Play-Justin Bieber- Anyone .
.
.
Dulu ayahku pernah mengatakan banyak hal tentang kehidupan, katanya--
Ketika kita hidup, akan ada banyak hal yang terjadi di luar perkiraan yang bisa kita kendalikan. Entah tentang kebahagiaan yang kita kira akan selalu terjadi dan bertahan lama, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Kebahagiaan itu hadir hanya sebentar dan sudah harus di gantikan dengan kesedihan. Ada yang mengharapkan kebahagiaan jauh lebih besar dari yang dia kira tapi justru hadirnya yang di nanti ternyata butuh waktu yang lama untuk singgah, atau bahkan tidak sama sekali.
Kedua hal itu adalah bagian dari hidup yang tidak bisa di pisahkan dari manusia. Semuanya harus seimbang, keduanya ada untuk mengingatkan manusia tentang adanya roda kehidupan yang berputar. Perihal bahagia yang datangnya sebentar atau luka yang belum bisa di terima sampai beberapa atau mungkin sebagian orang begitu membenci kehidupan mereka adalah karna mereka lupa bahwa hujan yang deras atau badai yang datang pun nantinya juga akan reda.
Sayangnya Kak Hanggini termasuk dalam manusia yang sempat membenci kehidupannya sendiri. Perihal kehilangan yang datangnya tiba-tiba, orang yang dia cintai ternyata pergi dan hanya menjanjikan bahwa dia akan kembali. Membuat kak Hanggini terjebak pada waktu yang lama dengan perasaan untuk orang yang sama. Waktunya di habiskan untuk menanti lagi, dan lagi.
Oh Perihal kak Hanggini, aku akan mengenalkan pada kalian. Namanya Hanggini, kakak kelas satu tingkat di atas ku di sekolah menengah atas. Kak Hanggini ini baik, dia cantik dengan lesung pipi di kedua sisi wajahnya. Manik nayanika-nya berwarna hitam kelam, dengan hidung mancung dan alis yang tebal. Aku sempat mengira kak Anggi-Begitu aku memanggil namanya- masih memiliki darah ras Arab namun ternyata tidak juga. Katanya mamanya berasal dari Jogja sedangkan papanya berasal dari Suku timur.
Ah pantas, akhirnya aku menemukan jawaban dari mana kak Anggi Mewarisi alis yang cantik itu.
Kak Anggi ini masih begitu akrab denganku, sampai aku menulis cerita ini setelah mengatakan padanya bahwa aku ingin menuliskan Kisahnya, dia mengatakan bahwa 'Tidak papa, biar dunia tau bagaimana aku patah hati' ah.. kak Anggi dan segala puitis romannya memang seringkali membuatku tertawa.
Kami masih saling menghubungi lewat chat personal. Bercerita banyak hal tentang negri Gingseng, Setelah lulus kak Anggi memang melanjutkan studinya di negri Gingseng itu. Dia memang berasal dari keluarga yang berkecukupan, cukup untuk membiayai semua kebutuhannya bahkan jika dia tidak ingin bekerja sekalipun. Makanya aku tidak begitu terkejut ketika dia akan berangkat ke bandara Djuanda sore itu. Kecuali tentang dia yang katanya memenangkan lotre kupon ayam goreng di hari pertama dia berada di asrama.
Cerita kak Anggi memang seperti romansa pada umumnya, pertemuan nya dengan seorang pria lokal di sana berawal dari kegiatan kampus di hari pertama memasuki perguruan tinggi. Namanya Ji Woo , aku sudah sepakat dengan kak Anggi untuk tidak menyamarkan namanya ketika sesi perkenalan ini. Tapi katanya saat bab pertama ceritanya di tulis dia ingin nama Ji woo di ganti dengan idola kesukaanya. Ah! Idola kami lebih tepatnya. Dia ingin Ji Woo di ceritakan dengan Visualisasi Kim Taehyung!
Kalian pasti tidak mungkin tidak mengenal pria Kim itu.
Kembali lagi pada kak Anggi, Ketika itu aku sangat Antusias mendengar ceritanya, dia bilang pemuda Korea itu baik sekali. Caranya memperlakukan orang baru, ah tidak caranya memperlakukan seorang teman kencan memang berbeda. Aku bahkan hampir mengharapkan dapat mengenal orang yang baiknya sangat baik sekali. Tapi ternyata memang seperti yang Ayahku katakan untuk beberapa hal tentang kehidupan bahwa Roda kehidupan itu berputar memang benar adanya. Tak di pungkiri kak Anggi juga menemui hal tak terduga juga. Ketika dia harus menerima kabar bahwa kak Ji Woo datang padanya untuk sebuah kabar dari barak militer. Iya Wajib Militer yang harus di lakukan untuk semua warga laki lakinya.
Aah, sejak itu romansa kak Anggi berubah.
Katanya untuk beberapa bulan pertama memang perasaan rindu itu mengganggunya. Di dua bulan pertama mereka masih saling melepas rindu dengan bicara beberapa menit di telfon. Tapi sejak empat bulan pertama dia bilang pria Ji Woo itu mulai sibuk dengan pelatihannya sedangkan kak Anggi sibuk dengan dunia kerja yang baru dia geluti di sana. Keduanya sibuk sampai penantian itu jadi sangat panjang dan penuh harap. Kak Anggi bilang dia sendiri tidak yakin apakah Ji Woo masih memendam perasaan yang sama tapi ternyata waktu turut serta memberikan sebuah jawaban yang membuatnya patah.
Kak Anggi bilang rasanya sakit sekali, mirip ketika perutmu melilit di hari pertama Menstruasi rasanya sakit dan menyebalkan. Apalagi rasanya tertinggal dengan berbagai kenangan yang pernah terjadi sebelumnya hanya berakhir sebagai kaset usang yang suaranya nyaring.
Karna kak Anggi bilang 'Menyebalkan sekali karna aku harus memberikan payungku Untuknya , karna sekarang justru aku yang basah sendirian.'
Iya tapi ini bukan sekedar tentang sebuah payung.
.
.
.