Play Taylor Swift -Enchanted
Kalau kata Luna yang suka sekali mendengarkan penulis kesukaannya, --menunggu itu harus ada titik pastinya. Apa yang kita tunggu harus punya kepastian untuk kembali. Karna kalau kita menghabiskan waktu untuk menunggu tapi yang kita tunggu ternyata tidak ada. Semua andai yang kita rangkai itu akan berakhir sia-sia. Karna antara iya dan tidak, lebih menyakitkan jika tidak ada jawaban.
Karna seperti yang di alami kak Sandra, dia justru terkejut dengan apa yang menjadi jawabannya saat itu.
.
.
Sandra menutup pintu pagar rumahnya dan bersiap keluar dengan pakaian hangat yang sudah melekat. Di depan sana ada satu truk pengangkut yang sibuk memasukkan barang, dia ingat hari ini dia akan mendapatkan tetangga baru, yang menempati rumah tepat di depan rumahnya.
"Minjae! Jangan lari "
Ia terkesiap begitu seorang anak laki-laki kecil menubruk kakinya dia lantas melihat kebawah anak kecil itu tersenyum dengan membawa mainan robot ditangan.
Lalu disusul wanita cantik dengan rambut sebahu yang berlari kecil.
"Minjae, mama bilang jangan lari lari,"
Wanita itu mengambil anak kecil tadi dan menggendongnya, lalu menatap Sandra dengan senyuman.
"Maaf ya, anakku memang sulit sekali di hentikan, kamu tinggal disini?" Wanita itu melontarkan tanya dengan senyum manis yang terbit di wajahnya setelah sebuah maaf ia sampaikan.
"Iya,"
"Salam kenal ya aku Jieun, kami baru saja pindah hari ini"
Wanita tadi mengulurkan tangannya menjabat tangan Sandra dan perkenalan itu terjadi singkat sebab sebuah suara yang sempat menyentak kesadaran Sandra terdengar menginterupsi.
"Sayang ponselmu berdering"
Sebuah suara bas yang membuat Sandra sedikit terkejut terdengar dan membuat Ji Eun menoleh. Seorang pria dengan setelan cream hangatnya menghampiri dengan ponsel di tangan.
Untuk beberapa saat waktu yang Sandra rasakan membeku, berhenti pada satu waktu ketika manik matanya bersiborok dengan manik kelam pria di depan sana yang menatapnya dengan senyum sebelum akhirnya luntur perlahan. Sandra tidak mengerti situasi ini tapi yang ia dapatkan hanya tatapan sama terkejutnya yang dalam sekejap sudah berganti dengan senyum dan kebohongan untuk tidak mengenalnya.
Dia sendiri hanya berharap itu adalah orang lain yang kebetulan saja mirip dengan seseorang yang dia kenal.
"Sayang, ini Sandra tetangga baru kita, dan Sandra ini Taehyung suamiku"
Ji Eun mengenalkan suaminya padanya , saat itu juga dia membenci sebuah pertemuan
Bagaimana semesta mempertemukan mereka dengan situasi yang berbeda. Situasi yang membuatnya bingung,dia merasa sangat bermasalah sekarang. Mendadak segala ke khawatiran Luna yang sempat terlontar berputar di kepalanya tentang penantian dan ketidak pastian. Sekarang pria itu di depannya dengan semua kebisuan yang tersisa hingga melarikan diri adalah hal yang ia pilih saat ini. Ia berlalu setelah mengatakan akan pergi bekerja meski dalam setiap langkah menjauhi keluarga kecil itu banyak kecewa dan pertanyaan yang berisik di kepala.
Harusnya dia tau bahwa mustahil masih ada yang tersisa setalah bertahun-tahun yang lalu mereka terakhir kali bertemu. Semua sudah berubah, yang masih sama hanya dia
Yang dengan bodohnya percaya bahwa pria dari masa lalunya masih menunggunya sama seperti dia yang masih berharap dan menunggu pria itu.
Yang terhenti hanya dia ,di saat semua berjalan cepat dan berlalu, hanya dia yang masih terjebak pada rasa yang sama seperti dulu .
***
Tidak seharusnya aku membandingkan hari ini dengan hari yang sudah lalu, begitupun perihal hati.
