Loading...
Logo TinLit
Read Story - Evolvera Life
MENU
About Us  

Jendela terhembus angin dengan suara ketukan dan derit engsel yang berkarat. Angin puyuh memasuki ruangan membuat udara menjadi dingin seketika, lilin di tengah ruangan padam tersapu angin dingin. Di balik keheningan itu, terdengar langkah kaki dan suara gelas yang pecah.

“Ssttt.” Cedric yang sadar mendesis menyuruh kami untuk diam, maksudnya itu jelas.

Tap-tap-tap, suara langkah kaki yang menyeramkan.

“Luna, Freya, Rika.” Cedric berbisik dengan suara yang samar dan dingin.

“Ambil senjata, siapkan posisi tempur.” Tanpa perlu diulangi, kami bergerak perlahan dengan mantap tanpa membuat suara sedikit pun.

Suara langkah kaki semakin mendekat, napas semakin sesak, udara terasa terkompresi. Kemudian, muncul asap di antara celah pintu.

Cedric berseru, teriakannya nyaring. Pasti terdengar di luar kamar.

“Semua, tahan napas.”

“Barrier: Bubble Barrier.” Gelembung pelindung muncul di sekitar kami. Semuanya diam, berusaha mempertahankan fokus pada siapa yang akan muncul di balik pintu.

“Apa yang terjadi, kepala ku mulai pusing, aku tidak kuat lagi.” Luna tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri.

Astaga, asap ini tidak bisa ditahan oleh barrier.

“Aku juga mulai pusing, Cedric.” Mataku mulai terasa berat, ini pasti obat tidur.

“Semua, tahan napas, ini obat tidur!!!” Cedric memperingatkan, dia juga tampak mulai mengantuk. Barrier bercahaya kuning itu mulai redup.

Driiitttt, pintu terbuka perlahan. Mata merah menyala dari balik asap hijau pekat.

Hap, Bum!. Sosok itu menendang keras barrier, lalu pecah. Kami terlempar, menembus dinding kamar, dan jatuh ke halaman belakang hotel.

Tulang-tulangku terasa patah saat menghantam tanah. Sepertinya ada bunyi yang retak di sana.

“Ahck.” Cedric terlihat sangat parah. Darah segar mengalir dari mulutnya. “Sepertinya aku beruntung, kalau saja pukulannya mengenai jantung.”

“Kapten, di sebelah kananmu!!!” Aku berseru memperingatkan.

Splash.

“Dia begitu cepat!”

Bum!

Pukulan keras menghantam dada Cedric. “Huck.” Cedric terpental sejauh 10 meter, menabrak pohon, lalu terdampar tak berdaya. Darah mengucur dari kepalanya, membasahi bajunya.

“KAPTEEN!!!” Aku dan Freya berseru, tidak percaya dengan apa yang telah kulihat. Cedric lumpuh dalam sekejap, hanya dua pukulan sudah mengakhiri pertarungan yang tak terduga itu.

“Kau bajingan, hiyaaaaaaaaak!!!”

Dengan marah yang memuncak, aku tanpa sadar menggerakkan beberapa benda di sekitar, seperti memiliki kekuatan kinetik, lalu melontarkannya dengan cepat ke arah pria misterius itu.

Splash, tubuh pria itu menghilang dengan cepat. Aku yakin, itu bukan teleportasi, tapi gerakan yang sangat cepat sehingga dia seolah-olah menghilang.

“Rika, di sebelahmu!” Freya berseru memperingatkan. Sayangnya, aku terlambat sedikit untuk menyadarinya, pria itu berhasil menggenggam leherku. Dia mengangkatku ke atas seakan melihatku sebagai anak kecil.

“Huh-ha-ha-ha, sia-sia.” Tawa pria itu terdengar keras, dengan nada angkuh dan penuh kekuasaan. Aku diangkat lebih tinggi, kakiku menggantung tiga puluh sentimeter di atas tanah. Dari sini, aku bisa melihat jelas wajahnya.

Wajahnya seperti pria berumur 30 tahun dengan beberapa goresan di mata dan pipinya, wajahnya tirus dengan tatapan dingin, bola matanya hitam tapi menyala merah, tingginya mungkin 190cm menambah aura penekanan mental. Aura merah gelap keluar dari tubuhnya, menyekik tubuhku.

