"Realitanya, semakin dewasa semakin sadar kalau menjaga diri dalam keataan itu sulitnya bukan main. Sering kali menyesal atas dosa yang pernah di lakukan, tapi tidak jarang pula melakukan nya lagi dan lagi, dari situlah kita mengerti bahwa manusia begitu lemah hati dan iman nya."
_Istri Tengil Gus Abiyan_
***
Pukul 02.00 dini hari semenjak pertemuan nya dengan gus Abiyan tadi pagi membuat nya tidak bisa tertidur sampai jam segini.
Meskipun Catlyn berusaha keras memejamkan mata nya tetap saja ia tidak bisa tertidur dan selalu terbayang-bayang oleh wajah gus Abiyan.
"Astaghfirullah, sadar Catlyn dosa kata ummi kalau membayangkan yang bukan mahram nya,” guman pelan Catlyn sambil menyenderkan kepala nya di jendela kamar.
Catlyn menghela nafas dalam, kemudian Catlyn beranjak dari asrama nya menuju mushola untuk ikhtiar sambil menunggu adzan subuh.
Untung nya asrama Catlyn berada di lantai dua jadi ia tidak perlu lama-lama untuk sampai di musholah putri. Sebelum masuk Catlyn menganbil wudhu dulu, mungkin ia akan membaca Al Qur'an lebih dulu agar hatinya merasa tenang.
Baru saja Catlyn berada di ambang pintu namun ia malah mendengar suara orang mengaji dengan sangat merdu sekali.
"MasyaAllah suara siapa ya merdu banget bikin hati adem dengar nya,” celetuk Catlyn.
Catlyn celingukan melihat ke arah sekitar luar mushola, kemudian ia semakin masuk ke dalam mushola tetapi Catlyn memilih duduk di belakang saja sambil memegang Al Qur'an nya.
Pemilik suara itu tak lain adalah gus Abiyan, sejak tadi gus Abiyan pun merasa tidak bisa tidur akibat melihat sosok Catlyn tadi pagi.
Sejak pukul 01.00 dini hari tadi gus Abiyan sudah berada di mushola karena jarak anatara ndalem dan mushola saling berhadapan.
"Astaghfirullahhaladzim,” guman pelan gus Abiyan ketika menjeda bacaan nya.
"Sungguh karena gadis itu telah membuat saya seperti ini, meskipun saya sudah membaca Al Qur'an tapi hati saya tidak bisa tenang,” monolog gud Abiyan dalam hatinya.
Gus Abiyan adalah sosok pria yang amat menjaga pandangan nya, ia sering kali terus menghindari dari tatapan para perempuan. Namun tadi pagi Catlyn berhasil membuat pikiran dan hati gus Abiyan gelisah.
Sebab yang di ingat oleh gus Abiyan adalah leher putih mulus milik Catlyn, karena tadi di awal pandangan telah jatuh pada area itu.
Gus Abiyan begitu marah terhadap dirinya sendiri karena mata nya tidak bisa menjaga pandangan nya. Berulang kali gus Abiyan mengucapkan istighfar dan meminta maaf kepada Allah tetapi bayang-bayang Catlym selalu berhasil menerobos pikiran gus Abiyan.
"Ya Allah maafkan hamba, demi Allah tadi khilaf memandang nya. Ya Allag engkau boleh menghukum hamba semau engkau, asalkan jangan hukum hamba melalui hafalan hamba,” lirih gus Abiyan sambil menitihkan air mata nya.
Sedangkan Catlyn sejak tadi terus memperhatikan gus Abiyan dari belakang karena belum menyadari jika yang di depan adalah gus Abiyan.
"Malah berhenti sih, kan gur juga suka dengar suaranya,” gerutu Catlyn di belakang.
"Apa gue samperin aja ya?? Tapi nanti malah jadi perkara."
"Gimana ya?!" celetuk Catlyn merasa bimbang.
Beberapa detik berikutnya gus Abiyan kembali melantunkan bacaan ayat Al Qur'an nya lagi, Catlyn pun mulai mendengarkan lagi.
"Kalau aja megang ponsel udah dari tadi gue rekam tiap malam gue dengerin biar bisa tidur,” celetuknya lagi di selah-selah mendengarkan lantunan ayat suci Al Qur'an.
Sudah pukul 02.50 pagi, gus Abiyan segera menyudai bacaan nya karena sebentar lagi para santri putri akan berdatangan untuk melaksanakan sholat tahajud dan di lanjut sambil menunggu adzan subuh.
Setelah menyudai bacaan nya gus Abiya meletakkan kembalu Al qur'an kedalma rak tadi, dan berjalan keluar dari mushola.
