Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bintang, Jatuh
MENU
About Us  

“Maaf, Bu. Dapurnya di mana?” tanya Zayan keluar dari kamar Bintang.

“Oh, ada di dalam. Tapi, kamu nggak perlu repot – repot bawa itu ke dapur. Biar Ibu saja yang membawakan,” balas Wanda.

Zayan menggeleng pelan, “Saya bisa kok, Bu.” Dia berjalan ke dalam.

Lagi – lagi Zayan berhasil membuat Wahyu dan Wanda terheran – heran karena bocah yang mengaku teman Bintang itu tak ragu mencuci bekas makan Bintang tadi. Seakan – akan Zayan berhasil mengambil alih orang tua Bintang dan mengurusnya dengan baik. Hanya saja, bagi kedua orang tua Bintang itu hal yang baru.

Mereka bahkan belum tahu dari mana asal Zayan. Tapi bingung juga bagaimana cara menanyakannya. Meski tak banyak mengatakan apa pun, Zayan tampaknya santai saja berada di rumah Bintang. Bahkan bocah itu yang justru membuat panik kedua orang tua Bintang.

“Kamu tinggal di mana?” tanya Wanda membantu Zayan beres – beres.

Zayan menoleh, “Saya tinggal di blok K, Bu.” Zayan menjawab singkat.

“Blok K perumahan elite?” Wahyu ikut nimbrung.

Zayan tersenyum tipis dan mengangguk. Wahyu hanya menghela nafas kecil karena Zayan terlihat sangat terpaksa ketika tersenyum. Itu sebenarnya sedikit membuat Wahyu bingung bagaimana menyikapi teman putrinya itu.

Sesekali Zayan menatap keluar jendela yang ternyata sudah sangat gelap. Dia tadi terlalu lama menunggu di luar dan bukannya segera  mengetuk pintu rumah Bintang. Selain itu, jarak ke rumahnya pun cukup jah dan memakan banyak waktu.

“Bu, Pak, boleh saya menginap?” tanya Zayan tanpa basa – basi.

Wanda membuka mulutnya terkejut, “A – ah, memangnya orang tua kamu nggak khawatir?” tanya Wanda gugup menanggapi Zayan.

“Saya hanya tinggal bersama kedua kakak perempuan saya. Orang tua saya sibuk,” jawab Zayan.

“Kalau begitu, telepon kakak kamu dulu.” Wahyu tentunya tak mau ambil risiko tentang keselamatan bocah SMA itu. Dia juga sedikit takut kalau tiba – tiba ada yang menuduhnya menculik seorang anak SMA.

“Baik,” balas Zayan.

Wanda melotot pada suaminya yang mengizinkan Zayan menginap begitu saja. Padahal dia pikir, Wahyu akan melarangnya karena yang menginap adalah teman cowok Bintang. Yang bahkan teman – teman ceweknya belum pernah datang sampai menginap apalagi meminta izin secara langsung kepada mereka.

Sementara Wahyu hanya menepuk – tepuk pundak istrinya menenangkan. Meski Zayan terlihat sedikit menjengkelkan, tetap saja rasanya dia percaya kalau bocah itu tidak akan melakukan apa pun pada Bintang.

“Kakak saya mengizinkan,” ucap Zayan selepas menelepon salah satu kakak perempuannya.

“Baiklah, nanti Ibu siapkan kamar untuk kamu,” pupus Wanda yang akhirnya juga memutuskan untuk mencoba percaya pada Zayan meski masih ada sedikit rasa aneh kenapa ada orang yang begitu berani meminta izin menginap secara langsung seperti itu.

Wanda menyuruh Zayan untuk makan malam terlebih dahulu ditemani oleh suaminya, Wahyu. Sementara Wanda sendiri mengemas kamar kosong yang ada di rumah mereka. Sebenarnya, kamar itu bukannya benar – benar kosong karena biasanya ada Bulan, kakak Bintang. Anak sulungnya yang sedang menempuh pendidikan di Jerman.

Mungkin tak masalah jika membiarkan Zayan tidur semalam di sana. Toh, hanya semalam. Walaupun sebelumnya, dia melarang keras setiap kali Bintang mencoba masuk ke kamar itu.

