Read More >>"> Mungil, Kucing Kecil Kesayangan (Awal Persahabatan dengan Kucing) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mungil, Kucing Kecil Kesayangan
MENU
About Us  

Nisa, gadis kecil berusia 10 tahun itu selalu mendambakan hewan peliharaan. Katanya, dia ingin seperti teman temannya yang selalu punya hewan untuk disayang. Ada yang memelihara ikan, jangkrik, kelinci, anjing dan lain-lain. Tapi, ia hanya ingin mempunyai satu jenis hewan yang didambakan dari dulu yaitu kucing. Ada alasan tersendiri kenapa Nisa menginginkannya, dulu waktu ia masih berumur 5 tahun hampir saja dia menangis keras sekali karena didekatnya ia berdiri, ada seekor kucing yang sedang melihatnya. Kucing itu pasti punya tujuan lain hingga dia sampai memandang Nisa dan berhasil membuatnya ketakutan. 

"Papaaa, ada kucing disiniii!", teriak Nisa kala itu. 

Papa Nisa yang sedang sibuk menyiram tanaman segera menghampiri anaknya yang ketakutan. 

" Tidak apa-apa, kucingnya jinak kok. Nggak akan ngegigit Nisa", hibur Papa Nisa seraya menepuk-nepuk punggung anaknya. 

"Tapi, Pa. Itu dia malah melototin Nisa. Padahal Nisa kan nggak ngapa-ngapain".

Papa Nisa yang mendengar akan hal itu pun tertawa. 

" Hahaha, kamu tahu kenapa kucingnya suka ngelihatin kamu?"

Nisa pun menggeleng, masih dengan matanya yang basah. 

"Kucing itu ngelihatin Nisa karena dia juga pingin tahu apa yang dipegang Nisa saat ini." 

Nisa masih bergeming karena tidak paham dengan perkataan papanya barusan. 

"Kucing itu sepertinya ingin minta jajan yang kamu bawa sekarang. Coba Nisa kasih ke kucing itu, pasti dia suka".

Awalnya, Nisa ragu-ragu setelah mendengar perkataan dari papanya. Namun setelah menimang-nimang sesaat, ia mulai merasa kasihan dengan kucing itu. 

" Tapi Nisa takut Pa".

"Nggak papa. Yuk kita bareng bareng kasih jajan Nisa buat kucing itu", ajak Papa Nisa seraya sambil memegang tangan anaknya yang membawa snack. 

Seperti biasa, kucing berwarna oren dengan corak putih itu mengendus endus dengan hidungnya dahulu sebelum memakannya. Nisa yang melihat tingkah laku kucing tersebut pun merasa geli dan gemas. Namun disisi lain, ia masih takut jika tiba-tiba menyerangnya. Temannya pernah bercerita, kalau ia pernah dicakar kucingnya sendiri hingga mengeluarkan darah dan sejak saat itu temannya menjadi takut dengan kucing. Itulah sebab Nisa tidak suka dengan kucing, karena menurutnya kucing itu mempunyai cakar dan taring yang sangat tajam hingga bisa melukai manusia. Tak lama kucing itu pun menggigit snack yang dibawa Nisa, hingga sekarang sudah ada di mulut kucing tersebut. 

"Nah kan, kucingnya pingin snack Nisa", kata Papa sambil tersenyum kepada dirinya. 

Nisa hanya memandang kucing yang sedang makan itu. Lalu, muncul perasaan iba karena Nisa merasa bahwa kucing itu lapar dan belum makan sama sekali. 

" Pa, dia kelihatannya sangat lapar", kata Nisa yang masih memandang hewan tersebut. 

Papa yang sedang berada di dekatnya pun mengajak Nisa untuk mendekati dan mengelus bulu kucing tersebut. Awalnya Nisa tidak mau namun karena bujukan lembut papanya, ia mau untuk mencoba memegang kucing dengan pelan. 

Nisa merasa kaget karena merasakan bulunya yang lembut, selain itu ternyata kucing itu tidak marah padanya ketika disentuh. Sejak itu, Nisa menjadi suka dengan kucing. Jika dilihat-lihat wajahnya memang lucu dan menggemaskan. 

"Pa, apa boleh kucing ini kita bawa kerumah?"

"Boleh saja, tapi Nisa harus janji buat merawat kucing ini kapan pun".

Nisa segera mengangguk senang dan tidak sabar untuk membawa kucing itu ke rumahnya. Kucing itu diberi nama Poni dan sudah menjadi bagian dari keluarga kecil Nisa. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags