Read More >>"> Salted Caramel Machiato (Kekuasaan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

Perintah tadi pagi begitu jelas, "Pindahkan Helene ke cabang lain, jadikan dia manajer cabang!"

Itu artinya Helene harus pindah ke luar kota dan aku belum bisa melepas karyawan sebagus Helene.

Pak Lizar sedang berpikir keras bagaimana caranya menolak perintah itu.

Apa yang sudah terjadi sehingga membuat mama Helene harus ikut campur urusan ini. Pasti ada sesuatu. 

Helene adalah salah satu karyawan andalan di divisi HR. Helene pekerja keras dan pintar. Sayang kalau harus melepas Helene. Pak Lizar bahkan ingin mempromosikan Helene menjadi manajer di HR.

Perempuan itu terlalu berkuasa hingga mampu mengatur semua hal termasuk urusan pekerjaan anak gadisnya. Pak Lizar sampai tidak bisa berkata apa-apa ketika perempuan itu bicara. Nadanya tegas dan tidak bisa dibantah. Pak Lizar sedang mencoba mengulur waktu, dia belum rela melepas Helene. Itu berarti jabatannya adalah taruhannya.

***

Ketika Helene datang menghadap, Pak Lizar hanya mampu bicara soal pekerjaan yang sudah dilakukan Helene di luar kota bersama Bayu. Pak Lizar salut dengan hasil pekerjaan mereka berdua. Membuka cabang baru tidaklah mudah, Pak Lizar sangat tahu hal itu. Mereka bisa mengerjakannya dengan baik.

Saat melihat Helene, yang ada dipikiran Pak Lizar, "Kesalahan apa yang sudah kamu buat hingga mamamu marah?"

Pak Lizar tidak berani bertanya, baginya itu masalah pribadi. Namun kalau suatu saat itu sudah sangat mengganggu, mau tak mau harus ditanya juga.

***

Helene menutup pintu, tersenyum tipis dan merasa puas karena Pak Lizar menerima dengan baik hasil pekerjaannya. Bahkan sedikit memberi pujian. Tadi perasaannya campur aduk saat Pak Lizar bilang kalau dia merasa puas dengan pekerjaan Helene. Bos nya itu terkenal pelit untuk memuji anak buahnya.

Hampir saja jantungnya berhenti berdetak ketika tadi masuk ke dalam ruangan Pak Lizar. Tatapan si bos seperti menghujam jantungnya. Sungguh Helene tidak mengerti mengapa Pak Lizar harus menatapnya seperti itu.

***

"Pak Lizar nggak marah sama kamu kan?" Ninit bertanya dengan suara pelan ke Helene ketika melewati kubikelnya. Sedari tadi dia merasa khawatir.

"Aman!" Helene menjawab singkat. Ninit melihat Helene tersenyum tipis.

"Eh, nanti makan siang di bawah ya...aku pengen makan soto."

"Aku sudah janjian sama Bayu, mau makan siang bareng dia." Helene menjawab sambil menyusun berkas-berkasnya.

"Wah, aku jadi curiga kamu, pasti ada apa-apa sama Bayu. Tumben banget. Itu mas gondrong mau dikemanakan?" Ninit melihat Helene dengan tatapan ingin tahu.

"Nggak kemana-mana, tadi pagi ke sini kok! Ya udah nanti bareng aja makan sama kita berdua. Itu juga kalau kamu mau."

"Mau dong, makan siang sambil memandang cowok cakep itu kan menyenangkan." Ninit tersenyum lebar, "Ih, bisa iri tuh cewek-cewek yang naksir sama Bayu kalau lihat aku makan sama dia."

Helene menghentikan kegiatannya menyusun berkas, melihat Ninit.

"Sini deh!" panggilnya, tangannya digerakkan meminta Ninit untuk mendekat.

