Loading...
Logo TinLit
Read Story - Bintang, Jatuh
MENU
About Us  

Bintang menghela nafasnya panjang – panjang. Setiap pagi dia harus membersihkan toilet sekolah karena mendapat hukuman dari Pak Budi. Sudah satu minggu dia menjalani hukumannya yang membuatnya justru semakin tak fokus pada pelajaran di kelas. Tak ada perubahan, tapi kali ini lebih buruk dari yang biasanya.

Dia menatap pada tangga di depannya yang harus dia naiki. Karena sudah kelelahan, akhirnya Bintang memilih duduk saja di salah satu anak tangga melepas lelahnya. Apalagi dia juga belum sarapan pagi. Dia juga tak banyak berbicara dengan Dinda karena Bintang masih harus menghabiskan waktu di perpustakaan untuk persiapan ulangan bulanan.

“Kenapa harus ada belajar?” gumamnya pelan memainkan bolpoin yang dia simpan di sakunya.

“Nggak usah belajar kalau memang nggak mau lulus,” imbuh seseorang sambil menyodorkan sebuah kalung di depan Bintang. Bintang yang merasa kalung itu sangat tidak asing pun segera meraba lehernya sendiri.

Benar, itu miliknya. Dia segera merebut kalung itu dan mendongak mendapati Zayan di sana dengan ekspresi wajah yang sama. Kemudian cowok itu pergi ke toilet tanpa mengatakan apa pun lagi. Bintang kembali memakai kalung yang selalu saja lepas itu. meski hatinya terus bertanya – tanya sejak kapan kalungnya jatuh.

Bintang mulai bangkit dan menaiki tangga dengan malas. Dia membawa roti di tasnya dan ingin segera memakannya. Tapi rasa malasnya sudah terlalu kuat sehingga beberapa saat kemudian, dia kembali duduk di anak tangga santai. Tak mengikuti pelajaran pun tak masalah baginya.

“Laparnya!” teriak dia membuat beberapa anak yang lewat menatap ke arahnya heran.

“Bintang, ngapain di situ?”

Bintang segera bangkit dan tersenyum kecil pada Iqbal yang membawa setumpuk buku di tangannya. Dia disapa Iqbal! Tidak heran memang karena mereka dulu teman. Tapi Iqbal sama sekali tidak merasa canggung padanya meski sudah bertahun – tahun tak saling bertemu. Dia bahkan menunjukkan senyum kecilnya pada Bintang.

“Capek, habis dihukum,” kata Bintang cengengsan.

“Itu yang bikin lo lapar?” Iqbal berjalan mendekat pada Bintang. Dia menatap atribut kelas yang ada di lengan Iqbal. Cowok itu masuk di kelas IPA dan ya, pantas saja Iqbal ada di sekitar lantai dua.

“Ya begitulah.”

“Gue ada bekal, mau? Bukan makanan berat kok. Cuman sandwich,” tawar Iqbal.

Bintang melotot. Selama dia masuk SMA, sebelumnya belum pernah ada yang membawa bekal karena semua menu ada di kantin dan juga harganya murah – murah. Saat dia hendak mengangguk, tiba – tiba sebuah roti muncul di hadapannya. Roti kesukaannya yang sering kali tak bisa Bintang dapatkan di kantin.

Dia segera menerima roti itu dan memakannya tak peduli pada siapa yang memberikannya. Saat orang itu lewat mendahuluinya, barulah dia sadar kalau itu Zayan. Ya, Zayan lagi. Sudah satu minggu mereka tak banyak bicara, kini Zayan kembali kerap memunculkan wajahnya di hadapan Bintang.

Senang – senang saja sih sebenarnya. Masalahnya, penampilan Zayan semakin hari semakin memukau. Mulai dengan menggunakan lensa kotak dan melepas kacamatanya. Kemudian potong rambut juga membuatnya terlihat seperti tokoh anime. Dan itu sedikit membuat hatinya kewalahan.

“Lo dekat sama Zayan?” tanya Iqbal penasaran.

Bintang menggeleng pelan, “Tapi kami satu kelas.”

“Aneh, Zayan nggak biasanya begitu ke siapa pun. Tapi dia peduli banget sama lo.”

Bintang seketika berhenti mengunyah. Dia tak pernah tahu tentang Zayan, itu yang membuatnya terkejut mendengar kalimat seperti itu dari Iqbal yang mungkin orang yang paling dekat dengan Zayan. Tapi juga keduanya tak pernah terlihat banyak berbicara. Zayan bahkan cuek – cuek saja sama Iqbal.

Iqbal tersenyum menggoda, “Lo pasti menarik buat dia,” bisiknya. “oh ya, sandwich gue. Mau nggak?”

“Nggak usah, Bal. Ini ‘kan udah dikasih roti sama Zayan. Makasih ya, gue duluan.” Bintang pamit pada Iqbal dan langsung pergi menyusul Zayan.

