Read More >>"> Istri Tengil Gus Abiyan (Chapter 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Istri Tengil Gus Abiyan
MENU
About Us  

"Secinta cintanya dirimu dengan nya, lauhul mahfudz tetaplah pemenangnya."

_Catlyn Zhefania_

***

PP. Darul Muttaqin Kediri.

Sebuah pesantren besar yang berdri sejak tahun 1999, ponpes yang sudah tersohor di daerah Kediri, Jawa Timur. Ponsen Darul Muttaqin memang terletak di pedesaan, suasana nya memang sangat asri karena jauh dari polusi udara.

Kiayi Ahmad Habibie, adalah cicit dari pendiri pesantren ini beliau sudah mengurus pesantren ini sejak lama.

Pesantren ini lah yang menarik atensi sosok gadis dari kota yang ingin menimbah ilmu di pesantren ini, niat awlanya juga ingin melupakan cinta nya sekaligus memperdalam ilmu agama nya.

Catlyn Zhefania, seorang gadis kota yang terbiasa hidup dalam kemewahan harta haru siap kehipangan semua fasilitas yang orang tua nya berikan, dan tinggal di pesantren. Ctlyn adalah sosok gadis yang bar-bar, super ovet, ceria, tantrum, dan juga lemah ketika mendapatka bentakan dari orang lain.

Catlyn memang belum terbiasa menggunakan hijab dan pakain tertutup, seperti kali ini Catlyn hanya menyampirkan hijab nya saja di pundak nya.

Hari ini Catlyn mendapatkan hukuman dari bu nyai Khadijah karena tadi pagi tidak ikut sholat jama'ah di musholah, jadi selama seminggu Catlyn akan di hukum bantu-bantu di ndalem dan menghafal juz amah dan tiap selesai sholat subuh harus menyetorkan hafalan nya.

"Cat," panggil mbk ndalem.

"Apa sih mbk?? Manggilnya jangan cat cet terus dong," kesal Catlyn.

"Namamu Catlyn to? Ya wes tak panggil Cat wae."

Catlyn menangkupkan kedua tangan nya ke arah Syifa. "Hayuklah mbk syifa, gak paham aku mbk bicara apa?"

Syifa menepuk jidat nya ia lupa jika Catlyn dari Jakarta, dan belum paham dengan bahasa jawa.

"Jadi gini, aku translit ini."

"He'em, tak dengerin ini."

"Tadi aku bicara, nama kamu Catlyn kan jadi aku manggilnya Cat aja."

"Gak mau ah, nama bagus bagus di panggil Cat jelek banget," gerutu Catlyn sambil memegang sapu di tangan nya.

Mbk Syifa pun menghela nafas dalam, semenjak Catlyn di hukum bantu beres-beres di ndalem semua pekerjaan para mbk ndalem menjadi ricuh karena Catlyn.

"Udah sana keluar bantuin ambilin belanjaan bu nyai."

"Aku juga mbk??"

"Iya Catlyn."

"Banyak gak mbk?"

"Apa nya??"

"Bu nyai nya," kesal Catlyn.

"Belanjaan nya lah, masih aja tanya," ralat Catlyn.

"Banyak, soalnya nanti putra bunyai pulang dari Cairo."

"Hufftt... kan nambah pekerjaan jadi gak bisa rebahan setelah ini, pasti di suruh bantuin masak," celetuk Catlyn.

"Udah sana, sebelum bu nyai yang panggil kamu."

"Emang ada bu nyai juga??"

"Ndak, tadi beliau pergi ke ruang asatidz."

"Oh," sauth Catlyj beroh saja dan memberikan sapu kepada mbk Syifa, padahal mbk Syifa juga menenteng belanjaan di kedua tangan nya.

"Astaghfirullah, Catlyn maksud kamu apa kasih mbk sapu??"

"Lanjutin nyapu nya mbk, kan tadi minta aku ambil belanjaan," teriak Catlyn sambil keluar ndalem.

