Read More >>"> Elevator to Astral World (Chapter 00 - To Know) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Elevator to Astral World
MENU
About Us  

Lampu di atas kepala berkedip.

Detik jam menusuk posisi titik 12, lurus dengan saudara-saudara jarumnya yang berkulit hitam, pantulan sinar kuning kemerahan tajam menembus sudut jendela yang tak tertutup gorden bambu tarik. Awan rendah menutupi bulatan bintang terbesar yang dapat dilihat manusia dengan mata telanjang.

Jiwa serasa terkumpul kembali, wanita kantoran itu berdiri meregangkan lengan, peredaran darah menutrisi jemari kakinya yang sudah kesemutan dan hampir membusuk di kolong meja yang penuh dengan kabel dan serpihan makanan.

Komputer mati, hanya kegelapan yang tersisa di depan layarnya bersama dengan pantulan sinar laser merah aneh, sosok manusia berjenis kelamin perempuan dengan rambut sebahu duduk di depannya sambil menguap.

Tubuh kurus, tak menonjolkan fitur menarik yang menggoda, tapi tak cukup untuk menjadi bahan ejekan. Kebiasaan pendiamnya membantu menangkal ejekan, meskipun itu menjadikannya sebagai penyendiri.

Mata berkantung hitam bangkit menatap sekeliling, hanya hembusan angin sepoi-sepoi dari pendingin ruangan tua yang menyapa, kolega sekantornya telah lama meninggalkannya sebagai yatim piatu kantor.

Wanita itu bangkit, kepalan tangan bergegas merapikan dokumen ke lemari bertandakan ‘selesai’ dan mengambil setumpukan map dari lokernya, tanda pekerjaan besok. Foto keluarga kecilnya hampir jatuh, sigap ditangkapnya.

Ia berlutut mengelus kepala anak laki-lakinya, suaminya sendiri berdiri di samping, muka dilakban hitam.

Perceraian itu sudah tertulis dalam buku sejarah kuno, sosoknya muak muncul dalam mimpi tak diundang. Meski begitu, hanya inilah satu-satunya foto yang disukai anaknya.

Mementonya sehingga dapat bertahan menjadi budak korporat dengan gaji pas-pasan.

Cepat-cepat menggeleng kepala, wanita itu menaikkan kaus kakinya sambil merangkul tas ke bahu, derap kaki setengah berlari, tuas pengaman listrik diturunkan, gelap gulita ruangan menatapnya dengan bosan dalam shift kerja paling malam.

Pintu dibuka, wanita itu setidaknya memiliki kunci untuk menggembok sarangnya, tanda bahwa setidaknya terdapat semacam pengakuan dari atasan pelitnya.

Ruang terbuka merentang dari kaca tembus pandang hingga ke elevator gedung 10 tingkat.

Langit gelap, siluet awan hitam memblokir indahnya matahari terbenam di seberang pantai, gedung pencakar langit satu-satunya di kota perlahan menerangkan diri dengan cahaya kelap-kelip. Gunung mulai membayangi struktur bangunan artifisial manusia, melahapnya dalam kegelapan. Hutan asri di dalamnya seperti menyarankan terdapat sesuatu yang bersemayam di dalam sana.

Burung gagak mendadak terbang menuju arahnya, terhalang oleh kaca jendela lantai 4.

Sontak, wanita itu melangkah mundur selangkah.

Rupanya ada sebuah cacing kecil yang menempel di luar jendela.

Ada-ada saja.

Arteri jalan utama sepi, penghuninya memasuki mode malas di akhir pekan. Air mata setetes jatuh saat telunjuk mengucek mata, mulut menguap sebagai tanda kelelahan dari waktu kerja 6 hari 11 jam.

Wanita itu bahkan tak sadar kotak bekalnya jatuh ke lantai, bekas kuah jatuh berserakan, memaksanya melewatkan pintu elevator di depannya yang telah membuka.

Tas selempang diturunkan, tongkat pengepel diambil. Helaan nafas panjang disertai dengan sebuah makian dalam kesunyian.

Ronde berikutnya dari elevator tersebut adalah setelah membawa orang dari lantai 10.

Petugas reparasi, mungkin? Mereka adalah rivalnya dalam hal pulang telat.

Bayangannya yang bungkuk saat bersih-bersih mencemaskan hati terdalamnya.

Bagaimana nasib hari tuanya nanti jika kesehatan tubuhnya sekarang mencemaskan?