"Bayu itu beberapa bulan lagi akan menikah. Aku udah kenalan sama calon istrinya di bandara." Helene bicara dengan suara pelan bahkan nyaris berbisik.

"Yah, calon suami potensial ku..." Ekspresi Ninit terlihat kecewa. Helene terkikik geli, "Tuh ..." Matanya diarahkan pada Togap yang sedang berdiri sambil memegang kertas. Begitu Ninit tahu yang dimaksud Helene, raut wajahnya berubah menjadi cemberut.

***

"Len, kamu sekarang jadi anak kos?"

Ninit terkejut ketika mendengar Bayu menanyakan keadaan rumah kos nya pada Helene. Mereka sedang duduk bertiga di kafetaria. Ninit terlihat sukacita bisa duduk berhadapan dengan Bayu, sang calon suami potensial dalam mimpi.

"Yup, kaget ya?" Helene bersikap tenang bahkan masih bisa tertawa kecil melihat raut wajah Ninit yang kebingungan.

"Bagaimana ceritanya?"

"Aku juga penasaran, kok bisa kamu malam-malam telepon aku nanya soal kos."

"Okay, dengarkan ya ... tidak ada cerita kedua kali. Aku cuma mau cerita sama kalian dan nggak perlu bocor kemana-mana cerita ini. Aku juga bukan selebriti."

Mengalir lah cerita soal pertemuan Helene dengan mama. Hingga berujung pada keluarnya Helene dari apartemen pemberian mama. Helene menceritakan dengan ekspresi datar. Sebenarnya dia malas harus mengulang cerita ini. Hari ini saja sudah dua kali dia harus bercerita. Helene malas mengingat betapa menyakitkan peristiwa kemarin. Betapa melelahkan tubuh, pikiran dan jiwanya hari itu.

Ninit memegang jari-jari Helene yang terkepal. Ada air mata di sudut mata Ninit. Dia tahu betapa berat Helene harus menanggung semuanya. Ninit tidak tahu pasti akankah Helene bisa memenangkan pertempuran dengan mamanya. Ya, ini seperti ajang pertempuran saja walaupun status mereka adalah ibu dan anak. Namun tak ada perasaan sayang diantara mereka berdua. Ninit sangat tahu hal itu.

Bayu bahkan sangat terkejut, dia tidak menduga di balik keceriaan Helene menyimpan cerita yang begitu menyedihkan. Selama ini Bayu mengira perempuan unik ini hidupnya lempeng aja, seperti tidak memiliki masalah yang berarti.

Melihat Helene yang sanggup menutupi semuanya dengan tingkahnya yang terlihat ceria, Bayu menjadi semakin mengagumi Helene. Perempuan ini juga bisa bekerja dengan bagus, dia adalah partner kerja yang sangat menyenangkan. Apalagi ketika tahu bahwa Helene adalah anak seorang pengusaha terkenal. Perempuan ini terlihat bersahaja. Penampilannya biasa saja bahkan dia tidak manja sama sekali. Masih mau diajak nongkrong makan di angkringan. Semua terlihat alami, tidak dibuat-buat. Kali ini Bayu melihat Helene masih bisa bersikap tenang, perempuan ini terlalu pintar menutupi semuanya. Tapi tidak, matanya tak bisa berbohong.

"Nah, begitu lah ceritanya....gimana? Udah berasa baca novel kekinian atau kayak nonton sinetron?"

Helene nyengir lebar. Bayu dan Ninit tak bersuara, mereka masih terhanyut dengan cerita Helene.

"Kalian kenapa sih? Biasa aja lah! Semua sudah berlalu, setiap hari itu akan ada masalahnya sendiri. Jalani yang ada sekarang aja. Nggak ada gunanya berlarut-larut meratapi kesedihan kemarin. Siang ini aku traktir deh, karena kalian berdua sudah jadi pendengar yang baik."

Helene bicara dengan nada riang. Bayu menghela napas, sedangkan Ninit masih termangu.

