Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sebab Pelangi
MENU
About Us  

Minggu pagi itu, di sekitar taman kota keadaannya ramai. Banyak orang yang tengah olahraga, ada yang bermain dengan anaknya, bahkan pinggiran trotoar berubah menjadi lapak dadakan bagi pedagang asongan.

            Di tengah keramaian, aku hanya sendiri. Aku nyaman dengan keadaan seperti ini. Dimana aku bisa merasa tenang di antara riuh redam sekitaran dan dapat mengamati semua orang. Tidak tau sejak kapan ini menjadi hobi yang kugeluti. Yang jelas sampai sekarang aku masih nyaman dengan terus seperti ini.

            Aku berhenti untuk duduk sejenak. Kaki ku terasa ingin terlepas karena dipakai untuk jalan terus-terusan dalam kurun waktu dua jam ini. Ku duduk di tepi trotoar yang tidak ada pedagangnya. Di bawah sebuah pohon yang berukuran sedang aku berlindung dari sinar mentari pagi yang perlahan semakin terasa panas. Beruntung baju ku berlengan panjang. Tapi tetap saja aku nya kepanasan.

            Aku kira hanya aku yang pergi seorang diri ke sini. Ternyata, di sana, di dekat air mancur taman duduk seorang perempuan sendiri. Kalau saja pakaiannya yang tidak berwarna-warni dan membuat mata ku menoleh ke sana, pasti sudah kupastikan dia tidak lebih dari orang-orang kebanyakan.

            Namun, dalam sekali pandang aku tau dia berbeda. Baju ping, celana berwarna kuning salem, sepatu biru langit dan sebuah bandana kuning polkadot hitam. Mungkin jika balita atau anak kecil setingkat taman kanak-kanak yang memakai itu pasti akan terlihat lucu dan menggemaskan. Tapi ini seorang perempuan yang aku perkirakan umur nya tidak jauh dari ku. Seperti nya masih SMA atau baru masuk kuliah.

            Dia duduk dengan headset terpasang di telinga. Bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman yang tidak kunjung luntur. Hidup nya kelihatan tidak ada waktu untuk merasa sedih atau merana. Tatapan aneh yang orang sekitar berikan untuknya bukan masalah. Bukti nya, dia masih asik bersenandung kecil. Kaki nya pun tidak lupa dia hentak-hentakkan.

            Sungguh, dia menarik perhatian ku. Berhubung penampilannya yang seperti itu aku akan beri dia julukan ‘pelangi’ padanya.

            Aku tidak akan menunggu semesta berkonspirasi karena aku punya kemauan sendiri untuk berinisiatif melangkah menemuinya. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Waktu juga tidak akan kembali pada saat yang sama, jadi jangan sia-sia kan peluang yang tercipta.

“Hai.” Sapa ku.

            Aku duduk di sebelahnya. Dia menoleh dan memberiku sebuah senyum.

“Hai.”

“Aku panggil kamu pelangi, boleh?”

            Mendengar pertanyaan ku itu, lantas dia langsung tertawa. Deretan gigi nya yang rapih menyambutku. Cantik. Tawa nya hanya berbunyi di ujung saja.

“Boleh.”

“Tapi bisa jangan jadi pelangi yang datang nya sesaat?”

“Bisa. Untuk kamu bisa.” Kata nya.

“Itu artinya besok kita harus ke sini lagi.” Usul ku.

“Ya, harus.”

            Dari obrolan tidak jelas itu membawa dia dekat padaku. Setelahnya kami berbicara mengenai banyak hal hingga matahari naik hampir di atas kepala. Baju ku bahkan sudah basah karena keringat. Si pelangi sama sekali tidak membosankan sampai aku betah berlama-lama.

            Pertemuan ku dan pelangi berlanjut. Bahkan kami tidak hanya bertemu di taman itu saja tapi penampilannya selalu seperti itu, persis pelangi, warna-warni. Aku sudah menjelajahi banyak tempat lain bersama nya. Sudah terlalu banyak cerita yang ku bagi maupun dia. Jangan tanyakan perasaan ku senang atau tidak. Rasa asing menelusup membentuk akar tak bertuan yang tumbuh menjadi sesuatu bahagia setiap kali berhubungan dengannya. Aku tidak sebodoh itu untuk tidak memahami apa yang sedang aku hadapi.

            Semenjak percikan merah muda bertambah besar setiap waktu nya, aku tidak berniat mengulur waktu apalagi menunggu. Tidak akan ada itu. Aku mempersiapkan segala hal untuk bisa membuat waktu menjadi pas sebagai latar belakang pengungkapan rasa ku untuknya.

            Sama seperti awal aku bertemu dengannya. Minggu sore itu aku mengajaknya ke taman lagi. Dia menyetujui dan menemuiku di sana. Di tempat yang sama persis seperti kala itu aku berusul untuk memanggilnya dengan kata pelangi.

            Seharusnya ini berjalan dengan lancar. Aku menunggunya, dia datang, lalu langit sore menjadi saksi tunggal tapi nyatanya harapan yang aku lambung tinggi sampai ke langit itu harus jatuh menghempas bumi.

