Setelah meninggalkan taman, Rio bergegas menuju pasar untuk langsung menuju kios karena ingin melihat kondisi dari kucing jalanan. Ia masih belum kenal dekat dengan mereka berempat, Maka dari itu untuk hari ini ia sempatkan untuk berkenalan dan membentuk sebuah ikatan. Karena saat ini ia hanya berjalan kaki, jadi butuh waktu lama untuk sampai di tujuan. Hari libur seperti ini, jalanan lumayan sepi jadi tidak perlu khawatir terkena asap kendaraan disaat ia akan menyeberang. Rio melihat jam tangannya, jam menunjukkan pukul 07:00 pagi. Akhirnya ia telah sampai di depan pasar, tampak sepi kali ini. Rio berjalan menuju kios milik ibunya dan langsung menemukan si induk yang sedang menyusui anak-anaknya.
"Hai, apa kabar?" sapa Rio dengan hangat.
Si induk yang sedang berbaring langsung terbangun begitu ada yang menyapanya. Setelah melihat tamu yang datang, ia menyadari ternyata adalah anak lelaki dari si ibu pedagang yang datang berkunjung.
"Meoonggg", sapa balik si induk.
"Bagaimana kau suka tidak dengan rumahmu yang baru? Oh iya kita belum berkenalan kan. Namaku Rio", ucap Rio sambil membuka pintu kandang agar lebih leluasa untuk melihat mereka.
"Meeongg".
"Kau sudah makan hari ini? Jangan khawatir aku membawa ikan kesukaanmu", kata Rio sambil membuka kantong kresek berisi ikan nila yang baru dibelinya di warung terdekat.
Si induk merasa senang setelah melihat isi dari kresek tersebut, Rio langsung mengambil wadah untuk meletakkan ikan tersebut agar mudah dimakan oleh mereka. Seperti biasa tanpa perlu pikir panjang, ia mencomot daging ikan yang masih hangat. Karena ada aroma yang menggoda di sekitarnya, lantas anak-anak dari si induk pun terbangun dan ikut makan bersama.
"Ternyata anak-anakmu sudah bisa makan ikan ya. Kalau begitu lain kali aku akan membawa ikan yang banyak agar tidak rebutan seperti ini".
Rio mengambil kursi untuk diletakkan di depan kandang agar bisa melihat tingkah laku dari si anak kucing yang menggemaskan. Sesekali ia mengelus bahkan menggendong bergantian satu per satu. Merasa Rio adalah orang yang baik, si induk tidak keberatan jika anaknya tiba-tiba digendong.
"Karena kau belum dikasih nama, bagaimana kalo aku yang memberi nama untukmu. Kira kira nama apa yang cocok untukmu", ucap Rio sambil berpikir sejenak.
Ia masih menimang-nimang nama apa yang pantas untuk si induk terlebih dahulu. Rio suka sekali memberi nama pada kucing, waktu kecil ketika sedang berjalan dan tidak sengaja berpapasan dengan kucing lucu, ia selalu tak segan memberi nama kepada kucing itu. Kebiasaan seperti ini masih dibawa hingga ia sudah besar.
"Bagaimana kalau kuberi nama kau.... Gareng!" usul Rio sambil bersemangat.
"Biar tidak bingung jika aku atau ibuku saat memanggilmu. Nama yang cocok bukan?"
"Meongggg", jawab si induk yang rupanya setuju dengan pemberian nama tersebut.
"Baiklah mulai sekarang akan kupanggil kau dengan sebutan Gareng, hehehe nama yang lucu".
Sehari Rio habiskan untuk bercengkerama dengan mereka. Ternyata asyik juga bisa menghilangkan penat yang selalu hinggap di dirinya. Ia tidak merasa suntuk lagi ketika hari libur, biasanya ia bingung aktivitas apa yang digunakan disaat libur kuliah. Karena saat ini ia mempunyai kucing lucu, ia akan mengunjungi sesering mungkin untuk menghabiskan waktu bersama.
"Nak, kok tumben kamu disini. Bukannya ibumu libur ya?" tanya seorang lelaki yang sudah berumur setengah abad.