“Lepaskan—aku.” Teriakanku parau, berusaha melepaskan diri. Namun sia-sia, perlahan bernafas menjadi lebih sulit. Diangkat lebih tinggi membuat leherku tercekik hampir tidak bisa bernafas. Udara terasa rapat, sulit untuk menghirup oksigen. Aku hampir pingsan, tubuhku mati rasa.

Tanganku meraih genggaman pria itu, mataku menatap ke bawah dengan menyulut. Sedikit lagi kesadaranku hilang, mulai terasa sakit seperti tertusuk di dada.

“Aku—mohon, lepaskan—aku.” Suaraku kaku dengan sisa nafas terakhir.

“Kau mau lepas, hah?” Mata merahnya menatapku geram. Kakiku meronta tidak tahan, tubuhku mulai kekurangan oksigen ke jantung dan otakku mulai tidak berfungsi.

“Baiklah.” Pria itu mengangkatku lebih tinggi, kemudian memutar dengan cepat di udara dengan satu tangan saja. Ini membuatku lebih buruk, tubuhku terasa teracak-acak di udara. Terjepit, tercekik, ingin lepas dari setiap engselnya.

Push, tubuhku dilemparkan dengan cepat, Bam! Tepat 2 detik setelah terlempar, aku menghantam batu besar hingga retak. Pandanganku langsung buram. Kesadaranku hanya tinggal menunggu waktu untuk tertidur selamanya.

Pria itu memalingkan pandangannya dariku. Apa yang dilihatnya di kanan—Freya! Aku hendak berseru memperingati, namun tertahan. Mulutku mengeluarkan darah segar, tenggorokanku sakit tercekik, tulang belakangku patah, dan darah mengalir deras di antara telingaku.

Plash.

“Cukup sampai di sini.” Pukulan dengan kuat mengarah ke wajah Freya. Tubuhnya terpental 10 meter dari titik awal. Sayangnya, dalam kondisi fokus dan berusaha memulihkan Luna dari bius tidur, dia justru terkena imbasnya.

Plash.

Pria itu melesat mengejar Freya yang sudah tidak berdaya. Punggungnya menghantam keras 2 pohon sekaligus.

“Inilah akhirnya, nyonya.” Pria itu menggapai tangan kanan Freya. Mengangkatnya sepinggang kemudian—

Tack!

 “AAAAAAAAAAAAAA!!!” Tulang tangan itu patah. Aku berseru ngeri tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah tamat sejak tadi. Kalau bukan karena tekadku untuk melindungi, mungkin aku sudah pingsan sejak awal.

“Satu orang lagi kan?” suaranya berat mencekam, auranya gelap menekan atmosfer. Pria tinggi berwajah tirus itu berbalik menghadap posisi Luna yang terbaring sebelumnya.

“Eh, di mana dia?” Mata pria itu menyisir area. Masih tidak menemukan apa pun. Sekali lagi menyisir area dengan teliti, masih juga tidak ketemu. Kemudian, kabut tipis mulai menutupi pandangan. Perlahan langit malam cerah berubah mendung.

“Gadis kecil itu sepertinya ingin bermain-main dengan ku.” Aura merah pekat keluar dari tubuhnya menyebar ke seluruh tanah belakang hotel. Itu menandakan area kekuasaannya. Mata pria itu terpejam sesaat, lalu terbuka.

“Kau di sana.”

Plash, Pria misterius itu melompat ke depan dan memukul keras tepat mengenai wajah Luna. Luna tersungkur ke tanah, kemudian tanah itu retak sepanjang 1 meter. Bagaimana mungkin pria itu bisa menemukan Luna di balik kabut ilusi dengan mudah.

Pria itu nyengir menatap ke bawah, seolah mengatakan ‘seharusnya dia mati sekarang’.

Perlahan kabut tebal menutupi tubuh Luna, menghilangkannya. Pria itu tampak kaget.

“Huh, apa yang terjadi.”

Tubuh Luna tidak ada di tanah. Tidak ada sisa kain atau darah di tanah. Itu pukulan hampa, ternyata hanya ilusi yang terbuat dari kabut yang mulai semakin tebal.