Disepanjang waktu begitu dia sampai di kubikelnya yang Sandra lakukan hanyalah menatap layar komputernya dengan kosong. Seharusnya dia sudah menyelesaikan beberapa vidio untuk tayang besok tapi semua pekerjaan itu malah hanya berhenti dengan tanda pause yang sejak tadi tidak berubah. Dia kehilangan segala kewarasannya setelah hari ini bertemu lagi dengan Taehyung yang malah membuatnya terperosok dalam perasaan rumit yang menyebalkan, harinya jadi semakan buruk dan itu menyulitkannya.
Rasanya seperti berjalan di atas jalan berbatu tanpa sepatu, dia terseok dan kakinya berdarah menyakitkan. Dia tidak mengira bahwa menuruti kata hatinya akan semelelah kan ini.
"Ponselmu bunyi terus dari tadi''
Ji Sung datang entah dari mana, pria itu melewati kubikelnya setelah memperingatkannya perihal ponsel yang tidak sadar telah berdering sejak lama. Ada nama Luna di sana sebagai si penelfon.
"Halo" jawab Sandra pada akhirnya. Di antara sesak hatinya dia berbicara susah payah.
"Kenapa Na?"
"Aku telfon dari tadi, udah makan belum kak?"
Dari seberang telepon suara Luna sudah sumringah memanggilnya seperti biasa. Mungkin sekarang Luna sedang menghabiskan waktu di hari Minggu dengan bersantai.
"Belum"
"Kok belum?" Luna memang cerewet perihal jam makannya yang kadang dia sendiri sengaja lewatkan demi menghindari kerja lembur ketika pekerjaannya banyak begini.
" Hari ini lagi banyak kerjaan, makannya nanti dulu aja"
" Jangan lupa makan, kak Ji Sung mana?"
Sandra menggigit bibirnya kecil ketika suara Luna yang tidak bisa di katakan pelan itu mencari keberadaan Ji Sung. Ji sung sendiri memang tidak akan mengerti bahasa Indonesia tapi baru saja panggilan Luna mampu membuat pria dengan rambut coklat itu menoleh kecil ke arah kubikelnya.
"Lun, jangan keras -keras"
"ok ok maaf, kak apa kamu sudah tau?" pertanyaan itu tidak membuatnya tertarik sama sekali.
"Aku sebenarnya tidak yakin, tapi kukira instagram seseorang baru saja membuat utas foto yang wajahnya mirip sekali dengan kak Taehyung " Suara Luna memelan di akhir kalimat, tampak hati-hati saat mengatakannya. Tapi tetap saja mampu mencubit hati Sandra sekali lagi.
"Benarkah?''
"Kak are you okey? kak Sandra gak lagi sakit kan?"
Dan entah sejak kapan dia mulai hanyut dalam kebekuan yang di buat oleh waktu hanya karna nama Taehyung kembali di sebut tapi dia membenci sisa waktu yang harus membuatnya terdiam dan menahan air mata mati-matian atau Luna akan kembali bertanya banyak hal karna menghawatirkannya. Dia benci ketika harus menahan emosionalnya yang berkumpul di manik kelamnya tapi dia malah kesulitan berbicara. Suaranya tercekat di tenggorokan. Mendadak dia harus menghindari percakapan yang melibatkan Taehyung di dalamnya.
" Lun, nanti kutelfon lagi ya aku rasa aku perlu ke kamar kecil'"
Suara Luna memelan di sebrang sana, tapi kemudian dia setuju melanjutkan obrolan ini kapan saja kapan pun Sandra mendapat waktu yang luang.
Sambungan telfon itu di matikan, sebelum kembali mencoba memfokuskan diri pada pekerjaanya yang beberapa jam tertunda.
Semuanya jadi terasa sulit sebab apa pun perihal Taehyung tidak pernah bisa sesederhana yang dia kira. Apakah setelah penantian itu dia di minta untuk melepaskan sesuatu yang ia kira menjadi utuh miliknya. Semesta mengapa begitu bercanda ketika kembali mempertemukannya setelah penantian yang panjang itu
dengan sebuah situasi yang membuatnya terjebak pada perasaannya sendiri.
***
To be continue