Syifa hanya bisa menghela nafas dalam, dari banyak nya santri di sini hanya Catlyn santri putri yang bikin onar di pesantren. Pasti ada aja tingkah nya yang membuat para pengurus dan ustadzah yang mengajar geram.

Syifa segera meletakkan belanjaan yang ia bawa ke dapur dulu, baru melanjutkan menyapu di ruang tamu melanjutkan pekerjaan Catlyn.

Catlyn segera mengambil belanjaan di mobil dan menenteng nya, namun mata nya menatap ke arah gerbang yang terbuka setengah.

"Hmm, pengen sih keluar pesantren jalan-jalan bentar," celetuk Catlyn.

Kemudian Catlyn mengumpulan semua barang belanjaan ia berniat membawa nya sekalian padahal masih banyak, tapi begitulah Catlyn tidak suka bolak balik.

Catlyn juga mendnegar suara mobil yang berhenti di depan ndalem, tapi Catlyn tidak menghiraukan siapa yang datang, dengan susah payah Catlyn meringkus beberapa belanjaan menjadi satu dan menerobos masuk ke ndalem.

"Misi dong mau lewat," ucap Catlyn dari belakang.

"Ck! Budeg ya??? Misi mau lewat," ucap Catyln lagi karena pria di depan nya tak kunjung menyingkir dan membiarkan ia masuk.

Pria itu lansung berbalik arah karena mendengar suara perempuan yang mengumpat, padahal  seharusnya santri tidak mengumpat dan barakata kasar seperti yang ia dengara barusan.

"Astaghfirullahhaladzim," ucap pria tersebut sambil menutupi leher Catlyn menggunakan sorban nya.

Catlyn tertegun melihat ketampanan pria di hadapan nya ini, begitu sempurna di mata Catlyn. Hidung mancung, mata hitam legam, wajah putrih bersih, rahang tegas, dan alim. Seperti itulah yang Catlyn pikirkan saat ini.

"Nereka masih bisa menerima perempuan yang berhijab model sepertimu," ucap nya lagi dengan suara dingin dan wajah datar khas nya.

"Ck! Bawa-bawa neraka segala, emang nya lo malaikat??"

"Kalau saya malaikat saat ini juga saya akan mencabut nayamu, agar tidak berbuat dosa lama-lama di dunia ini."

"Ancaman lo gak ngaruh sama sekali," ketus Catlyn.

Pria tersebut hanya menukik alis tebal nya saja. "Jika saya masih melihatmu memakai hijab dengan memperlihatkan leher mu lagi, kamu akan mendapatkan hukuman," ancam balik.

Catlyn memutar bola mata nya malas. "Lo siapa sih berani ngancem-ngancem segala, mending bantuin gue bawa masuk belanjaan bu nyai."

Belum sempat ia menjawab Catlyn malah langsung memberikan sebagian belanjaan nya kepada pria tersebut dan pergi begitu saja meninggalkan pria yang masih tertegung menatap kepergiaan nya.

"Astaghfirullah siapa gadis itu, tidak memiliki adab sama sekali," guman nya pelan.

"Abiyan," panggil seorang wanita dari belakang.

"Assalamu'alaikum ummi," sauth nya lembut sambil mencium punggung bu nyai Khadijah dengan takzim.

Abiyan Raffasya Alghifari, putra pertama dari pasangan kiayi Ahmad Habibie dan bu nyai Khadijah. Pria berusia 26 tahun, selama 5 tahun gus Abiyan melanjutkan studinya di Cairo, dan kali ini pertama kalinya gus Abiyan pulang dari negara orang.

"Wa'alaikumsalam, kenapa berdiri di sini?? Dan..."

Ucapan bu nyai terhenti ketika melihat putra nya membawa belanjaan nya dari pasar tadi.

"Kenapa bawa belanjaan ummi nak?" tanya nya.

"Tadi ada ada seorang gadis yang tidak memiliki sopan santun sama sekali mi, dan memberikan belanjaan ini," sauth gus Abiyan.