Dia berlari sedikit melompat – lompat senang mempercayai ucapan Iqbal. Mungkin saja memang Zayan tertarik padanya dan bisa saja mimpinya mendapatkan pacar nyata yang sama dengan karakter fiksi kesukaannya akan tercapai. Dia senang, tapi juga tidak tahu bagaimana bisa berbicara banyak dengan orang itu.

Langkahnya terhenti ketika melihat Zayan berdiri di depan kelas menyandarkan punggungnya pada dinding. Padahal pembelajaran sedang berlangsung. Dia mendekat dan menatap Zayan cukup lama. Ternyata kedua matanya tertutup membuat cewek ceroboh itu bertanya – bertanya apa yang sedang dilakukan cowok itu.

“Tidur?” tanya Bintang.

Zayan menggeleng semakin membuat Bintang keheranan.

“Oh ya. Kok kalung gue bisa ada di lo?” Bintang tak tahan dengan rasa penasarannya dan menanyakan langsung.

Cowok itu membuka matanya berhasil membuat Bintang seketika mundur sedikit menjauh. Meski hanya ditatap, dia bisa merasakan suasana dingin di sekitar Zayan. Itu tak membuatnya nyaman sama sekali.

“Jatuh. Seminggu yang lalu,” jawabnya.

“Seminggu? O – oke, makasih. Terus lo ngapain di sini?”

“Nungguin lo.” Dia pun masuk.

Bintang langsung menutup mulutnya yang tak bisa menahan senyum lebarnya. Zayan menunggunya untuk masuk ke kelas bersama? Itu sesuatu yang baru pertama kali terjadi pada Bintang. Dia belum pernah diperlakukan semanis itu oleh cowok lain karena tak ada yang tertarik padanya.

Tentu saja Bintang terbawa perasaan. Dia mengatup mulutnya rapat – rapat menahan senyum salah tingkahnya.

Biasanya cowok mana pun hanya akan meledek Bintang karena tak sepintar cewek – cewek lainnya. Dia tak menyalahkan itu karena memang begitulah faktanya. Dia lambat dalam belajar dan segala jenisnya. Menghitung, menulis atau bahkan membaca. Bisa menempuh pendidikan sampai SMA saja, dia sangat bersyukur.

Zayan kembali melongok ke pintu, “Masuk!” katanya.

“I – iya.” Bintang menurut dan masuk ke kelas. Duduk di bangkunya sambil senyum – senyum nggak jelas membuat Dinda yang melihat itu hanya memandang temannya heran.

“Bintang, sudah kamu selesaikan hukumannya?” tanya Pak Budi.

“Sudah, Pak.” Bintang menjawab dengan tegas. Tidak, lebih tepatnya menjawab dengan semangat.

Tak lama kemudian, pelajaran berakhir tepat saat bel istirahat berbunyi. Dinda langsung menghampiri Bintang yang senyum – senyum sejak masuk ke kelas. Dia menepuk kening Bintang menghela nafas.

“Senang banget. Kenapa lo?” tanyanya.

Bintang bangkit dari duduknya membawa bukunya pergi, “Ada deh,” katanya.

_OoO_

Bintang duduk di bangku yang ada di pojok perpustakaan. Perpustakaan lantai tiga memang lebih sepi ketimbang yang ada di lantai dasar. Karena hanya anak – anak yang kelasnya berada di lantai paling atas saja yang datang ke perpustakaan itu. Yang lain lebih memilih turun ke bawah.

Bagi Bintang, yang menarik dari perpustakaan itu adalah pemandangannya. Udara yang masuk dari jendela di hadapannya pun membuatnya bisa tertidur dengan lelap selama menghabiskan waktu di sana. Itu sangat menyenangkan dan menenangkan untuk dia yang tidak suka antre di kantin.

“Sempurna,” katanya pada gambar wajah Zayan yang dia buat akhirnya lengkap dengan mata dan juga hidungnya.

Tiba – tiba dia histeris sendiri dengan apa yang dia gambar, “Asli! Mirip banget sama tokoh – tokoh manhwa,” pekiknya senang.

Dia mengarahkan gambar itu keluar jendela dan memejamkan matanya kuat – kuat. Kalau saja ada orang lain yang melihat kelakuan Bintang itu, mungkin dikira sedang berusaha mengirim guna – guna pada seseorang. Padahal, cewek itu hanya sedang berharap kalau suatu saat nanti Zayan menjadi pacarnya.

“Tuhan, tolong kasih Zayan buat aku. Ardias Zayan Fairuz siswa kelas XI Bahasa 03, duduknya di dekat jendela baris ke tiga dari depan. Kalau kurang spesifik, besok aku cari tahu nama bapaknya. Tapi tolong banget ini, Tuhan. Dia yang bikin baper duluan soalnya,” pintanya memohon terlihat dengan sungguh – sungguh.

Bintang menurunkan gambarnya dan cukup lama terdiam, “Kayak orang bego nggak sih?” gumamnya pelan kemudian tertawa kecil.

Saking asyiknya sampai – sampai dia tidak sadar kalau Zayan berdiri di rak yang tak jauh dari tempat Bintang duduk dan mendengar semua itu. Cowok itu hanya menutup mulutnya merasa sangat malu karena mengetahui sesuatu yang seharusnya tidak dia ketahui. Tapi dia sangat penasaran tadi.