Namun lagi-lagi tatapan nya tertuju pada seorang gadis yang memakai mukenah putih sambil membawa Al Qur'an di tangan nya dan menyenderkan kepala nya sambil terpejam.
"Bukan kah ini gadid petakilan tadi pagi,” guman gus Abiyan pelan.
Gus Abiyan segera mencari sapu agar bisa memabngunkan Catlyn, mana mungkun gus Abiyan akan membangunkan nya dengan cara menyentuh yang bukan mahram nya.
Gus Abiyan menepuk pelan tubuh Catlyn menggunakan ujung sapu agar terbangun.
"Bangun, disini tempatnya sholat bukan tidur,” ucap dingin gus Abiyan sambil menampakkan wajah datar nya.
Catlyn pun menggeliat karena merasa tidak asing dengan suara tersebut, perlahan Catlyn mengucek matanya dan mendongak menatap ke arah gus Abiyan yang memakai gamis putih dan sorban yang berada di pundak nya.
"Pangeran surga dari mana ini ganteng banget, apa ia gue udah ada di surga sekarang?!" celetuk Catlyn dalam hatinya.
"Turunkan pandangan mu,” tegas gus Abiyan lagi.
Catlyn memijat kening nya karena kondisi nya masih setengah sadar. "Cepat ambil wudhu,” titah gus Abiyan.
"Masih ngantuk,” sauth Catlyn sambil menguap.
"Tutup mulumu kalau menguap, yang ada setan bisa masuk kedalam,” ketus gus Abiyan.
"Ck!"
"Mengumpat sekali lagi, kamu akan saya hukum du tengah lapangan nanti setelah sholat subuh,” ancam gus Abiyan merasa kesal dengan perempuan yang suka mengumpat seperti ini.
Catlyn pun segera bangkut dari duduk nya dan berada di hadapan gus Abiyan, jarak keduanya begitu dekat sampai membuat gus Abiyan merasa kesal lagi.
"Mundur jaga jarakmu dari saya."
"Emang nya saya punya penyakit menular??"
"Ya."
Catlyn menautkan alis nya sambil memutar bola mata nya malas. "Udah deh sana ganggu orang aja."
"Dasar gadis tidak memiliki adab sama sekali,” ketus gus Abiyan dan lansung pergi meninggalkan Catlyn begitu saja.
"APA LO BILANG??? GUE BERSIKAP SESUAI DENGAN LAWAN BICARA GUE,” teriak Catlyn sambil menggeram kesal.
"Lihat saja nanti setelah subuh,” monolog gus Abiyan dalam hatinya sambil berjalan menuju ndalem.
Sedangkan Catlyn masih saja ngedumel tidak jelas, ia merasa jengkel karen gus Abiyan membangunkan nya dari tidur nya jadi ia tidak bisa lagi mendengar suara merdu itu.
Catlyn masih celingukan mencari keberadaan orang yang membaca Al Qur'an tadi.
"Tuhkan gara-gara si Agus jadi pergi deh pria yang tadi,” kesal Catlyn.
"Si Agus siapa lagi yak?!" celetuknya lagi.
"Yaya baru ingat si Agus panggilan buat anak nya ummi,” kekeh Catlyn.
Tak lama kemudian para snatri sudah berdatangan ke mushola, Catlyn pun seger mengambil air wudhu padahal selama berada di pesantren ini Catlyn selalu mendapatkan takziran karena selalu telat bangun subuh, dan hukuman nya pun di tambah karena Catlyn tidak mengikuti sholat tahajud.
Teman sekamar Catlyn pun merasa heran melihat teman nya mengambil wudhu lebih dulu dari nya.
"Tumben gak telat bangun,” celetuk Rere.
"Telat bangun salah, bangun lebih awal juga salah aneh emang lo."
"Gak gitu tapi aku bersyukur karena kamu sudah mulai bisa mengubah sikap kamu dan menyesuaikan diri di pesantren ini,” sauth Rere.
"Hmm,” deheman Catlyn.
"Gue mau cerita tapi entar aja setelah sholat subuh,” sambung Catlyn.
Rere mengangguk pelan kemudian keduanya segera kembali masuk ke dalam mushola.
Selama melaksanakan sholat tahajud Catlyn terus saja terngiyang-ngiyang dengan suara merdu pria tadi yang tak lain adalah gus Abiyan.
Catlyn juga merasa kesal dan menandai merah nama gus Abiyan yang artinya menjadi musuh bebuyutan nya di pesantren ini. Biasa musuh Catlyn adalah mbk-mabk kafa yang terus memberinya hukuman, tetapi sekarang musuh nya akan bertambah lagi.
****
Masih mau lanjut kisah mereka berdua gak nih?!
next part ya
Lanjut
Comment on chapter Chapter 1