Read More >>"> Salted Caramel Machiato (Arti Kehilangan ) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

"Di, jawab aku!" Davina setengah berteriak. Bola matanya membesar. Dia masih menunggu jawaban dari Dion.

 

"Vi, aku merasa mulai tertarik dengan Thalita. Ternyata sekian lama tidak bertemu dengannya membuat aku merasa kehilangan."

 

Uh, ingin rasanya Dion memukuli dirinya karena sudah sangat lancar berbohong. Lama-lama dia bisa mendapat gelar pembohong terbesar abad ini.

 

"Kamu nggak bohong 'kan, Di?" Davina menatap mata Dion tajam, mencari jawaban di sana.

 

"Nggak, aku nggak bohong." Dion menjawab lancar, Dion hanya berharap Davina percaya.

 

"Baiklah," tukas Davina.

 

Kemudian Davina pergi meninggalkan Dion dengan sejuta tanda tanya. Sebenarnya Davina masih belum yakin dengan kata-kata Dion. Akhir-akhir ini Davina semakin tidak mengerti dengan Dion. Davina yakin, suatu saat waktu yang akan menjawab semua.

 

***

 

"Gila! Apa sih maunya Dion? Kalau dia memang ingin putus tinggal bilang, atau dia bosan. Dia bisa berterus terang padaku!"

 

Ninit hanya bisa memandangi Helene yang berjalan mondar-mandir sambil mengomel.

 

Untungnya siang ini di rooftop hanya ada mereka berdua. Sebenarnya ini sesuatu yang jarang terjadi, biasanya ada saja orang lain yang duduk di rooftop hanya sekedar minum kopi. Itu juga yang sering dilakukan Ninit dan Helene. Namun kali ini berbeda, tidak ada secangkir kopi hanya pemandangan Helene yang mengomel dan Ninit sebagai pendengar monolog satu babak.

 

Tadi Ninit terkejut ketika Helene menarik tangannya sambil berkata, "Nit, aku mau curhat."

 

"Kerjaan ku lagi banyak nih!" Ninit sangat keberatan ketika sedang berkonsentrasi dengan pekerjaannya, dia harus diganggu seperti ini. Apalagi hanya soal curhat. Dih, lebih penting mana curhat sama deadline pekerjaan?

 

"Kamu, sahabat ku nggak sih?"

 

Helene menekankan perkataannya. Tampangnya sangat serius. Bagi Ninit, Helene sangat bersikap menyebalkan.

 

"Oke, nggak pakai lama!" Ninit bersikap tegas, dia sedang tidak ingin lembur di kantor hingga larut malam.

 

Di sinilah dia melihat Helene berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang. Wajahnya terlihat putus asa. Ninit menjadi jatuh iba.

 

"Hampir satu minggu dia tidak menelepon atau mengirim pesan. Selalu aku yang memulai, yang pada akhirnya dibalas dengan sekadarnya. Kayak terpaksa banget gitu lho!"

 

"Tumben," celetuk Ninit.

 

"Nah kan, tumben banget dia kayak gitu. Tadi malam aku protes dong...tau nggak dia bilang apa?"

 

"Kamu kan tahu akhir-akhir ini aku sangat sibuk, aku sudah pernah bilang ke kamu. Saat ini kamu tidak termasuk dalam prioritasku. Harusnya kamu bisa mengerti...ngeselin banget kan!"

 

Helene mengakhiri pembicaraannya dengan mata berkaca-kaca. Begitulah adatnya kalau dia sangat emosional, Helene seperti ingin menangis menumpahkan kekesalannya.

 

"Lalu bagaimana? Kamu ingin menemui dia? Dan bicara langsung dengannya?"

 

"Nggak akan! Aku tidak akan menemui dia dalam waktu dekat, aku masih marah dengan kata-katanya. Minggu depan aku juga ditugaskan ke luar kota lagi selama satu minggu, mungkin kalau kami tidak bertemu dia akan merasa kehilangan." Helene menghela napas, lalu memandang Ninit, "Aku cuma butuh menumpahkan kejengkelanku. Maafkan kalau aku sudah mengganggu waktumu."