Kota yang ditempatinya memang bukan metropolitan, tapi sasaran dari mata-mata orang pedesaan yang ingin mencoba merantau untuk peruntungan nasib tak cerewet.

Yang beruntung menjadi pengantong uang, yang tak beruntung menjadi pengemis jalanan. Lalu bagaimana dengan mereka yang ditinggalkan oleh malaikat, tetapi juga dicampakkan oleh setan? Mereka menjadi pengembara, bertarung sendiri di medan netral bermodalkan keringat di punggung dan intelijen di otak.

Beberapa mengangkat bendera putih dan meninggal, yang lain sengsara, sisanya kabur. Wanita itu satu dari beberapa yang menjaga agar kota ini tak sepenuhnya mati.

Kehidupan terus berlangsung seperti roda berputar, tapi setidaknya ia punya arah.

Wanita itu punya satu kamar apartemen, bisa makan, punya orang dekat.

Tombol pemanggilan kurungan besi mati, pantulan merahnya tak ingat pernah ditekan. Bel dari elevator berbunyi, pintunya dengan kasar bergeser ke samping.

Kelelahan bisa berbuat banyak terhadap memori seseorang, pengalaman pribadinya.

Suara elevatornya kasar.

Mungkin kurang oli, pikirnya. Terakhir direnovasi sejak pembukaannya 15 tahun lalu, gedung tua reot ini memang bukan tempat yang paling layak untuk dimasuki sebagai rekan bisnis, apalagi karyawan.

Sepatu hak 1 cm melangkah masuk, tombol lantai 1 ditekan, pintu menutup.

Kedipan mata mengabur, segaris dari pintu yang belum tertutup baru membuatnya menyadari tasnya yang masih ketinggalan.

Kata makian kembali keluar dari bibir pecah-pecah wanita itu.

Kali ini lebih kasar. Lebih nyaring, gemanya bermantulan ke sana-sini di ruangan sempit.

TING TONG.

Pintu besi terbuka, wanita itu tak keluar dan balik menekan ke lantai 4.

Pintu besi menutup, kotak besi jadul kembali ditarik oleh rel yang bergerak naik. Secarik kertas A4 dengan tinta hitam pekat telah tertempel di atas tombol elevator.

TEKAN TOMBOL MENUJU LANTAI 4.

Aliran cairan yang belum kering membasahi kertas putih yang ada, telapak tangan wanita itu mulai berkeringat.

Ludah ditelan pelan, nafas distabilkan.

Ia memang jarang dibully, tapi bukan berarti tak pernah. Juga bukan pertama kalinya seseorang meletakkan hal semacam ini untuk menakut-nakutinya. Palingan ia tak sengaja menginjak ekor orang lain di waktu sensitif dan membuat mereka membencinya.

Bukan hal aneh lagi. Ia memencet tombol menuju lantai 4.

Elevator terangkat, ia menunggu dalam diam.

Kantornya juga berada di lantai 4, maka oleh karena itu, tentu saja barangnya yang tertinggal juga ada di sana.

Sunyi ... senyap, kecuali dering ponsel jadulnya yang belum diganti sejak zaman kelahiran putranya. Pesan singkat masuk, tombol ‘buka’ ditekan, putranya mengirim selfie mulut yang berepotan mengunyah apel, rambut hitamnya keturunan sedarah darinya.

Senyum kecil terpantul di langit-langit besi elevator. Senyum tulusnya sendiri.

Mama otw pulang. Kita makan di restoran favorit nanti.

Setidaknya dompetnya masih tebal karena baru melewati hari gajian. Ia bisa menepati janji yang dibuatnya sekarang.

TING TONG.

Ponsel ditutup, pintunya terbuka. Tas selempangnya telah berada di depan pintu.

Wanita itu tertegun. Memorinya memang sering kabur karena kurang tidur dan ini memang hari pertamanya bisa pulang sebelum bulan muncul, tapi sesuatu menjengkelkan 10 menit lalu tak akan bisa dilupakan dengan cepat.

Tas selempang berlogo N hitam besar ini tidak berdiri dengan rapi di depan elevator tadi, melainkan dibiarkan tergeletak di sampingnya.

Ada yang mengacau dengannya? Mungkin tukang reparasi dari lantai 10?

Sebentar, elevator yang tadi ke lantai 10 tak memperlihatkan siluet orang saat mendarat di lantai 4 ini?

Apa karena dia yang buru-buru mengepel, membuatnya tak melihat kru tersebut?

