Read More >>"> Salted Caramel Machiato (Aku Bisa Mengatasi Semua) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salted Caramel Machiato
MENU
About Us  

"Siapa laki-laki tadi?" tanya Dion setelah mereka berdua berada di dalam mobil. Dia memendam rasa penasaran sejak tadi.

 

"Namanya Ares, dia kakak laki-laki yang aku pukul tadi. Dia datang meminta maaf dan memohon agar aku tidak memperpanjang urusan ini." Helene bicara sambil memejamkan mata, kepalanya disandarkan pada jok mobil, dia lelah sekali.

 

"Aku khawatir saat melihat laki-laki itu datang mendekatimu. Kamu tidak takut ketika dia mengganggumu?" Dion masih mengajak Helene bicara, rasa penasaran yang sejak tadi bertahta di hatinya harus dituntaskan malam ini. Entah kapan lagi mereka bisa bertemu.

 

"Selagi aku yakin masih bisa mengatasi hal itu, aku tidak pernah takut. Aku paling takut pada Mama." Helene tertawa lirih, "seharusnya sebagai anak aku tidak perlu takut pada Mama. Sesekali aku memang melawan, tapi itu kulakukan setelah mengumpulkan keberanianku. Tidak seperti tadi, aku bisa langsung menghajar orang yang sangat mengganggu. Kelihatannya saja begini..." Helene menggerakkan tangannya, seolah menunjukkan keseluruhan dirinya, "Aku jago karate. Makanya aku tidak takut."

 

Dion bersiul kagum.

 

"Makanya kamu, nggak boleh macam-macam sama aku. Mengerti!" Helene melihat Dion, sorot matanya dibuat setajam mungkin agar terkesan galak padahal dia berusaha menahan tawanya.

 

Dion mengangguk, "Aku tidak mungkin macam-macam denganmu. Aku terlalu sayang padamu. Mama juga mengajarkan untuk selalu menghargai seorang perempuan." Dion melepaskan satu tangannya dan membelai kepala Helene.

 

"Kamu tahu, hanya karate kegiatan yang bukan berdasarkan pilihan Mama. Aku meminta pada Mama untuk memperbolehkan ikut satu kegiatan olah raga tapi berdasarkan pilihanku sendiri. Saat itu untuk maju bernegosiasi dengan Mama butuh keberanian yang sangat besar. Lama sekali waktu yang aku butuhkan untuk itu. Kamu tahu kenapa aku memilih karate? Saat itu aku harus mengeluarkan energiku yang begitu besar dan untuk melampiaskan kemarahanku pada Mama."

 

Helene mengingat betapa bahagianya ketika Mama setuju untuk kegiatan yang satu itu. Setiap gerakan pukulan yang dilakukan, dia membayangkan wajah Mama. Ada kemarahan pada sorot matanya. Butuh waktu lama bagi Helene untuk berdamai dengan semua itu. Saat memasuki masa remaja, dia punya rasa memberontak dan ingin melawan tapi dia tak mampu. Biar bagaimanapun itu adalah mamanya.

 

"Sepertinya kamu memiliki Mama yang menyenangkan? Aku tidak pernah mendengar kamu bercerita hal-hal buruk tentang mamamu," katanya kemudian.

 

Dion mengangguk, "Kapan-kapan aku ceritakan tentang Mama. Kita sudah sampai." Dion menepikan mobilnya, "Jadi ke kos ku hari Sabtu nanti?" tanyanya.

 

"Jadi, aku akan datang pagi-pagi. Aku mau kamu mengajariku badminton." Helene nyengir lebar melihat reaksi Dion. "Kamu bisa, kan?"

 

"Aku bukan pemain badminton, kalau harus mengajari kamu main gitar atau piano aku bisa. Badminton? Kenapa harus itu?"

 

"Tapi kamu bisa, kan?" Raut wajah Helene harap-harap cemas. Harapannya bertumpu pada Dion. "Aku ada pertandingan badminton di kantor, aku butuh latihan agar tidak terlalu memalukan saat ikut bertanding. Aku butuh kamu untuk partner latihanku." Helene tersenyum.