 

Kemudian Helene berjalan meninggalkan Ninit. Tinggal Ninit yang duduk termangu, Ninit merasa kasihan pada Helene.

 

***

 

"Berapa lama sih Helene di luar kota?"

 

Lusi bertanya pada Ninit yang sedang menyeruput ice cappucino.

 

"Satu minggu. Kenapa?"

 

"Pantesan, Lu diajak nongkrong nggak ngajak Helene."

 

"Lagi sibuk dia mengurusi outlet baru. Pak bos tuh tega bener kasih tugas keluar kota terus."

 

"Helene sih enak keluar kota sama Bayu. Makin dekat aja mereka berdua. Kayaknya ada sesuatu di antara mereka berdua?"

 

Irene si biang gosip mulai melancarkan jurus-jurusnya. Irene sangat terkenal di kantor sebagai biang gosip. Dia selalu punya bab-bab pergosipan yang dibahas bersama dengan para kroninya. Sebenarnya Ninit, Lusi dan teman satu geng mereka tidak suka dengan Irene. Tetapi apa boleh buat, tadi Irene mendengar mereka akan nongkrong ngopi-ngopi di kafe dan memaksa untuk ikut. Lusi yang dijadikan pelampiasan kejengkelan teman-temannya karena Irene ikut.

 

"Makanya, kalau ngomong tuh nggak usah sampai gas pol.. jadinya gini kan?"

Ninit mengomeli Lusi. Sekarang dia juga mendengar Irene membicarakan soal sahabatnya Helene.

 

"Plis deh, nggak usah mulai ngegosip. Jualan Lu nggak laku di sini!" Ninit sewot.

 

"Kalau Lu nggak mau bahas ya diem aja. Memangnya yang lain nggak mikir kayak gitu?" Irene menjawab Ninit dengan nada tidak suka.

 

"Enggak!" Semua menjawab kompak.

 

"Ren, kita di sini mau senang-senang. Jadi simpen dulu gosip mu untuk kamu bahas sama Sunarti. Kupingku gatel kalau bahas ginian, aku pengen dengerin suara merdu penyanyi yang di depan."

 

Lusi menjawab ketus. Irene membuang wajahnya. Matanya diarahkan ke penyanyi yang berada di depan.

Ninit nyaris tertawa melihat wajah Irene. "Sukurin Lu, di skak mat Lusi!" umpatnya di dalam hati.

 

***

 

Ninit mengagumi suara Dion dan petikan gitarnya. Pantas saja Helene jatuh cinta pada Dion. Laki-laki ini dalam sekali pandang memiliki paket komplit.

 

Sebenarnya Ninit tidak terlalu suka diajak nongkrong di kafe ini, karena harus melihat Dion dan jadi mengingat cerita-cerita Helene tentang Dion. Tetapi Ninit tidak kuasa menolak ketika semua memilih kafe ini.

 

Semua riuh bertepuk tangan saat Dion mengakhiri lagunya. Kemudian Dion turun dari panggung. Mungkin Dion meminta waktu untuk beristirahat sebentar. Ninit melihat seorang perempuan tersenyum menyambut Dion. Tampak Dion membalas senyum perempuan itu. Terlihat bahagia. Ninit terus memandang ke arah Dion dan perempuan itu. Lalu merasa geram. Laki-laki itu mengkhianati Helene.

 

***

 

Sesuai dengan permintaan Dion untuk mengunjunginya di kafe, Thalita datang melihat Dion. Dia juga ingin menguji sejauh mana kata-kata Dion.

 

Hari pertama datang menemui Dion setelah peristiwa penolakan itu, Thalita merasa takut. Jantungnya berdetak begitu kencang ketika memasuki kafe. Dia tidak ingin ditolak untuk yang kedua kali. Akan terasa sakit dan Thalita takut tidak kuat menanggungnya. Namun, dia juga merasa penasaran. Thalita mengumpulkan kepingan-kepingan kekuatannya yang hancur berantakan.