Bintang bangkit dari duduknya mencari – cari buku untuk belajar. Sementara Zayan mendekat ke meja di mana Bintang meninggalkan bukunya. Dia tertawa kecil melihat gambar dirinya yang tiba – tiba menjadi sangat imut dan chibi di dalam gambar itu. Bintang menunjukkan itu pada tuhannya untuk meminta Zayan.

“Doa kok maksa,” katanya pelan mengambil foto gambar itu dengan ponselnya kemudian pergi dari sana cepat – cepat sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Kenapa gue yang malu ya sama doa dia?"[ ]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Surat Terakhir untuk Kapten
617      445     2     
Short Story
Kapten...sebelum tanganku berhenti menulis, sebelum mataku berhenti membayangkan ekspresi wajahmu yang datar dan sebelum napasku berhenti, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Kuharap semua pesanku bisa tersampaikan padamu.
Cinta (tak) Harus Memiliki
5666      1434     1     
Romance
Dua kepingan hati yang berbeda dalam satu raga yang sama. Sepi. Sedih. Sendiri. Termenung dalam gelapnya malam. Berpangku tangan menatap bintang, berharap pelangi itu kembali. Kembali menghiasi hari yang kelam. Hari yang telah sirna nan hampa dengan bayangan semu. Hari yang mengingatkannya pada pusaran waktu. Kini perlahan kepingan hati yang telah lama hancur, kembali bersatu. Berubah menja...
Lady Cyber (Sang Pengintai)
2475      968     8     
Mystery
Setiap manusia, pasti memiliki masa lalu. Entah itu indah, atau pun suram. Seperti dalam kisah Lady Cyber ini. Mengisahkan tentang seorang wanita bernama Rere Sitagari, yang berjuang demi menghapus masa lalunya yang suram. Dibalut misteri, romansa, dan ketegangan dalam pencarian para pembantai keluarganya. Setingan hanya sekedar fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama, peristiwa, karakter, atau s...
Cerita Cinta Di Sekolah
565      383     0     
Short Story
Sebuah cerita anak SMP yang sedang jatuh cinta dan berakhir menjadi sepasang kekasih. Namun, ada seseorang yang mencoba menerornya. Dan secara tidak langsung, orang tersebut bermaksud untuk mengganggu hubungan kisah asmaranya.
True happiness
411      290     1     
Short Story
the story is about a boy who tries to find his true happiness
DANGEROUS SISTER
9046      2073     1     
Fan Fiction
Alicea Aston adalah nama barat untuk Kim Sinb yang memiliki takdir sebagai seorang hunter vampire tapi sesungguhnya masih banyak hal yang tak terungkap tentang dirinya, tentang jati dirinya dan sesuatu besar nan misterius yang akan menimpanya. Semua berubah dan menjadi mengerikan saat ia kembali ke korea bersama saudari angkatnya Sally Aston yang merupakan Blood Secred atau pemilik darah suci.
Love 90 Days
4676      1864     2     
Romance
Hidup Ara baikbaik saja Dia memiliki dua orangtua dua kakak dan dua sahabat yang selalu ada untuknya Hingga suatu hari seorang peramal mengatakan bila ada harga yang harus dibayar atas semua yang telah dia terima yaitu kematian Untuk membelokkan takdir Ara diharuskan untuk jatuh cinta pada orang yang kekurangan cinta Dalam pencariannya Ara malah direcoki oleh Iago yang tibatiba meminta Ara untu...
Abnormal Metamorfosa
2381      852     2     
Romance
Rosaline tidak pernah menyangka, setelah sembilan tahun lamanya berpisah, dia bertemu kembali dengan Grey sahabat masa kecilnya. Tapi Rosaline akhirnya menyadari kalau Grey yang sekarang ternyata bukan lagi Grey yang dulu, Grey sudah berubah...Selang sembilan tahun ternyata banyak cerita kelam yang dilalui Grey sehingga pemuda itu jatuh ke jurang Bipolar Disorder.... Rosaline jatuh simpati...
Enigma
26741      3611     3     
Romance
enigma noun a person or thing that is mysterious, puzzling, or difficult to understand. Athena egois, kasar dan tidak pernah berpikir sebelum berbicara. Baginya Elang itu soulmate-nya saat di kelas karena Athena menganggap semua siswi di kelasnya aneh. Tapi Elang menganggap Athena lebih dari sekedar teman bahkan saat Elang tahu teman baiknya suka pada Athena saat pertama kali melihat Athena ...
Mermaid My Love
2432      1151     3     
Fantasy
Marrinette dan Alya, dua duyung yang melarikan diri dari Kerajaan laut Antlantis yang sudah diluluhlantakkan oleh siluman piranha. Mereka terus berenang hingga terdampar disebuah pantai. Kemudian mereka menyamar dan menjalani kehidupan seperti manusia. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Marrinette bekerja di sebuah kafe sedangkan Alya direstorant. Ditempat Marrinette bekerja malah bertemu dengan ...