“Saya tidur di sini, Bu?” Zayan datang menghampiri Wanda.

Wanda menoleh dan mengangguk, “Iya. Kamu bisa menempatinya semalam,” jawabnya.

“Terima kasih.”

“Sama – sama.”

Zayan menatap kamar luas itu. Benar – benar penuh warna dan sangat luas. Sangat berbeda dengan kamar Bintang yang gelap dan juga tidak begitu luas. Dia tak tahu kenapa orang tua Bintang justru mengosongkan kamar bagus itu. Padahal, akan lebih baik kalau kamar yang dikosongi adalah kamar Bintang.

“Kamarnya bagus,” ucap Zayan.

Wanda tersenyum kecil, “Kalau begitu, kamu istirahatlah. Selamat malam,” ucapnya.

“Selamat malam,” balas Zayan yang justru merasa kalau dia sedang berada di rumahnya sendiri dengan keluarga yang lengkap.

_OoO_

Zayan membuka matanya ketika dia sedikit mendengar keributan di luar kamarnya. Dia bangkit dan mengintip keluar. Ternyata Wanda dan Wahyu berada di depan kamar Bintang dengan membawa baskom berisi air juga kain yang terlipat rapi entah untuk apa. Dia juga tidak tahu apa yang membuat mereka ribut.

“Aku kelelahan,” ucap Wanda, “setiap malam dia seperti ini,” lanjutnya meletakkan baskom itu di meja dan duduk sambil memijat pelan kepalanya sendiri.

Wahyu ikut memijit pundak istrinya. Wanda tampak begitu kelelahan. Zayan menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 00:00. Itu tengah malam dan kedua orang tua Bintang belum tidur sama sekali?

Zayan keluar dan menyapa keduanya berpura – pura haus dan mengambil air. Seketika itu juga, keduanya tampak mencoba terlihat baik – baik saja dan bahkan tersenyum senang.

“Apa demam Bintang naik?” tanya Zayan ketika melihat baskom bekas kompres itu.

Wanda dan Wahyu saling memandang beberapa saat kemudian mengangguk pelan, “Selain itu, setiap malam Bintang selalu mengeluh kalau perutnya sangat sakit.” Wahyu menjelaskan.

“Dia dulu jarang sakit, tapi sekali sakit memang cukup parah,” lanjut Wanda menambahi.

Zayan mengangguk mengerti. Dia juga berpikir bahwa Bintang tidak akan separah itu melihat tadi kondisinya sudah bisa dibilang cukup baik saat bereaksi terhadap kedatangannya. Dan soal perut yang sakit, mungkin saja karena Bintang sedang dalam masa menstruasi sehingga nyeri di perutnya cukup parah.

“Kalau begitu, Bapak sama Ibu istirahat saja. Biar saya yang merawat Bintang malam ini.” Zayan menawarkan diri.

“Eh, Serius?” Wahyu terbingung – bingung.

Zayan menganggukkan kepalanya mantap, “Iya. Saya tidak akan melakukan apa pun.”

“Kamu nggak keberatan? Besok kamu ke sekolah ‘kan?”

“Tidak. Semua anak sedang ada darmawisata sampai besok siang.”

Wanda dan wahyu tersenyum lega akhirnya mereka bisa beristirahat dengan tenang setelah beberapa hari setiap malam selalu diganggu dengan Bintang yang merintih kesakitan di bagian perutnya. Bahkan kadang – kadang Bintang menangis sangat keras gara – gara hal itu.

“Maaf, ya.” Wanda menepuk kepala Zayan.

“Tidak apa – apa. Selamat malam,” balas Zayan.

Dia berjalan ke kamar Bintang dan mengintip dari pintu sebelum benar – benar masuk. Zayan mendapati Bintang tengah meringkuk dengan kedua tangannya memegangi perut. Seluruh wajahnya tertutup oleh rambutnya sehingga dia tidak tahu apakah cewek itu sedang menangis atau apa.

Perlahan, dia melangkahkan kakinya masuk dan memeriksa kondisi cewek itu. Tak banyak yang dia tahu tentang penyakit, tapi dia teringat ucapan Bintang yang pernah bilang kalau dia kerap kali merasa sakit perut padahal tidak banyak memakan makanan pedas meski Zayan akhirnya mengabaikannya.