Bu nyai menghela nafas mungkin kah Syifa, tapi tidak mungkin karena setahu nya Syifa sangat menjaga adab nya. Akan tetapi bu nyai tak menghiraukan lagi, nanti dia akan bertanya sendiri pada Syifa.

"Yasudah wes ayo masuk, biar nanti ummi yang urus."

Gus Abiyan mengangguk pelan kemudian mengikuti ummi nya dari belakang.

"Mbk Syifa," teriak bu nyai Khadijah.

Syifa pun berjalan tergopoh-gopoh dari arah dapur karena mendengar teriakan bu nyai nya.

"Dalem bu nyai," ucap mbk Syifa sambil menunduk sopan.

"Bawa belanjaan nya masuk."

"Enggh bu nyai," sauth mbk Syifa sambil mengambil belanjaan di meja tamu.

Mbk Syifa segera masuk ke dalam, sebelum itu bu nyai meminta nya membuatkan teh hangat dulu untuk gus Abiyan.

"Alhamdulillah, akhirnya putra ummi ini pulang juga setelah 5 tahun."

Gus Abiyan tersenyum ke arah ummi nya, kedunya saling berbincang-bincang ringan sampai gus Abiyan memutuskan untuk beristirahat di dalam kamar nya.

Sedangkan bu nyai Khadijah mengumpulkan para mbk ndalem yang biasanya berada di rumah nya.

"Tadi ada yang membawa belanjaan saya selain Syifa?" tanya bu nyai.

"Mboten bu nyai," sauth mereka bertiga serempak.

"Maaf bu nyai, ta-di saya meminta Catlyn membantu saya mengambil belanjaan bu nyai."

"Apa Catlyn merusak barang belanjaan bu nyai?" tanya Syifa.

Bu nyai menghela nafas dalam. "Ternyata gadis itu lagi."

"Panggil Catlyn suruh mengahadap ke saya."

"Enggh bu nyai," sauth Syifa.

Beberapa saat kemudian Catlyn segera menghadap ke bu nyai Khadijah. Sebenarnya Catlyn agak was-was takut jika hukuman nya di tambah, tapi Catlyn juga ingin mengadu jika ada santri putra yang masuk ke dalam kawasan putri kecuali sopir ndalem.

"Assalamu'alaikum," ucap Catlyn.

"Wa'alaikumsalam, duduk nak."

"Disini ummi?!" sauth Catlyn.

Selama di pesantren Catlyn memanggil bu nyai dengan sebutan ummi, karena ia merasa kesulitan dalam mengucapkan nya.

"Iya duduk lah."

"Beneran gakpapa ummi, yang lain nya kan duduk di bawa." Celetuk Catlyn karena tadi bu nyai Khadijah menepuk sofa di samping nya.

"Gakpapa nak, ayo duduk lah ummi mau bicara dengan mu."

"Ummi bentar, nanti jatuhnya ilmu Catlyn gak barokah kalau duduk sejajar dengan ummi," serkah Catlyn lagi.

Bu nyai Khadijah hanya bisa menggelengkan kepala nya, hanya Catlyn santriwati disini yang berhasil membuat ummi Khadijah menganggapnya seperti putri sendiri.

Dan karena  Catlyn juga bu nyai Khadijah harus ekstra sabar dalam mendidik Catlyn agar bisa kembali ke jalan Allah lagi.

"Terserah kamu aja, asalkan duduk," sauth bu nyai Khadijah pasrah dengan sikap Catly.

"He'em," sauth Catlyn sambil mengangguk pelan.

Catlyn pun memilih duduk di bawa sambil meletakkan tangan nya di atas meja. "Ummi boleh di makan gak coklat nya??" celetuk Catlyn karena melihat coklat yang tadi di bawa oleh gus Abiyan dari Cairo.

Semenjak di pesantren Catlyn tidak permah menunjukka  sisi kuat nya, ia menutupinya dengan sikap bar-bar nya seperti ini agar teman-teman nya menganggap Catlyn hanya gadis biasa. Catlyn tidak suka jika di anggap sebagai orang kaya, karena ia takut jadi sombong.