 

"Oke, kita ketemu hari Sabtu." Dion menyanggupi. Perempuan ini memang selalu tak terduga.

 

Helene turun dari mobil, melambaikan tangan sambil tersenyum lebar. Dion tertawa melihat tingkahnya.

 

"Dion!" panggilnya, lalu kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan, "Aku cinta padamu!" tangannya membentuk tanda hati di dada lalu menggerakkannya maju mundur.

 

Dion tertawa terbahak. Dion memanggil Helene dengan tangannya, meminta Helene untuk mendekat.

 

Helene mendekat, berdiri menempel di dekat pintu mobil, "Kenapa? Kamu belum rela berpisah dari aku?" tanya Helene.

 

"Aku juga cinta padamu." Diciumnya bibir Helene lembut.

 

***

 

Dion sedang berjalan di pelataran kampus, ketika mendengar suara memanggil dirinya. Suara Davina.

 

"Di, tunggu!" Davina berlari terlihat ngos-ngosan. Peluhnya serupa titik-titik air. "Dipanggil dari tadi enggak dengar!" omelnya.

 

"Ada apa?"

 

"Eh, kamu pacaran sama Helene?" Davina langsung menembak Dion dengan pertanyaan yang sedari tadi malam dipendamnya.

 

"Hmm"

 

"Kok kamu nggak bilang, sih!" Davina memperlihatkan raut wajah tidak suka.

 

"Kamu nggak tanya." Dion menjawab ringan.

 

"Di, pliss deh! Aku enggak pernah melihat kamu bersama dia. Bagaimana mungkin aku menanyakan hal itu, yang bener aja dong." Davina menyahut jengkel.

 

Bener-bener deh si Dion ini. Dia kira aku tahu segala tentang dia. Memangnya dia tipikal cowok ekstrover yang segala tindak tanduknya bisa terbaca dengan jelas bagai buku terbuka. Dia enggak sadar betapa tertutupnya dia.

 

"Lalu?"

 

"Ya...lalu aku sudah terlanjur menjodohkan kamu dengan Thalita. Aku jadi nggak enak sama Thalita." Davina protes.

 

"Aku tidak meminta kamu untuk menjodohkan aku dengan Thalita. Lagi pula aku yang akan menjalani suatu hubungan, kenapa kamu tidak bertanya lebih dulu." jawab Dion. Baru kali ini dia bicara dengan kalimat yang panjang.

 

"Terus...gimana dong?"

 

Dion hanya melihat Davina lalu mengangkat kedua bahunya. Berjalan menjauhi Davina.

 

"Di, tunggu!" Davina berjalan cepat menyusul Dion.

 

"Kalau kamu sudah tahu hubunganku dengan Helene. Hentikan acara perjodohanmu." Dion berhenti sejenak. Setelah itu dia berjalan, tidak dipedulikannya Davina yang memanggil dirinya.

 

***

 

Siang yang begitu terik membuat Helene memilih makan di warung makan semacam kantin dekat kantor. Dia malas harus berjalan jauh.

 

Di piringnya terhidang nasi dengan tumisan kacang panjang, ayam goreng dan sambal. Helene sedang meminum es teh manis ketika Ninit menepuk punggungnya. Nyaris saja Helene menyemburkan es teh manis yang berada di dalam mulut. Helene mengumpat dalam hati. Dia melihat Ninit dengan tatapan judes. Ninit hanya tertawa, " Biasa aja dong lihat aku, kok nggak ngajak aku sih makan di sini."

 

"Tadi lihat kamu lagi ngobrol sama Dani. Serius banget, nggak enak mau ganggu." Helene meneruskan makannya.

 

"Oh, lagi membahas pertandingan. Gimana persiapanmu?"

 

"Kalian tega banget sih aku disuruh main badminton. Jago juga enggak. Kamu aja deh yang main badminton." Helene mendumal.