Zayan memeriksa suhu tubuh Bintang juga yang ternyata sangat panas. Dia segera mengambil kompres dan juga memasukkan air panas ke dalam botol.

“Jangan meringkuk!” ucap Zayan sekembalinya ke kamar Bintang.

Bintang menurut saja. Dia mengganti posisi tidurnya menghadap ke atas tapi dengan kedua kakinya yang masih menekuk karena berhasil mengurangi rasa sakit di perutnya. Zayan mengambi kain handuk dan membalut botol yang berisi air panas itu dengan kain itu kemudian meletakkannya di atas perut Bintang.

Barulah setelah itu dia mengompres kening Bintang. Dia benar – benar tak tahu betul bagaimana cara merawat orang sakit. Untunglah dia suka membaca berbagai macam buku dan mencoba mengingat apa yang pernah dia baca saja.

Dia melakukan itu berkali – kali bolak – balik ke dapur untuk mengganti air kompresan dan juga air panas ke botol yang sama sampai tepat pukul dua dini hari akhirnya Bintang mulai tenang.

Suhu tubuhnya menurun dan sepertinya nyeri di perutnya pun mereda karena dia sudah bisa terlelap dengan posisi tidur yang baik. Tidak lagi meringkuk atau menekuk kakinya. Zayan bisa bernafas lega dengan itu semua. Merawat orang sakit benar – benar melelahkan dan entah kenapa dia mau melakukan itu untuk Bintang.

Tak bisa menahan kantuknya, Zayan tidur dengan kepala bersandar di ranjang Bintang tanpa sadar. [ ]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
How Precious You're in My Life
14208      2538     2     
Romance
[Based on true story Author 6 tahun] "Ini bukanlah kisah cinta remaja pada umumnya." - Bu Ratu, guru BK. "Gak pernah nemuin yang kayak gini." -Friends. "Gua gak ngerti kenapa lu kayak gini sama gua." -Him. "I don't even know how can I be like this cause I don't care at all. Just run it such the God's plan." -Me.
After School
3389      1366     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Gareng si Kucing Jalanan
11019      3565     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
ADIKKU YANG BERNAMA EVE, JADIKAN AKU SEBAGAI MATA KE DUAMU
425      312     2     
Fantasy
Anne dan Eve terlahir prematur, dia dikutuk oleh sepupu nya. sepupu Anne tidak suka Anne dan Eve menjadi putri dan penerus Kerajaan. Begitu juga paman dan bibinya. akankah Anne dan Eve bisa mengalahkan pengkhianat kerajaan? Siapa yang menikahi Anne dan Eve?
Kisah Kasih di Sekolah
800      515     1     
Romance
Rasanya percuma jika masa-masa SMA hanya diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Nggak ada seru-serunya. Apalagi bagi cowok yang hidupnya serba asyik, Pangeran Elang Alfareza. Namun, beda lagi bagi Hanum Putri Arini yang jelas bertolak belakang dengan prinsip cowok bertubuh tinggi itu. Bagi Hanum sekolah bukan tempat untuk seru-seruan, baginya sekolah ya tetap sekolah. Nggak ada istilah mai...
A D I E U
2183      869     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
In Her Place
1061      688     21     
Mystery
Rei hanya ingin menyampaikan kebenaran—bahwa Ema, gadis yang wajahnya sangat mirip dengannya, telah dibunuh. Namun, niat baiknya disalahartikan. Keluarga Ema mengira Rei mengalami trauma dan membawanya pulang, yakin bahwa dia adalah Ema yang hilang. Terjebak dalam kesalahpahaman dan godaan kehidupan mewah, Rei memilih untuk tetap diam dan menjalani peran barunya sebagai putri keluarga konglomer...
Once Upon A Time
395      264     4     
Short Story
Jessa menemukan benda cantik sore itu, tetapi ia tak pernah berpikir panjang tentang apa yang dipungutnya.
Pensil HB dan Sepatu Sekolah
71      68     0     
Short Story
Prosa pendek tentang cinta pertama
AUNTUMN GARDENIA
160      139     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...