"Nit, kamu itu lho biasanya paling seneng dengar kata traktir." Helene menyikut lengan Ninit.

"Biasanya juga nggak tahu malu minta nambah ini itu kalau ditraktir. Bayu, Ninit tuh orangnya begitu. Suka kalap kalau ditraktir."

Helene semakin semangat nyerocos. Mendengar nama Bayu disebut seperti mengembalikan kesadaran Ninit. Dia langsung menendang kaki Helene. Bagaimana mungkin Helene dengan entengnya menjelekkan dia di depan laki-laki ganteng, walaupun laki-laki itu calon suami orang. Ninit menatap tajam pada Helene yang tertawa ngakak.

 

 

 

"Tadi habis dibawa jin iprit ya sampai bengong begitu?" Helene masih tertawa meledek Ninit. Bayu tersenyum lebar melihat tingkah mereka berdua.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Temu Yang Di Tunggu (up)
17439      3603     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Gebetan Krisan
468      329     3     
Short Story
Jelas Krisan jadi termangu-mangu. Bagaimana bisa dia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri? Bagaimana mungkin keduanya bisa menyukai cowok yang sama? Kebetulan macam apa ini? Argh—tanpa sadar, Krisan menusuk-nusuk bola baksonya dengan kalut.
Old day
528      387     3     
Short Story
Ini adalah hari ketika Keenan merindukan seorang Rindu. Dan Rindu tak mampu membalasnya. Rindu hanya terdiam, sementara Keenan tak henti memanggil nama Rindu. Rindu membungkam, sementara Keenan terus memaksa Rindu menjawabnya. Ini bukan kemarin, ini hari baru. Dan ini bukan,Dulu.
Semu, Nawasena
7150      2704     4     
Romance
"Kita sama-sama mendambakan nawasena, masa depan yang cerah bagaikan senyuman mentari di hamparan bagasfora. Namun, si semu datang bak gerbang besar berduri, dan menjadi penghalang kebahagiaan di antara kita." Manusia adalah makhluk keji, bahkan lebih mengerikan daripada iblis. Memakan bangkai saudaranya sendiri bukanlah hal asing lagi bagi mereka. Mungkin sudah menjadi makanan favoritnya? ...
Yang ( Tak ) Di Impikan
513      383     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
I\'m Too Shy To Say
418      279     0     
Short Story
Joshua mencintai Natasha, namun ia selalu malu untuk mengungkapkannya. Tapi bagaimana bila suatu hari sebuah masalah menimpa Joshua dan Natasha? Akan masalah tersebut dapat membantu Joshua menyatakan perasaannya pada Natasha.
Sahabat Selamanya
1168      706     2     
Short Story
cerpen ini bercerita tentang sebuah persahabatan yang tidak ernah ada akhirnya walaupun mereka berpisah jauh
Ineffable class
373      241     12     
Mystery
Seluruh penghuni kelas XII IPS E rata-rata tidak waras. Di mana ketua bucin menjadi wakil ketua dan ketua kelas sendiri adalah musuhnya guru BK. Dari 15 siswa separuhnya kerapkali hilang saat jam pelajaran, 5 lainnya tidur, sisanya pura-pura menyimak guru. 15 kepribadian berbeda yang jarang akur ini, harus bersatu mencari wali kelas dikabarkan menghilang selama seminggu. Gawatnya, tuduhan tidak...
She Is Mine
319      205     0     
Romance
"Dengerin ya, lo bukan pacar gue tapi lo milik gue Shalsa Senja Arunika." Tatapan Feren makin membuat Shalsa takut. "Feren please...," pinta Shalsa. "Apa sayang?" suara Feren menurun, tapi malah membuat Shalsa bergidik ketakutan. "Jauhin wajah kamu," ucapnya. Shalsa menutup kedua matanya, takut harus menatap mata tajam milik Feren. "Lo pe...
Aku Sakit
5129      1320     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...