"Boleh nak makan saja."

"Hehehh terima kasih ummi."

Bu nyai Khadijah mengangguk pelan. "Ummi coklat nya boleh minta lebih gak?"

"Jangan memakan yang berlebihan ndak baik nak."

"Bukan buat Catlyn, tapi buat teman-teman Catlyn di asrama."

"Oh, boleh nanti kalau mau kembali ke asrama ummi ambilkan lagi di dalam masih banyak."

Catlyn menyengir sambil kegirangan, begitulah ia jika memakan apa pun di ndalem pasti meminta lebih, karena ia teringat dengan teman sekamar nya.

Catlyn tidak bisa memakan apa pun sendiri, karena memang sejak dulu ia terbiasa memakan apa pun bersama-sama dengan para sahabat nya.

"Ummi Catlyn mau cerita sebentar, ummi gakpapa kan bicaranya di tunda dulu??"

"Iya."

"Tadi ya ummi waktu Catlyn bantuin mbk Syifa ambil belanjaan ummi di mobil, ada santri putra yang masuk."

"Kamu ndak salah lihat nak?"

"Enggak ummi, Catlyn sempat berdebat sama dia apa lagi bawa-bawa malaikat sama neraka."

"Agak ngeri ucapan nya, tapi Catlyn gak takut sama ancaman nya."

Belum sempat bu nyai Khadijah menanggapi ucapan Catlyn, tiba-tiba gus Abiyan datang menyelah pembicaraan keduanya.

"Ini mah gadis yang Abi maksud," serkah gus Abiyan.

"Tuh orang nya ummi, bernai banget berada di ndalem gak sopan," ketus Catlyn juga.

Bu nyai Khadijah saling memandang kedua nya bergantian. "Kalian sudah saling kenala?"

"Gak," ketus mereka berdua.

"Abi duduk dulu sini nak," sauth lembut bu nyai Khadijah.

"Nak?" guman pelan Catlyn.

Catlyn menggode bu nyai Khadijah dengan satu mata nya, sambil menutup sebelah bibir nya.

"Ummi kenal sama pria dingin itu?" guman Catlyn.

"Tidak usah membicarakan orang dengan berbisik," ucap gus Abiya  dingin.

"Seudzon," ketus Catlyn.

"Ck! Nyebelin, udah tampan tapi dingin, ketus, omongan nya pedes banget lagi," gerutu Catlyn dalam hati nya.

"Sudah hentikan kalian berdua ini, seperti anak kecil saja."

"Jadi gini Catlyn, ini putra ummi yang baru pulang dari Cairo, nama nya gus Abiyan."

"Dan ini Catlyn, santriwati bari di sini nak dari jakarta."

Ucap bu nyai Khadijah memperkenalkan satu sama lain, karen kedunya terlihat begitu jengkel.

Catlyn langsung membulatkan mata nya sempurna, sungguh ia merasa amat kaget mendengar penuturan bu nyai Khadijah.

"Mati aku kalau kaya gini, tapi masa sih dia putrnya ummi?? Beda banget sama ummi khadijah sama abah Ahmad," monolog Catlyn dalam hatinya sambil menatap ke arah gus Abiyan.

"Turunkan pandanganmu," ucap gus Abiyan sambil menatap datar ke arah Catlyn.

Catlyn pun menggigit bibir bawa nya, yang benar saja ini kesekian kalinya ada pria yang berbicara begitu pedas pada nya.

"Fix kalau ada pria datar ini, gak aman dong aku disini," gerutu Catlyn lagi dalam hati nya.

***

Selamat membaca karya kak el yang kedua disini.

Semoga suka:)

Follow ig: safira_elzira

Follow akun tinlit author: klik "safira elzira" di bawa judul novel ini.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Candra
663      415     3     
Short Story
Pertemuan tidak terduga dimalam itu membuat Candra dan Agam merasa nyaman satu sama lain. Tapi ada hal yang Agam tidak tahu tentang Candra, satu hal yang sangat Candra sembunyikan..
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
111      104     3     
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.