            Dia datang. Masih dengan baju bertema pelangi nya. Hanya saja dengan lelehan air mata di wajahnya. Aku kuatir luar biasa. Langsung saja aku menggenggam tangannya dan berusaha membuat dia tenang.

“Kamu kenapa, pelangi?”

“Aku nggak bisa.” Racau  nya. “Mereka nggak boleh pisah.”

            Aku tidak bisa bertanya dengan keadaan dia sekacau ini. Jadi yang kulakukan hanya berada di sisi nya. Semoga itu membantu. Berharap pelangi ku kembali dengan segala kilauan bahagia nya.

            Setengah jam dari itu dia sudah tenang. Dia mulai menceritakan mengenai apa yang sedang dia hadapi. Sesuatu yang tidak pernah terpikir olehku. Latar belakang keluarga nya hancur berantahkan. Aku prihatin tapi tidak goyah untuk tetap menaruh rasa yang dalam padanya. Apapun latar yang dia miliki, bukan masalah. Yang jadi masalah hanya saat dia terang-terangan mengakatakan bahwa aku tidak berguna. Untung saja itu tidak ada dia katakan.

“Aku ini menyedihkan.” Gumamnya.

“Kamu itu pelangi, pembawa bahagia.” Sangkal ku.

“Tapi pelangi terbentuk dari hujan. Pelangi itu hanya bias sementara.”

            Benar juga.

“Sementara memang. Tapi selalu dinanti kehadirannya.”

            Lalu dia diam, begitu juga aku.

            Malang sekali dia. Ternyata semua ceria yang dia tunjukkan hanya menjadi topeng untuk segala kesedihan hidupnya. Dia tertawa agar merasa bahagia bukan karena memang bahagia. Dia memakai banyak macam warna hanya untuk menggantikan hitam yang melingkupi hidupnya.

“Setidak berpihak apapun takdir denganmu, tetap jadi pelangi, ya. Buat gebrakan baru kalau pelangi bisa menjadi abadi. Kalau pun tidak bisa untuk orang lain, cukup buat aku saja.”

“Kamu nggak akan bosan ngeliat pelangi melulu?”

“Bosan pasti. Tapi itu perihal nanti kan?”

            Dia mengangguk antusias. Tidak ada lagi raut sendu di sana, yang kutemukan hanya pancaran bahagia dimata nya.

“Kalau gitu, aku panggil kamu hujan.” Dia memberi jeda sebentar sebelum menjelaskan, “Bukan karena hidup kamu yang semenyedihkan aku, tapi karena kamu adalah alasan aku, si pelangi itu ada.”

“Tapi aku mau nya pelangi tanpa pura-pura bahagia.” Balasku.

“Karena hujan aku itu kamu, bearti bahagia aku ini bukan lagi sekedar sandiwara, aku persembahin ini nyata.”

            Sejak detik itu aku merelakan diri sebagai hujan. Demi pelangi ku yang akan selalu hadir setelahnya. Demi pelangi ku yang akan abadi bahagianya. Berharap sedih yang dia rasa segera terusir dan tidak terukir di hati. Dia perlu mengenal bola dunia dengan segala macam partikel yang bisa membawa nya tidak hanya pada nestapa tapi juga bahagia. Akan aku tunjukkan itu nanti, seiring berjalannya waktu dan seiring langkah kami yang sejalan.

Tags: romace

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Fusion Taste
136      125     1     
Inspirational
Serayu harus rela kehilangan ibunya pada saat ulang tahunnya yang ke lima belas. Sejak saat itu, ia mulai tinggal bersama dengan Tante Ana yang berada di Jakarta dan meninggalkan kota kelahirannya, Solo. Setelah kepindahannya, Serayu mulai ditinggalkan keberuntunganya. Dia tidak lagi menjadi juara kelas, tidak memiliki banyak teman, mengalami cinta monyet yang sedih dan gagal masuk ke kampus impi...
Hati Langit
8066      2167     7     
Romance
Ketika 2 orang teman yang saling bertukar pikiran mengenai suatu kisah sehingga terciptalah sebuah cerita panjang yang berwujud dalam sebuah novel. Buah pemikiran yang dikembangkan menjadi suatu kisah yang penuh dengan inspirasi dan motivasi dalam menghadapi lika-liku percintaan. Persembahan untuk mereka yang akan merengkuh jalinan kasih. Nani Sarah Hapsari dan Ridwan Ginanjar.
Save Me
953      575     7     
Short Story
Terjebak janji masa lalu. Wendy terus menerus dihantui seorang pria yang meminta bantuan padanya lewat mimpi. Anehnya, Wendy merasa ia mengenal pria itu mesipun ia tak tahu siapa sebenarnya pria yang selalu mucul dalam mimpinya belakangan itu. Siapakah pria itu sebenarnya?dan sanggupkah Wendy menyelamatkannya meski tak tahu apa yang sedang terjadi?
Seteduh Taman Surga
1412      590     3     
Romance
Tentang kisah cinta antara seorang santriwati yang barbar dan gemar membuat masalah, dengan putra Kyai pengasuh pesantren.
Hati dan Perasaan
1494      928     8     
Short Story
Apakah hati itu?, tempat segenap perasaan mengendap didalamnya? Lantas mengapa kita begitu peduli, walau setiap hari kita mengaku menyakiti hati dan perasaan yang lain?