 

Ternyata Dion menyambut kedatangannya dengan senyum terbaik. Thalita bersyukur untuk itu. Dion selalu menyempatkan diri untuk mendatangi Thalita di tempat duduknya ketika jeda. Menyapa dan mengajak Thalita bicara. Akhirnya itu menjadi candu buat Thalita. Setiap Dion berada di kafe, Thalita berusaha untuk datang. Thalita berpikir, mungkin Dion mulai merasa kehilangan Thalita ketika menolak dirinya. Mungkin Dion mulai jatuh cinta padanya.

 

"Hmm, Dion jatuh cinta padaku." Thalita mengulang-ulang kalimat itu di dalam hati. Wajahnya bersemu ketika mengingat Dion. Thalita menggigit bibirnya dan merasa malu tidak bisa menghilangkan wajah Dion dari pikirannya. "Kenapa lama sekali baru kamu menyadari kalau kamu membutuhkan aku?"

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Furimukeba: Saat Kulihat Kembali
418      285     2     
Short Story
Ketika kenangan pahit membelenggu jiwa dan kebahagianmu. Apa yang akan kamu lakukan? Pergi jauh dan lupakan atau hadapi dan sembuhkan? Lalu, apakah kisah itu akan berakhir dengan cara yang berbeda jika kita mengulangnya?
Bukan Bidadari Impian
88      71     2     
Romance
Mengisahkan tentang wanita bernama Farhana—putri dari seorang penjual nasi rames, yang di jodohkan oleh kedua orang tuanya, dengan putra Kiai Furqon. Pria itu biasa di panggil dengan sebutan Gus. Farhana, wanita yang berparas biasa saja itu, terlalu baik. Hingga Gus Furqon tidak mempunyai alasan untuk meninggalkannya. Namun, siapa sangka? Perhatian Gus Furqon selama ini ternyata karena a...
MALAM DALAM PELUKAN
614      440     3     
Humor
Apakah warna cinta, merah seperti kilauannya ataukah gelap seperti kehilangannya ?
How Precious You're in My Life
12355      2125     2     
Romance
[Based on true story Author 6 tahun] "Ini bukanlah kisah cinta remaja pada umumnya." - Bu Ratu, guru BK. "Gak pernah nemuin yang kayak gini." -Friends. "Gua gak ngerti kenapa lu kayak gini sama gua." -Him. "I don't even know how can I be like this cause I don't care at all. Just run it such the God's plan." -Me.
My SECRETary
499      307     1     
Romance
Bagi Bintang, menjadi sekretaris umum a.k sekum untuk Damar berarti terus berada di sampingnya, awalnya. Tapi sebutan sekum yang kini berarti selingkuhan ketum justru diam-diam membuat Bintang tersipu. Mungkinkah bunga-bunga yang sama juga tumbuh di hati Damar? Bintang jelas ingin tahu itu!
DEUCE
633      346     0     
Short Story
\"Cinta dan rasa sakit itu saling mengikuti,\" itu adalah kutipan kalimat yang selalu kuingat dari sebuah novel best seller yang pernah kubaca. Dan benar adanya jika kebahagiaan dan kesakitan itu berjalan selaras sesuai dengan porsinya..
Bulan di Musim Kemarau
363      252     0     
Short Story
Luna, gadis yang dua minggu lalu aku temui, tiba-tiba tidak terlihat lagi. Gadis yang sudah dua minggu menjadi teman berbagi cerita di malam hari itu lenyap.
Kesetiaan
414      299     0     
Short Story
Cerita tersebut menceritakan tentang kesetiaan perasaan seorang gadis pada sahabat kecilnya
A Ghost Diary
4971      1560     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
ONE SIDED LOVE
1396      595     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...