Ponselnya berdering, bukan pesan baru, melainkan karena pemberitahuan sinyal hilang.

Ini juga pengalaman pertamanya.

Tangan dikepal, kemudian dilepas.

Menjulurkannya ke luar, desain manik-manik yang menjadi pegangan tasnya dikaitkan ke bahu, tombol lift hampir dihantam dengan keras sebelum akhirnya dipijit pelan, menuju lantai 2.

Makiannya kali ini nyaring, apalagi dengan tipe elevator kantor ini yang jadul berarti ia tak dapat mengubah destinasi lantainya sebelum sampai ke tujuan.

Ia memegang dadanya, jantungnya berdegup kencang, mungkin 160 bpm.

Aktivitas paranormal? Tapi, jika hal itu terjadi, biasa ada tanda-tanda.

Agama bukan kepercayaannya, tapi ia juga sama sekali tak memuja sesuatu tak bersih semacam aliran setan. Paling banyak, ia hanya menabur bunga untuk orang tuanya yang telah mendahului ke dunia lain.

Lagipula, wanita itu tahu ia mengandalkan logika untuk beraksi. Hipotesis yang paling cocok untuk kondisi sekarang adalah ada orang yang sangat berambisi untuk menjahilinya.

Tujuannnya tak diketahui, tapi jika diasumsikan, mungkin rival kerja, karena kebencian seperti pemikiran tadi? Atau mungkin performa kerjanya saja yang terlalu baik.

Ia tak tahu, dan tahu-tahu, pintu elevator telah terbuka.

TING TONG.

Wanita itu menghantam tombol 1 dengan cepat, berusaha mengosongkan pikiran dan berfokus kepada perjalanan pulang saja.

TING TONG.

Pintu elevator kembali terbuka, panelnya menunjukkan bahwa ini adalah lantai 6, begitu juga dengan tombol lantainya.

Wanita itu perlu dengan sadar memerintahkan kaki lemasnya untuk tetap berdiri, hingga punggung bersandar ke dinding dingin. Pasti terdapat sesuatu yang salah dengan kabelnya.

Tombol tutup pintu ditekan, kewaspadaannya telah meningkat hingga batasnya.

Telunjuk dengan pasti sudah diarahkan ke arah tombol lantai 1.

Ia menunggu.

TING TONG.

Panel elevator menunjukkan lantai 2, begitu juga dengan tombolnya yang menyala merah.

Oke, cukup.

Ia baru ingin melangkah keluar, sebelum menyadari bahwa kertas A4 yang penuh dengan tinta kualitas buruk tadi telah berganti tulisan.

OKE, KAMI HANYA BERCANDA DENGAN KABELNYA. PENCET TOMBOL MANAPUN DAN ELEVATOR AKAN BERGERAK SESUAI KEMAUANMU.

TUKANG REPARASI

Sangat di luar dugaan, memang. Tapi beginilah kejadian ‘paranormal’, pasti selalu ada-ada saja yang mencoba mengaburkan logika dan mengarahkan logika ke yang tidak-tidak.

Tombol tutup ditekan, wanita itu mengarahkan jari ke lantai 1.

Atau seharusnya, ia turun tangga.

Lantai 1 hanya berjarak sekitar belasan anak tangga dari lantai 2, lagipula yang berubah adalah kertas dan bukannya panel elektronik.

Barang itu tak bisa diganti kecuali jika ada orang yang masuk.

TING TONG.

Lantai 10 tertera di panel.

Bisikan-bisikan halus mengikuti, seperti suara ibu yang sudah tenang di bawah tanah, atau koleganya yang untuk pertama kalinya melemparkan candaan tanpa sindiran. Atau anaknya yang memanggil untuk memberikan hadiah.

Wanita itu sudah berlutut di lantai, mencoba mengkumat-kamitkan doa-doa apapun yang ia ingat dari pengalaman selama berdoa di masa sekolah.

Tombol terpencet dengan sendirinya ke lantai 5.

TING TONG.

Lantai 5 tertera di panel.

Seorang wanita berambut panjang yang menutupi wajahnya dari ujung kepala hingga kaki melangkah masuk, mencoba melambaikan tangan kepadanya.

“Syukurlah.” Helaan nafas dari benak terdalam dikeluarkan si wanita kantor. Ia hanya lega dapat melihat sesama manusia lainnya, tak peduli siapa itu. “Siapapun kau, kau keterlaluan.”