“Kau tidak akan bisa keluar dari lingkaran kebingungan ini, sampai semua energi kehidupanmu kuserap.” Entah dari mana suara itu, tetapi terdengar jelas di telinga. Itu ancaman serius yang keren dari Luna—beberapa menit lalu suara imutnya dengan tingkah polos dan lucu berubah terasa sangat berbeda di dalam kabut ini.

Tawa pria itu pecah, suaranya menggema tidak kalah dari suara Luna yang memberi ancaman. Cukup tawa itu sudah membuatku tahu, pria itu jauh di atas kami.

“Jadi ini ilusi?.... Boleh juga, akhirnya ada pengguna ilusi yang kuat. Aku sudah muak dengan tipuan, tapi kali ini kau boleh juga, siapa namamu, gadis kecil?”

“Namaku Luna si Penerang Malam, sekarang kau cukup diam, biarkan sisa hidupmu kuserap, dan dosamu akan diampuni olehku.”

“Dosa? Kau berbicara tentang dosa? Emangnya kau siapa haaaaaa!!!”

“FIRE TORNADO!”

Pria misterius itu menggunakan kemampuan api dengan membentuk tornado api yang terkontrol.

“Aku tidak mungkin bisa keluar dari ilusi, tapi aku mungkin bisa membuat ilusi ini kacau dengan mengganggu penggunanya.” Dengus pria misterius itu.

Perlahan tornado api yang kecil menjadi besar, kabut gelap dan tebal terangkat masuk ke dalam tornado, terbakar habis di sana. Langit yang membuat gelap suasana kalah dengan cahaya terang dari tornado. Suhu atmosfer naik drastis, jarakku begitu dekat dengan tornado itu. Perlahan kulitku melepuh, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain merintih kesakitan tanpa suara. Bersiap dipanggang habis.

Lagi-lagi pria itu tertawa jahat. Tawanya menggema puluhan meter. Terasa berat dan mencekam. Aku berusaha melihat walaupun silau dan mulai terpanggang. Pria itu tepat di dalam tornado, dia tidak terbakar oleh kemampuannya sendiri.

“Aku beri kau waktu 40 menit, jika masih bisa bertahan maka akan kuserahkan nyawaku, tetapi jika sebelum 40 menit ilusi ini sudah berakhir maka nyawamu yang cantik, akan jadi milikku seutuhnya.” Pria itu dengan nada angkuhnya dan badan yang busung menantang dan yang melebar bagai kebebasan, dia menantang tanpa rasa takut apapun.

Sudah 10 menit berjalan. Ilusi masih bertahan setidaknya untuk beberapa detik ke depan.

“Ha-ha-ha, aku kagum.” Pria misterius itu bertepuk tangan dengan tetap bertarung melawan ilusi buatan Luna di dalam kabut.

Menit ke 13, kabut gelap mulai menipis, awan mendung yang gelap mulai perlahan hilang. Luna terjatuh dari ketinggian 5 meter dan dengan keras menghantam tanah yang berdebu. Aku hendak berseru ngeri memanggil namanya. Tapi kesadaranku sudah di ambang batas.

“Ha-ha-ha.” Tawa pria itu pecah di udara. Tawa menandai kemenangan telak. Tornado itu mulai menghilang perlahan, suhu udara mulai menurun normal.

Pria misterius itu berjalan dengan pelan menuju Luna yang terkapar di tanah dengan kepala yang berdarah dan sekujur tubuh yang tampak luka bakar.

“Itu artinya nyawamu untukku!”

Pria misterius itu melesat kencang, mengeluarkan pisau kecil bersiap menusuk.

Ting, suara dentingan pisau dan pedang beradu tepat di atas tubuh Luna yang terkapar. Hanya tinggal lima puluh sentimeter lagi, pisau itu melesat menembus kulit yang sudah melepuh.

Sebuah pedang yang tampak panjang dengan pegangan yang terbuat dari emas dan bilahnya yang mengkilap menghalangi pisau kecil pria misterius.

Mata pria itu melotot kesal ke depan.

“Kalian.” Mereka serentak melompat mundur menjauh satu sama lain, memasang kuda-kuda terbaik. “Apa yang kalian lakukan di sini, fraksi Hukum?” Pria misterius itu melanjutkan tanggapannya.

“Justru aku yang bertanya sebaliknya, master beladiri.”

“KALIAN PENGACAU!!!.”

Plash

Pria yang disebut master beladiri itu marah kemudian dengan brutal melesat cepat menyerang pria berpedang emas itu. Teriakan mereka terdengar nyaring di udara terkompresi dengan desingan pedang dan sebuah pisau kecil yang dia bawa.

Pandanganku memang mulai meredup dan sangat kabur, tapi aku yakin, sekalipun itu aku sedang baik-baik saja, yang kulihat hanya cahaya merah terang dan kuning emas yang saling mengejar.

“Gawat, keluar banyak darah dari mulutnya, Rey cepat ambil ramuannya.”

Suara teriakan datang dari arah Luna, beberapa pria dan wanita mengerumuni tubuhnya. Mereka sepertinya para medis. Aku melihat cahaya hijau yang sama seperti Freya keluarkan dari telapak tangan untuk menyembuhkan.

Percakapan itu terdengar di telingaku, walaupun pertarungan sengit sedang berlangsung di depan sana — ini satu-satunya indra tubuhku yang masih berfungsi maksimal.

“Sudah tenanglah, kami tidak akan melukaimu,” ucap gadis itu.

“Apa dia mau menyampaikan sesuatu?” Gadis itu mendekatkan telinganya ke bibir Luna yang berusaha menyampaikan sesuatu dengan nafas yang lemah.

“Teman ku, sedang sekarat....” Kemudian ia menunjuk ke arahku, Cedric, dan Freya.

Gadis itu tampak kaget melihatnya.

“Keysa, cepat bawa yang lain dan bawa mereka ke markas segera,” perintah gadis itu sambil tetap melanjutkan penyembuhan untuk Luna. Setelah ia memalingkan pandangannya, dia kembali melihat ke arah Luna dan bertanya.

“Berapa jumlah temanmu?”

“Total kami 4 orang—.”

Percakapan itu mulai samar, kesadaranku benar-benar akan hilang sekarang.

“Gawat, aku akan kehilangan nafasnya sekarang. Kalian cepat ambil tas obatku, aku mohon bertahanlah,” kata-kata terakhir itu yang kudengar sebelum akhirnya kesadaranku menghilang.

                                ***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • silvius

    Halo readersvol. ada perubahan jadwal upload mulai bab berikutnya. Evolvera Life akan upload bab baru setiap 3 hari sekali. Terimakasih sudah menikmati cerita.

  • silvius

    Halo pembaca. Ini merupakan novel pertama saya. Saya sangat senang jika mendapatkan kritikan atau saran atau mungkin hal bagus yang membangun. Mari bersama membangun komunitas terbaik. Terimakasih telah membaca dan memberikan tanggapan yang jujur

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Gloomy
607      400     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
Selfless Love
4678      1317     2     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
Harapan Gadis Lavender
3050      1331     6     
Romance
Lita Bora Winfield, gadis cantik dan ceria, penyuka aroma lavender jatuh cinta pada pandangan pertama ke Reno Mahameru, seorang pemuda berwibawa dan memiliki aura kepemimpinan yang kuat. Lita mencoba mengungkapkan perasaannya pada Reno, namun dia dihantui oleh rasa takut ditolak. Rasa takut itu membuat Lita terus-menerus menunda untuk mengungkapkan perasaa...
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4301      1157     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
Return my time
319      271     2     
Fantasy
Riana seorang gadis SMA, di karuniai sebuah kekuatan untuk menolong takdir dari seseorang. Dengan batuan benda magis. Ia dapat menjelajah waktu sesuka hati nya.
Ghea
476      314     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Dua Warna
664      458     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Sunset in February
982      546     6     
Romance
Februari identik dengan sebutan bulan kasih sayang. Tapi bagi Retta februari itu sarkas, Februari banyak memberikan perpisahan untuk dirinya. Retta berharap, lewat matahari yang tenggelam tepat pada hari ke-28, ia dapat melupakan semuanya: cinta, Rasa sakit, dan hal buruk lain yang menggema di relung hatinya.
THE HISTORY OF PIPERALES
2111      824     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Surat untuk Tahun 2001
5408      2198     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...