seekor ‘monster’ yang kadang dia bangun kadang dia tidur. Tapi sekian tahun belakangan, si ‘monster’ sebenarnya udah tertidur lelap. Hidup kesehariaan gue pun berjalan normal dan teratur, bahkan kalo mau jujur, agak membosankan: Bangun tidur, pergi kerja, makan, rapat, pulang, tidur, lalu kembali pada aktivitas semula. Tidak lupa disisipi urusan rekreasi, olahraga dan pacaran. Gitu aja terus.
Sampai pada suatu malam... BAM! Sebuah momen pertemuan kecil menabrak hidup gue. Memori gue terguncang dan si ‘monster’ bangun dari tidur panjangnya. Hidup gue berubah setelah malam itu. Arah jarum jam bagaikan berputar terbalik, mundur jauh ke belakang membongkar lusinan cerita tentang masa remaja gue yang rasanya gado-gado banget. Ada cerita tentang persahabatan, kenakalan, asmara, pengkhianatan, drugs and rock n’ roll. Dan dari semua cerita kenangan yang tiba-tiba hadir lagi itu, ada satu cerita yang amat sangat membekas di hidup gue. Cerita itu tentang seorang wanita yang mungkin hanya wanita biasa. Gak istimewa bagi sebagian orang. Tapi entah kenapa dia bisa terus hidup di benak gue setelah lebih dari dua puluh tahun kami berkenalan.
Tentang dialah kisah ini gue tulis. Dan karena dia juga, gue putusin untuk membagikan cerita ini. Ada cerita tentang hari pertama kami bertemu, berinteraksi, jalan bareng, lalu tenggelam dalam sebuah hubungan pertemanan gak biasa yang berujung pada sebuah rasa cinta. Lalu dia pergi, sempat datang kembali walau sesaat dan akhirnya benar-benar pergi dari hidup gue.
Tapi sekian purnama sudah dia menghilang. Gak ada lagi kabar, gak ada lagi berita. Satu-satunya hal yang gue tau tentang dia adalah: dia udah nikah dan punya anak. Tapi ke mana dia selama ini, gue gak tau. Gue pun udah memiliki hidup lain, hidup baru yang terpisah jauh dari cerita masa lalu. Sampai tibalah malam itu... ketika masa lalu gue kembali, termasuk dia yang juga ‘kembali’ lagi dalam hidup gue.
Gue tulis cerita ini di sela-sela masa pembatasan karena pandemi virus Corona varian Delta yang menggila di pertengahan tahun 2021. Saat hanya bisa diam #DiRumahSaja, gue rangkai kembali semua kenangan akan masa remaja gue lengkap dengan cerita cintanya. Setidaknya gue ingin seperti Sir Isaac Newton yang berkarya dengan menemukan teori gravitasi saat dia juga tengah berdiam di rumah karena wabah besar yang melanda London pada tahun 1665-1666 dan masa itu dikatakan sebagai tahun-tahun keajaiban oleh John Dryden lewat karya puisinya yang berjudul: Annus Mirabillis.
Mungkin gue tidak akan seperti Newton, yang karyanya kemudian mengubah dunia. Tapi gue bisa berharap, kalo cerita gue ini bisa membuat banyak orang tersenyum. Karena bukankah cinta seharusnya bisa membuat kita tersenyum? Bukankah cinta juga adalah sebuah keajaiban? Jadi... inilah cerita gue.