Induk kucing berwarna hitam mulai membuka matanya, dia tersadar karena merasakan tetesan air yang jatuh dari atap sebuah bedak. Ia masih sempat untuk meregangkan tubuhnya yang sudah terlalu lama berbaring. Sesudah itu, ia melihat anak-anaknya sedang meringkuk kedinginan, bulu-bulunya terlihat agak basah karena terciprat air hujan. Segera induk kucing tersebut, menggendong satu persatu dengan mulutnya secara bergantian ke tempat yang lebih aman dari percikan hujan. Bolak balik ia menggendong dengan setengah berlari, diletakkan semua anak kucing itu untuk melanjutkan kegiatan menyusui. Cuaca yang sedang dilanda hujan sangat deras membuat suasana di pasar terasa sepi. Lumayan, tidak banyak orang yang berlalu-lalang yang selalu membuat gaduh. Di pasar tersebut terdapat beberapa kucing yang bernasib sama. Ada pula yang nasibnya dibuang oleh si empunya karena sudah jelek. Kasihan sekali manusia hanya mau memiliki jika sedang bagus. Kalo jelek, gampang saja tinggal buang di pasar. Tidak perlu peduli ikatan apa dahulu yang sudah dibuat oleh si majikan, jika sudah bosan tinggal melupakan. Setelah itu nasib si kucing yang terbuang harus hidup mandiri agar bertahan hidup. Tapi tak jarang terdapat beberapa kucing yang bekerja sama artinya tidak mengganggap yang lain sebagai musuh.
Akan tetapi, tidak jarang juga kucing yang selalu membuat perkelahian dengan kucing lain. Siapa yang terkuat, dia rajanya. Seperti hukum alam. Jika dia merasa ditakuti itu hidupnya mulai tenteram, setidaknya jika ia menemukan makanan, tidak ada yang berani merebutnya. Kebanyakan kucing jalanan bertahan hidup dengan mengorek-ngorek sampah, mungkin saja bisa menemukan sisa makanan disana atau dengan kemurahan hati seorang manusia yang mau memberikan ia makanan. Kucing jalanan tidak bisa pilih-pilih
makanan. Bagaimanapun makanan yang ia dapatkan harus dilahapnya.
Kembali ke aktivitas induk kucing, kini ia sedang merasakan perutnya yang lapar. Ia sadar jika setelah melahirkan ia belum mengisi perutnya yang kosong sama sekali. Perutnya terasa perih sekarang. Ia harus segera mencari makanan. Mau tidak mau harus meninggalkan anaknya yang masih merah itu. Induk kucing berharap agar tidak ada yang menyakiti terhadap anaknya. Akhirnya, ia segera berjalan untuk mencari makanan di dalam pasar. Ia mengendus-endus bau ikan. Tentu saja banyak ikan disini karena banyak penjual yang sedang menawarkan ikan tersebut kepada pembeli. Dia harus cekatan untuk mencuri ikan. Ia sudah tidak ingin untuk menyelusuri jalanan yang ada di dalam pasar untuk menemukan makanan sisa. Setelah mengetahui penjual ikan itu sedang lengah, dengan sekali gerakan ia sudah menggondol ikan nila mentah dengan mulutnya. Segera ia berlari untuk segera sampai di tujuan. Beruntung, sang penjual ikan tidak tahu jika barang dagangannya telah dicuri satu ekor. Entah berapa yang harus ditanggung untuk kerugian yang disebabkan ulah kucing tersebut. Induk kucing itu segera masuk kembali ke dalam kardusnya, ia segera memakan hewan hasil buruan tadi.
"Hmmmm lezat", ucap induk kucing tersebut.
Setelah memakan satu ekor dengan bersih ia menjilat jari-jarinya dengan lidahnya. Semoga besok dia akan beruntung seperti ini. Tidak mudah untuk bertahan hidup, apalagi sekarang ada tiga anaknya yang harus dipenuhi kebutuhannya.
Ketiga anaknya kini sudah menyusu induknya yang sudah kekenyangan. Hujan deras masih turun untuk mendinginkan cuaca di musim kemarau. Jalanan mulai becek dan para manusia sudah malas untuk melakukan aktivitasnya lagi.