"Eh Pak Gunawan, iya Pak hari ini sedang libur", sapa Rio sambil berjalan menuju orang tersebut untuk bersalaman. Pak Gunawan adalah langganan ibu Rio ketika membeli bawang, biasanya ia mengantarkan istrinya untuk pergi berbelanja, makanya istri dan ibu Rio menjadi akrab.
"Lah terus, kalo ibumu libur, kenapa kamu disini?", tanya Pak Gunawan yang penasaran.
"Ini Pak, Rio lagi nemenin kucing yang tinggal disini".
Mendengar perkataan seperti itu, beliau langsung memandang kandang yang terletak di pojok kios tersebut, lalu beliau menghampiri benda tersebut dan melihat isi di dalamnya.
"Oh iya aku hampir lupa. Kucing ini kan yang selalu menemani ibumu disaat berjualan. Ketika aku sedang mengantarkan istriku berbelanja disini, selalu saja bertemu dengan kucing liar itu", jelas Pak Gunawan.
"Bapak kesini perlu apa?" tanya Rio.
"Oh, kebetulan aku sedang mencari ikan koki di pasar. Terus saat aku melewati jalan ini kok ada kamu yang berada di kios ini. Kupikir ibumu tidak libur".
Rio yang mendengarkan penjelasan dari beliau hanya tertawa halus.
"Hahaha, enggak Pak. Rio hanya mampir saja".
"Ngomong-ngomong kamu sudah semester berapa Nak?"
"Rio sudah semester 4, Pak".
"Wah, nggak kerasa ya. Anakku masih kelas dua SMA. Mungkin kau bisa berkenalan dengannya", tawar Pak Gunawan.
Rio hanya bisa menjawab dengan terbata-bata karena mendengar dari pernyataan beliau yang mendadak.
"Wah Pak. Saya belum bertemu dengan anak bapak, mana mungkin aku bisa berkenalan dengannya".
Pak Gunawan hanya tersenyum simpul, beliau merasa cocok dengan Rio disaat pertemuan pertamanya dulu. Waktu itu, pernah Rio yang sedang berjualan untuk menggantikan ibunya yang sakit, disaat itu datang Pak Gunawan dan istrinya mampir untuk membeli bawang, mereka melihat Rio yang menyambi pekerjaannya dengan membaca buku. Dari situlah beliau menilai Rio adalah seorang lelaki yang tekun dan suka membantu orang tuanya. Sifatnya yang baik dan sopan membuat Pak Gunawan semakin respek kepadanya.
"Ya, makanya itu kapan-kapan kau mampir ke rumahku. Nanti akan kuberikan alamatku kepadamu. Ya sudah sampai jumpa", pamit Pak Gunawan sambil membalikkan badannya.
"I-i ya Pak. Hati hati", ucap Rio.
Ia kaget ketika mendengar ajakan dari beliau yang tiba-tiba saja memintanya untuk datang ke rumahnya. Kalau dipikir-pikir beliau memang orang yang ramah dan tidak pernah memandang sebelah mata kepada anak muda sepertinya. Rio juga menaruh rasa hormat kepadanya. Namun, walaupun sudah berkenalan lama, ia tidak pernah sekalipun tahu dimana letak rumah Pak Gunawan, apalagi untuk berkenalan dengan anaknya. Yang ia tahu, beliau memang mempunyai seorang anak cewek yang masih duduk di bangku sekolah menengah. Rio tak habis pikir sudah sehari ini ia bertemu dengan macam-macam orang yang selalu membuatnya terkejut. Tapi, Rio tidak melupakan pertemuan pertamanya dengan gadis yang bernama Isma. Ia berharap agar terus bisa bertemu dengannya sesering mungkin. Entahlah, namanya anak muda selalu merasakan hal yang namanya jatuh cinta bukan?
Tidak terasa hari sudah sore, langit berwarna jingga kemerahan yang membuat indah di langit senja. Rio segera bergegas pulang kerumah setelah menyelimuti kucing-kucing itu agar tidur nyenyak dan mengucapkan pamit kepada mereka. Lalu ia meninggalkan kios itu dengan berjalan kaki kembali.