Suasana sedang sepi kali ini. Si ibu pedagang atau ibunya Rio terlihat bosan sambil mengipasi kepalanya yang panas karena hawa menyengat di siang hari. Tadi sempat membeli es degan yang kebetulan sedang lewat dihadapannya. Bulan ini sudah memasuki musim kemarau, pasti pedagang es akan ramai pembeli. Seperti tadi ketika beliau memanggil es degan itu ternyata sudah ditunggu oleh orang yang merasa haus setelah berjalan kesana kemari. Di saat sibuk mengipasi dirinya, yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.
"Meeonggg".
"Ah, akhirnya kamu balik juga kan. Kenapa? Kamu haus?", tanya si ibu.
"Meonggg", jawab si induk seakan mengiyakan perkataan dari beliau.
"Baiklah, akan kuambil kan minum untukmu".
Sesaat kemudian, si induk segera membalikkan badannya ke arah anaknya, namun yang didapatinya adalah kotak yang terbuat dari kayu berdiri di pojok kios milik ibu pedagang.
" Oh iya, kau tahu kan mulai sekarang itu adalah rumahmu", ucap si ibu dengan menahan senyumnya.
Si induk segera menghampiri kotak tersebut, dan ketika melihat ke arah dalam terdapat ketiga anaknya yang sedang tertidur pulas sambil berselimut kan kain yang agak tebal. Si induk yang melihat kondisi tersebut merasa terkejut.
"Sini, kubuka pintunya agar kau bisa masuk bersama anak-anakmu", kata si ibu sambil membuka pintu kandang.
Si induk hanya tertegun melihatnya, segera ia masuk dan berkumpul bersama anak-anaknya. Ketika melihat ibunya sudah datang, mereka segera berhamburan untuk menyusu. Si induk masih belum percaya sepenuhnya, bahwa ia akan menempati kotak kandang kayu ini. Ia masih melihat-lihat kondisi kandang itu. Menyadari jika si kucing itu masih tidak percaya, si ibu pedagang segera memberi kejelasan akan hal tersebut.
"Mulai sekarang, kandang ini adalah milikmu. Lumayan kan bisa memberi suasana aman untuk anak-anakmu. Kau pasti suka dan betah tinggal disini. Jadi, kau tidak perlu lagi untuk berpindah tempat ke tempat lain", jelas si ibu.
Si induk merasa lega hatinya, jika tempat ini adalah miliknya. Sekarang, ia sudah memiliki rumah dengan bangunan yang kokoh.
"Oh, iya ini anakku yang bikin kandang untukmu", lanjut si ibu pedagang memberi pengertian.
"Meeeonggg", ucap si induk.
"Oh iya aku hampir lupa untuk memberimu minum. Ini airnya, minumlah. Kau pasti gausah sudah berjalan kesana kemari. Apa kau lapar?"
"Meeeonggg".
" Hahaha, baiklah akan kubelikan kau ikan tongkol seperti biasa. Tunggulah sebentar!".
Si ibu segera berjalan menuju penjual ikan tongkol tersebut. Selain itu si induk masih saja tidak menyangka ada manusia baik hati yang rela membuang tenaga dan waktunya untuk membuat kandang seperti ini. Dalam sekejap, si induk suka dengan tempat tinggalnya sekarang. Ia juga tidak sabar untuk memberitahu kepada Snowi perihal tersebut. Tadi pagi saat ia meninggalkan anaknya, rencananya adalah mengunjungi rumah Snowi untuk berbincang di teras rumahnya, namun karena pagar tersebut terkunci, si induk pun kembali ke pasar. Di tengah perjalanannya, tiba-tiba saja ia merasa rindu dengan si nenek baik hati. Maka dari itu ia berubah haluan untuk mengunjungi makam yang sudah lama tidak dilihatnya.
Setelah sampai tempat yang ditujukan, si induk segera mengelus nisan yang tertancap dengan kepalanya. Si induk merasa bahagia sudah bertemu dengan si nenek walaupun berbeda alam.
"Nek, ini aku. Kau tidak lupa denganku kan? Maaf jika baru kali ini aku menjengukmu. Karena aku sibuk sekali untuk merawat ketiga anakku yang masih kecil. Lagipula aku juga harus mencari makan untukku. Kabarmu disana bagaimana, Nek? Kuharap kau selalu bahagia. Oh iya, aku hampir lupa, untuk sementara waktu aku menempati kios di tempat si ibu pedagang yang dulu selalu menjadi teman nenek. Kau tidak perlu khawatir akan hidupku, aku pasti baik-baik saja. Asal Nenek bahagia, aku juga bahagia", ucap si induk dengan mata yang berair.
Ia termenung sesaat sambil memandangi nisan. Tak terasa air matanya menetes, entah kenapa untuk saat ini ia merasa sangat rindu kepada beliau yang sudah menolong ketika masih kecil dahulu. Jika tanpanya, mungkin ia sudah tidak bertahan hidup dan akan dikubur bersama kucing jalanan yang nasibnya tidak mujur. Ia menangis untuk menumpahkan kesedihannya, bukannya ia tidak senang jika bertemu dengan si ibu pedagang namun ikatan dari si nenek dulu membuat ia merasa lebih dekat dan sudah menganggap sebagai bagian dari keluarganya. Karena menangis terus menerus, si induk merasa lelah dan akhirnya ia tertidur di samping pusara si nenek. Lumayan lama berbaring disana, karena di dalam mimpinya ia bertemu kembali dengan si nenek.
Sudah beberapa jam ia habiskan untuk tertidur nyenyak disana, akhirnya saat membuka matanya, ia menyadari jika sudah lama meninggalkan ketiga anaknya. Tapi saat ini perutnya terasa lapar, untuk itu ia memutuskan agar kembali terlebih dahulu untuk bertemu dengan anak-anaknya.
Namun, ketika sudah sampai di kios tersebut, ia mendapati sebuah barang yang terletak di sudut kios milik si ibu. Ia penasaran apa isi dari kotak tersebut. Setelah melihat ternyata ada ketiga anaknya yang tertidur pulas, ketika si ibu menyisakan untuk masuk, ia sadar jika barang ini adalah tempat tinggalnya.
Si induk merasa bersyukur sekali karena masih ada yang peduli dengannya. Ia tidak sabar untuk segera bertemu dengan pembuat kandang ini untuk mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya.