Hari sudah mulai pagi lagi, Yogi dan kawan-kawan yang lainnya memulai aktifitas kembali. Berangkat ke kampus seperti biasa dengan masing-masing mengendarai sepeda motornya.
Setengah jam kemudian , Yogi dan kawan-kawan yang lain sudah sampai di kampus. Hari ini agak telat sampainya, karena tadi sempat ada insiden kecelakaan di jalan yaitu sepeda motor yang masuk parit karena gagal nyalip.
Tapi untunglah tidak ada korban jiwa, hanya saja pengendaranya merasa syock dan lecet-lecet dikit di bagian tangannya.
“ Untunglah kita sampai kampus gak telat-telat banget.” Ucap Yogi.
“ Iya Gi, gue khawatir tadi bakalan telat, tapi bersyukur masih tepat waktu.” Ucap Edwin.
“ Ya udah, yuk kita masuk ke kelas masing-masing.” Ajak Yogi kepada teman-teman yang lain.
Akhirnya, Yogi dan teman-temannya yang lain pun ikut meninggalkan area parkir kampus.
***
Beberapa jam kemudian, sudah hampir sore Yogi dan kawan-kawan yang lain segera pulang menuju rumah karena jam kuliah sudah selesai tidak ada jadwal ngampus lagi.
Yogi lalu duduk santai di teras rumahnya sambil mengisap rokok dan minum segelas kopi hitam. Begitu tiba dari kampus.
Pikiran yang mumet dan badan capek karena seharian bergelut dengan tugas kuliah, sehingga pulang ke rumah pun ingin bersantai-santai dulu mencari angin sambil ngopi.
Begitu tegukan kopi terakhir, ibunya Yogi teriak dari dalam rumah.
“ Yogi..Yogi..ini handphonemu bunyi.”
“ Oh iya, telepon dari siapa, Bu?”
“ Gak tahu, coba saja angkat.” Ucap ibunya kemudian sambil menyerahkan benda kecil pipih tersebut.
Lalu, handphone pun sekarang sudah digenggaman Yogi, Yogi pun lalu mengangkat panggilan telepon tersebut.
Yogi : Hallo Rur, ada apa ?
Ruri : Hallo juga Gi, gimana rencana nanti malam jadi gak?
Yogi : oh itu, ayo kita jadikan, jangan lupa ajak yang lain dan ajak Mbah Susilo juga.
Ruri : oke kalau gitu, ntar gua ajakin dulu.
Yogi : Ya udah kalau gitu, udah dulu ya teleponnya
Telepon dari Ruri pun dimatikan dan Yogi pun menghabiskan kopi yang masih tersisa sedikit lagi didalam cangkir.
***
Malam pun sudah tiba, Yogi dan kawan-kawan sudah berkumpul di depan warung kopi menunggu Mbah Susilo datang.
Beberapa menit kemudian, Mbah Susilo pun datang juga sesuai dengan yang telah dijanjikan.
“ Maaf Mbah datang terlambat, sudah lama nunggunya?” Mbah Susilo bertanya
“ Iya Mbah tidak apa-apa, kami juga sambil ngopi-ngopi dulu disini.” Jawab Yogi mewakili teman-temannya.
“ Kalau gitu ayo kita penelusuran.” Ajak Mbah Susilo
Mbah Susilo dan yang lain lalu berjalan menyusuri jalan setapak yang sudah ditumbuhi rumput-rumput liar yang sudah meninggi.
Tak berapa lama, sampai juga ke lokasi bekas pabrik tepung terigu. Tempatnya sudah kosong dan sangat kotor karena sudah lama ditinggalkan dan menjadi terbengkalai tak terurus. Jadi menambah kesan horor bagi yang kebetulan melewati dan melihatnya.
Baru sampai gerbang, sudah disambut dengan bau busuk yang menguar menusuk hidung.
Hoooeeekkk....
Tiba-tiba Edwin muntah karena tidak kuat mencium baunya.
“ Elu kenapa, Win?” tanya Yogi
“ Gua gak kuat nyium baunya,Gi.” Jawab Edwin
Ssrrekk...Ssrrekk..
Terdengar suara daun yang dikibas-kibaskan, Yogi melihat ada sesosok yang mengintipnya dengan mata menyala disertai dengan badan yang kelihatan besar juga berbulu.
Tiba-tiba Edwin berteriak kencang “ Aaaakkkkhhhh....”
Lalu Yogi pun dengan cepat menghampiri Edwin takut terjadi apa-apa.
“ Lu kenapa Win?” tanya Yogi
“ Perasaan gua ada yang nyolek kaki gua, mana dingin banget anjir...” jawab Edwin
“ Hati-hati ya Win, jangan sompral disini, energinya kuat banget.” Yogi memperingatkan.
“ Emang ada apaan?” Edwin malah bertanya.
“ Ntar jawabnya, makhluknya merhatiin lu tuh!” jawab Yogi
Edwin bergidik, menandakan ketakutan yang teramat sangat. Mbah Susilo lalu menuju ke ruangan pabrik yang sudah kosong diikuti Yogi dan yang lain. Suasananya sangat sunyi dan agak lembab.
Ketika sedang berjalan tiba-tiba terdengar suara seperti ular yang mendesis. Semua orang menjadi panik dan berteriak, untungnya masih bisa ditenangkan oleh Mbah Susilo.
Mbah Susilo menanyakan ada yang punya cangkul atau tidak, karena Mbah Susilo akan menggali tanah untuk mencari mustika ular yang tertanam dibawah pohon pisang.
Kebetulan Bapaknya Ruri seorang petani kebun, pasti mempunyai pekakas itu. Tapi begitu Ruri mau pulang ke rumah untuk mengambil perkakas, Mbah Susilo malah melarangnya karena pasti makhluk itu akan mengikuti.
Jadi, sebagai alternatifnya menggunakan besi-besi bekas pagar yang berserakan.
Mbah Susilo pun mulai menggali tanah di lokasi bekas pabrik terigu itu, dan benar saja sebuah mustika itu ditemukan di bekas galian yang tadi digali oleh Mbah Susilo.
“ Wah, mustikanya bagus sekali,Mbah!” sahut Yogi
“ Isshh, tidak boleh diambil, nanti yang punya akan marah. Sebaiknya kita kuburkan lagi mustika ini.” Ucap Mbah Susilo.
“ Pinjam dulu sebentar Mbah, mau dipotret.” Ucap Edwin
“ Cepat..cepat..Mbah mau menguburkan lagi mustikanya.”
“ Iya Mbah, siap!”
Lalu, Edwin pun mengeluarkan kamera ponselnya dan segera memotretnya.
“ Sudah Mbah.”
“Bagus!”
Mbah Susilo pun kembali menguburkan mustika ular itu cepat-cepat sebelum mpunya datang.
***
Lalu, setelah menguburkan kembali mustikanya, terdengar suara tertawa cekikikan dari atap bekas pabrik itu.
Hihihihi.....
Mbah Susilo menengok ke atas atap itu, dan benar saja ada sesosok kuntilanak berbaju putih sedang mengayun-ayunkan kakinya sambil sesekali tertawa mencari perhatian.
Tapi dia tidak mengganggu hanya merhatiin saja dari jauh selepas itu kuntilanak terbang dan menghilang ditelan gelapnya malam.
Waktu hampir pukul 02.00 dini hari, Yogi dan yang lain terlihat menguap tanda mengantuk. Akhirnya, Mbah Susilo mengajaknya untuk pulang saja menuju rumahnya masing-masing
***
Lanjut
Comment on chapter Hantu Penunggu Jembatan Tua