 

"Enggak usah ya kalau harus berpasangan sama Togap. Lagian kenapa juga aturannya harus berpasangan cowok cewek. Divisi kita 'kan miskin cewek, cuma kita berdua Dewi-Dewi di divisi HR. Enggak ada pilihan. Divisi marketing sih enak, ceweknya banyak." Ninit mengomel sambil mencomot gorengan yang tersedia di piring. Dalam sekejap satu gorengan habis ditelannya. Mungkin dia sangat emosi hingga dilampiaskannya kepada gorengan yang tak berdosa. Apalagi Helene tanpa rasa bersalah menyinggung soal berpasangan dengan Togap. Jelas-jelas Ninit alergi dengan nama itu.

 

"Hari Sabtu nanti aku mulai berlatih." Helene tersenyum lebar, mendadak dia mengingat Dion.

 

"Sama pelatih profesional? Mantan atlet?" Ninit bertanya antusias, dia tidak menyangka Helene sedemikian serius mempersiapkan pertandingan ini.

 

"Nggak! Mungkin malah belum pernah juara tarkam." Helene menjawab seenaknya.

 

"Tarkam? Apaan tuh!" Ninit ini sejenis makhluk yang pengetahuan dasarnya rada cetek menurut Helene.

 

"Antar kampung, Nit! Dih!" Helene melihat dengan tatapan meremehkan.

 

"Ngapain juga Lo latihan sama orang kayak gitu!" Ninit menjadi gemas, dia tidak peduli dengan tatapan Helene.

 

"Ngapain? Dia ganteng, Nit."

 

Ninit melongo, Helene hampir memasukkan satu gorengan ke mulut Ninit yang terbuka.

 

"Dasar nggak beres!" Ninit menyumpah.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Diary : You Are My Activist
13386      2319     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
Renjana
437      326     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
Peran Pengganti; Lintang Bumi
1206      570     10     
Romance
Sudah banyak cerita perjodohan di dunia ini. Ada sebagian yang akhirnya saling jatuh cinta, sebagian lagi berpisah dengan alasan tidak adanya cinta yang tumbuh di antara mereka. Begitu juga dengan Achala Annandhita, dijodohkan dengan Jibran Lintang Darmawan, seorang pria yang hanya menganggap pernikahannya sebagai peran pengganti. Dikhianati secara terang-terangan, dipaksa menandatangani su...
Warna Jingga Senja
4396      1214     12     
Romance
Valerie kira ia sudah melakukan hal yang terbaik dalam menjalankan hubungan dengan Ian, namun sayangnya rasa sayang yang Valerie berikan kepada Ian tidaklah cukup. Lalu Bryan, sosok yang sudah sejak lama di kagumi oleh Valerie mendadak jadi super care dan super attentive. Hati Valerie bergetar. Mana yang akhirnya akan bersanding dengan Valerie? Ian yang Valerie kira adalah cinta sejatinya, atau...
IF ONLY....
501      358     2     
Romance
Pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta sepihak… Perasaan yang berakhir bahkan sebelum dimulai… Merasa senang dan sedih seorang diri, benar-benar seperti orang bodoh. Ada penyesalan besar dalam diriku, padahal masih banyak hal yang ingin kuketahui tentang dirinya. Jika saja aku lebih berani bicara padanya saat itu, kira-kira apa yang akan terjadi?
Beautiful Sunset
771      468     3     
Short Story
Cinta dan Persahabatan. Jika kau memiliki keduanya maka keindahan sang mentari di ujung senja pun tak kan mampu menandinginya.
LUCID DREAM
494      338     0     
Short Story
aku bertemu dengan orang yang misterius selalu hadir di mimpi walapun aku tidak kenal dengannya. aku berharap aku bisa kenal dia dan dia akan menjadi prioritas utama bagi hidupku.
Surat untuk Tahun 2001
3460      1828     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...
Kenangan Masa Muda
6153      1735     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Why Joe
1094      565     0     
Romance
Joe menghela nafas dalam-dalam Dia orang yang selama ini mencintaiku dalam diam, dia yang selama ini memberi hadiah-hadiah kecil di dalam tasku tanpa ku ketahui, dia bahkan mendoakanku ketika Aku hendak bertanding dalam kejuaraan basket antar kampus, dia tahu segala sesuatu yang Aku butuhkan, padahal dia tahu Aku memang sudah punya kekasih, dia tak mengungkapkan apapun, bahkan Aku pun tak bisa me...