Akhirnya semua ini berakhir. Semuanya terlalu seram.

Akhirnya sudah selesai bullyan keterlaluan ini. Ia pasti akan melaporkannya kepada bagian HR besok pagi.

Untuk sejenak, pusing menggerogoti pikiran.

Selanjutnya yang ia tahu, ia telah terkapar.

Lalu terbangun.

Dunia penuh kegelapan, disinari radiasi cahaya merah dari matahari artifisial mirip sinar merah dari laser di film fiksi. Sejauh mata memandang, dunia terbengkalai dalam labirin tak ada ujung, sebuah ruang baja kecil di kejauhan menyita perhatian, elevatornya.

...

Korban selanjutnya itu tak pernah kembali.

Wanita itu sepenuhnya menghilang dari tatapan mata orang, sepenuhnya terjebak di dalam elevator mistis itu sebagai penunggu setianya. Perutnya tak akan pernah keroncongan, umur dan postur tubuhnya tetap, rambutnya terus memanjang hingga menutupi tumit, menyerupai sosok hantu yang pertama kali menemuinya. Kaki membawa tubuh gentayangan untuk perjalanan yang tak akan pernah selesai hingga selama-selamanya.

Hingga pecahan jiwanya dapat terkumpul kembali ke dalam satu raga.

Lampu elevator itu berkedip. Mustahil.

Ia akan tetap di sana. Menunggu seseorang datang.

Untuk datang ke tempatnya.

SESEORANG.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Diary : You Are My Activist
12893      2225     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
MANGKU BUMI
110      101     2     
Horror
Setelah kehilangan Ibu nya, Aruna dan Gayatri pergi menemui ayahnya di kampung halaman. Namun sayangnya, sang ayah bersikap tidak baik saat mereka datang ke kampung halamannya. Aruna dan adiknya juga mengalami kejadian-kejadian horor dan sampai Aruna tahu kenapa ayahnya bersikap begitu kasar padanya. Ada sebuah rahasia di keluarga besar ayahnya. Rahasia yang membawa Aruna sebagai korban...
Buku Harian
614      381     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
1 Kisah 4 Cinta 2 Dunia
22766      2759     3     
Romance
Fina adalah seorang wanita yang masih berstatus Mahasiswi di sebuah perguruan tinggi. Ia adalah wanita yang selalu ceria. Beberapa tahun yang lalu ia mempunyai seorang kekasih yang bernama Raihan namun mereka harus berpisah bukan karena adanya orang ketiga namun karena maut yang memisahkan. Sementara itu sorang pria yang bernama Firman juga harus merasakan hal yang sama, ia kehilangan seoarang is...
Premium
Cinta si Kembar Ganteng
2679      840     0     
Romance
Teuku Rafky Kurniawan belum ingin menikah di usia 27 tahun. Ika Rizkya Keumala memaksa segera melamarnya karena teman-teman sudah menikah. Keumala pun punya sebuah nazar bersama teman-temannya untuk menikah di usia 27 tahun. Nazar itu terucap begitu saja saat awal masuk kuliah di Fakultas Ekonomi. Rafky belum terpikirkan menikah karena sedang mengejar karir sebagai pengusaha sukses, dan sudah men...
The Investigator : Jiwa yang Kembali
1801      730     5     
Horror
Mencari kebenaran atas semuanya. Juan Albert William sang penyidik senior di umurnya yang masih 23 tahun. Ia harus terbelenggu di sebuah gedung perpustakaan Universitas ternama di kota London. Gadis yang ceria, lugu mulai masuk kesebuah Universitas yang sangat di impikannya. Namun, Profesor Louis sang paman sempat melarangnya untuk masuk Universitas itu. Tapi Rose tetaplah Rose, akhirnya ia d...
Ruman Tengah Jalan
682      400     3     
Horror
Meteor Lyrid
347      256     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
The Killing Pendant
2471      967     2     
Mystery
Di Grove Ridge University yang bereputasi tinggi dan terkenal ke seluruh penjuru kota Cresthill, tidak ada yang bisa membayangkan bahwa kriminalitas sesepele penyebaran kunci jawaban ujian akan terjadi di kelas angkatan seorang gadis dengan tingkat keingintahuan luar biasa terhadap segala sesuatu di sekitarnya, Ophelia Wood. Ia pun ditugaskan untuk mencari tahu siapa pelaku di balik semua itu, ke...
29.02
380      181     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari