Terdengar langkah kaki semua orang...
Termasuk dirinya...Zane
Banyak orang yang menatapnya dengan tatapan sinis dan aneh padanya, namun ia tak peduli akan hal itu.
Ia sedang berjalan menuju ke lokernya, lalu membuka loker itu dan...
Brukkk....
Di saat ia membuka loker-nya seseorang jatuh dan Zane cepat-cepat menghindarinya guna untuk tidak terluka.
Zane menatap orang itu dengan tatapan cueknya, karena ia sangat mengenali orang itu namanya adalah Jake, Ya Jake sedang terkapar terikat dengan mulut di lakban sembari meringis kesakitan.
Zane pun segera membantu mulai membuka lakban dari mulut Jake dan melepaskan tali yang mengikat seluruh tangan Jake kalau tidak darah nya tidak akan berjalan dengan
lancar.
“Siapa yang membuat mu seperti ini?” tanya Zane dengan dingin.
Jake pun menggeleng dan berkata. “Aku tidak tahu sumpah! Aku di ikat dari belakang dan di masukkan ke loker mu, aku tidak tahu siapa orangnya” ucap Jake dengan jujur.
“Kau ini, selalu saja ceroboh.” marah Zane pada Jake lalu mencoba membuka tali tersebut yang masih terlilit di kedua tangan Jake.
Namun saat ia ingin melepaskan temannya itu ia pun mendapatkan penglihatan. Penglihatan tersebut adalah flashback di mana Jake di bully dan di masukkan ke dalam loker Zane, seketika penglihatan berhenti dan kembali normal.
Zane mengurungkan niatnya untuk melepaskan Jake, lalu berjalan dengan santai, baru tiga langkah ia pun harus berhenti karena Jake.
"Kamu mau ke mana?." tanya Jake yang masih keadaan terikat.
"Cuma ingin bermain-main dengan umpan ku." jawab Zane lalu membalikkan badan nya dan mengubah wajahnya menjadi tersenyum, bukan tersenyum biasa melainkan senyuman menyeringai yang menandakan bahwa ia tak main-main dengan orang yang berani membully-nya dengan Jake.
Ia pun membawa alat setrumnya dan palu kesukaannya, lalu berjalan dengan santai menuju ke kelasnya.
Terlihat banyak murid yang menatap nya, namun bukan itu yang Zane perhatikan melainkan geng pembully yang sedang bercerita asik sambil tertawa terbahak-bahak. Zane pun mulai melancarkan aksinya dengan mendekati mereka.
"Halo para pembully ku!." Zane mulai mengeluarkan suara berat miliknya dengan lantang.
"Kau mau apa hah?!." tanya Finn selaku ketua geng tersebut.
"Ohh, tidak ada. Aku hanya ingin membuat kalian menyesal apa yang kalian perbuat pada orang-orang cupu dan lemah seperti kami." Zane mulai memicingkan matanya dan ingin mulai bersiap menyerang.
Finn mulai turun dari meja yang di dudukinya lalu mendekati Zane."Hahahaha, membuat kami menyesal? Memangnya apa yang kamu akan lakukan agar kami menyesal telah membuat mu terkucilkan."
"Selama ini aku memang diam saja dan tidak melawan, namun kali ini aku akan memperlihatkan siapa diri ku sebenarnya."
"Omong kosong, Zane kau hanya orang lemah kau tidak bis-."
Zane menghentikan penjelasan Finn dengan menyetrum bagian kelaminnya hingga pria itu terkapar dan meringis kesakitan, sedangkan yang menyetrumnya hanya tersenyum iblis lalu menatap anggota gengnya dengan tatapan tajam.
"Menyebalkan, semua harus di hempaskan tapi boleh mumpung energi ku masih banyak." ujarnya lalu mengeluarkan palunya.
Tak banyak bicara Zane langsung saja memukul satu anak geng itu di bagian kepalanya hingga pingsan.
"Ini saja kemampuan kalian? hanya membully dan mengejek orang. Lembek sekali kalian." Zane mulai mengeluarkan senyuman mengejek.
Sedangkan yang lainnya pun mulai maju dan ingin menghajar Zane, namun Zane dengan cepat menangkap tangan dan membuat lengan anak itu patah.
"Kalian hanya tahu membully orang, tapi kalian tidak tahu caranya bertarung." Zane mulai memberikan putaran tendangan dan menyikut pipi anak itu hingga membuat pipi anak tersebut lebam merah dan giginya mulai keluar berjatuhan.
Akhirnya anggota geng itu pun kalah dan jatuh pingsan karena Zane.
"Huftt...terlalu mudah teman." ucap Zane lalu membersihkan tangannya seperti membersihkan debu padahal tak ada debu. "Kenapa kalian melihat ku apa kalian juga menginginkannya?." Zane mulai mulai sadar orang-orang yang sedang melihat pertarungan tadi.
Zane mulai menatap kembali semua anggota geng itu."Itu akibatnya mengganggu orang yang tidak pernah mengganggu mu." ujar nya lalu pergi meninggalkan kelas.
"Sialan! darahnya masih menempel, aku tidak sudi darah mereka menempel di tubuh ku apalagi di tangan ku." Zane mulai mengeluarkan sapu tangan dari pemberian pamannya lalu mengelap tangannya.
Saat Zane ke taman ia melihat kakaknya bernama Miles yang sedang mengobrol bersama teman-teman nya, itu membuat nya iri kapan ia akan mempunyai banyak teman. Zane pun berinsiatif menghampiri kakaknya itu.
"Miles." panggil Zane.
Yang di panggil pun menoleh."Ehh...Zane kenapa pakaian kamu berantakan begitu?." Miles terkejut melihat keadaan sang adik dalam berantakan.
"Aku tadi tidak sengaja jatuh pas mau turun lewat tangga. Mungkin karena aku terlalu terburu buru." Zane pun mulai mengeluarkan kebohongannya agar sang kakak tak tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Astaga Ane, kan kakak sudah bilang kalau jalan itu pelan - pelan jangn terburu buru." ucap Miles menasehati.
"Ohh, iya teman - teman kenalkan ini adik kembar ku nama nya Zane, Zane ini teman-teman ku." Miles berniat memperkenalkan teman -temannya kepada adiknya.
"Zane Robert, panggil Zane saja!." potong nya dengan cepat karena ia tak suka basa basi.
Tak lama ada seorang murid berlari ke arah mereka dengan nafas yng terengah-engah.
"Huftt..Zane kamu di panggil sama kepala sekolah." mendengar ucapan tersebut membuat Zane dan Miles mematung dan tak mengucapkan sepatah katapun.
Dengan cepat Zane berlari dan menuju ke ruangan kepala sekolah, saat baru saja membuka pintu terlihat guru laki - laki maupun perempuan menatap Zane dengan tatapan kecewa termasuk kepala sekolah.
"Zane akhirnya kamu sampai juga silahkan duduk saya mau bicara penting sama kamu." kepala sekolah mulai mempersilahkan Zane untuk duduk dan yang di panggil itu pun hanya menurut saja.
"Bapak kecewa sama kamu Zane." lima kata yang keluar dari Pak Kepala Sekolah membuat Zane masih bingung apa yang di kecewakan dari dirinya.
"Maaf, Saya tidak paham apa yang bapak katakan." ucap Zane.
"Karena tindakan kamu membuat murid - murid hampir kehilangan nyawanya, kamu saya keluarkan dari sekolah karena telah melakukan penganiayaan terhadap murid lainnya." akhirnya Pak Kepala sekolah bernama William mengatakan sebenarnya.
"Bapak William Ashton, kepala sekolah yang terhormat. saya melakukan ini karena mereka telah membully banyak orang yang tidak bersalah. Jadi mereka pantas mendapatkannya dan itu impas dengan apa yang kami dapatkan juga." jawab Zane menjelaskan.
"Tetapi tindakan kamu telah membuat nyawa anak orang hampir hilang, jadi saya putuskan untuk keluar-."
"Dari sekolah benarkan? Saya menerima itu. Saya baru sadar kalau sekolah ini bukan sekolah yang ramah untuk anak-anak melainkan sekolah yang membuat anak-anak disini celaka." Zane menghentikan ucapan kepala sekolah dan mulai mengatakan semua unek-uneknya.
Zane mulai berdiri lalu mencondongkan kepala nya dan menatap William.
"Terima kasih telah mengeluarkan saya dari sekolah ini, Akhirnya saya bisa bebas dari sekolah yang berwujud asli neraka jahanam."
"Zane kamu itu harus sopan sama kepala sekolah!." ucap Guru lelaki itu dengan tegas namun itu membuat Zane makin tak gentar.
"Dia sudah bukan kepala sekolah saya, bukankah saya sudah di keluarkan dari sekolah. Jadi otomatis dia juga bukan kepala sekolah saya. Buat apa saya sopan dengannya!." sentak Zane membuat semua di sana termasuk kepala sekolah merasa tersentak.
Zane bangkit lalu mulai berjalan menuju ke pintu keluar. Namun langkah nya terhenti karena ingin mengucapkan sesuatu.
"Saya harap bapak tidak menyesal suatu hari nanti." setelah mengucapkan kata itu Zane pun keluar dari ruangan kepala sekolah.
Zane mulai merapikan barang-barangnya dari loker lalu menyimpan barang tersebut ke dalam tas. Setelah itu Zane pergi menuju ke pintu keluar untuk pergi dari sekolah yang menurutnya seperti neraka.
Zane mulai mengambil ponsel lalu menelpon seseorang. "Halo, jemput aku sekarang Ayah." setelah mengucapkan kata tersebut ia pun mematikan telepon itu lalu berjalan menuju ke halte bus.
Sumpah, ini adalah pengalaman pertama kali ku di keluarkan dari sekolah, batin Zane lalu melenggang pergi.