"Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasang supaya kamu mengingat kebesaran Allah."
_Az Dzariyat ayat 49_
***
Setelah mengucapkan ijab qobul gus Azmir mengarah kea rah Rara, kemudian memegang ubun ubun sang istri, sambil berdo'a agar mendapat keberkahan bagi rumah tangga nya.
Sedangkan Rara langsung mendongak menatap ke arah gus Azmir, sambil memundurkan tubuhnya sebelum gus Azmir mulai membaca do’a. Namun pergerakan Rara terhententi karena Atiya yang mencegahnya.
“Tunggu sebentar saja nak.” Bisik Atiya di samping Rara.
Rara menggelengkan kepala nya pelan pertanda ia menolaknya, wajah nya begitu takut melihat gus Azmir berani menyentuh ubun-ubun nya. Namun gus Azmir berusaha untuk membujuk Rara agar mau mendekat ke arah nya, sepertinya sikap Rara ini benar-benar seperti anak kecil.
“Rara mau beli boneka sama balon?”
“Rara mau.” Sauth Rara dengan polosnya.
“Kalu mau Rara harus mendekat ya, nanti kita beli sama-sama mau?!” Tawarnya lagi.
Rara menoleh kea rah Atiya, kemudian Atiya mengangguk pelan sambil mengulas senyum. Rara pun akhirnya mau karena dirasa orang yang berada di hadapan nya saat ini adalah orang baik.
Akhirnya gus Azmir Kembali menyentuh ubun-ubun Rara, Tepat di saat gus Azmir menyentuh ubun ubun nya, Atiya mengangkat tangan Rara untuk mengaminkan do'a yang di ucapkan oleh gus Azmir.
"Allahumma baarikli fi ahli wa baarik li-ahli fiyya warzuqhu minni warzuqniy minhum."
Kemudian gus Azmir mencium kening Rara singkat, gus Azmir terasa seperti tersengat listrik saat bibirnya mencium kening Rara, jantung nya sekarang ini benar benar tidak aman.
Mata Rara terbelalak karena tindakan yang dilakukan oleh gus Azmir, yang benar saja gus Azmir mencium kening nya di depan banyak orang.
Kemudian Atiya meminta Rara untuk mencium punggung tangan gus Azmir dengan takzim, Kali ini jantung gus Azmir benar benar ingin melompat keluar dari tempatnya.
Seperti hal nya rezeki dan juga kematian, jodoh merupakan takdir Allah yang tidak pernah dapat di tebak kedatangan nya. Namun telah di atur olehnya sering kali kita melihat orang melakukan segala hal untuk menjemput jodohnya, namun berakhir dengan kegagalan.
Ada juga yang harus berpetualang ke sana kemari, padahal jodoh berada di depan mata. Allah sudah menetapkan jodoh untuk seluruh umatnya, hal tersebut tergambar dalam surah Az Dzariyat ayat 49.
Yang artinya: "Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasang supaya kamu mengingat kebesaran Allah."
Acara pernikahan memang diadakan secara sederhana saja mengingat bagaimana kondisi Rara saat ini tidak memungkinkan bagi Rara untuk bertemu banyak orang karena itu akan menganggu ketenangan nya.
Hari ini juga Rara akan ikut pindah ke pesantren, sungguh berat melepaskan Rara untuk pergi terlebih lagi kondisinya saat ini.
“Gus, tolong jangan membentak Rara kondisinya tidak baik.”
“Tolong turuti apa keiginan nya, jangan buat sahabat saya mennagis.” Sambung Nabila sambil menahan air mata nya.
“InsyaAllah, kamu tidak perlu khawatir sekarang Rara adalah tanggung jawab saya.”
“Terima kasih karena selama 1 bulan telah menjaganya.”
Nabila mengangguk pelan, “Semoga Kesehatan Rara sgera membaik.”
“Amiin yar abb.”
Sedangkan di sisi lain saat ini umi Maryam terus menatap kea rah Rara yang asik bermmain dengan bonekanya. “Umi yang sabar, insyaAllah mbk Rara akan segera pulih.” Ucap ning Zahra sambil merangkul umi nya.
“Aamiin, umi sangat kasihan dengan nya sayang, biasanya dia mengantar karting ke pesantren dengan sopa, ceria bahkan sering juga berbincang dengan umi.”
“Sabar mi, tugas kita mengembalikan Kesehatan nya lagi.”
“Zahra juga tidak tega melihat kondisinya mi, tapi bagaimana dengan perasaan abang melihat kondisi kejiwaan istri nya terganggu seperti ini.”
“Hati abangmu begitu kuat sayang, ia telah menerima seluruh kekurangan dari istrinya, semoga saja Allah terus menguatkan hatinya untuk terus bersabar.”
“Enggh ummi.”
Sore harinya Rara sudah di siapkan untuk ikut gus Azmir, awalnya Rara menolak untuk pergi namun Atiya dan Nabila terus meyakinkan jika dia disana akan baik-baik saja.
Dengan cara terpaksa keluarga Nabila melepas kepergian Rara, meskipun Rara sudah berada di dalam mobil tapi Rara terus saja menatap ke belakang.
“Kapan-kapan saya akan mengantarmu pergi menemui mereka lagi.”
“Emmm… Rara mau di bawa kemana?”
“Rumah kita.”
“Ruma? Berarti ada ayah, Fisha, sama Liza juga kan?” Sauth Rara seperti anak kecil.
“Mereka ada dalam hatimu.”
“Hati Rara kecil, bagaimana mereka bisa ada dalam hati Rara?”
“Memangnya Allah bilang sama…”
“Sebentar, kamu siap? Tadi kamu juga cium kening Rara.”
“Kata ayah Rara, gak boleh ada pria yang menyentuh Rara.”
“Iyakan Fisha? Ayah sering mengatakan hal itu kepada kita.” Sambung Rara sambil menatap kea rah boneka yang ia bawa.
Gus Azmir mengulas senyum simpul meskipun dalam kondisi kejiwaan nya yang terganggu ternyata Rara tidak lupa dengan tuhan nya, bahkan dengan nasehat ayah nya.
“Fisha, temenin kakak y akita kan mau pindah rumah.”
“Fisha nanti kakak suapin makan lagi, mau ya?”
Celetuk Rara terus berbicara dengan bonekanya, sekilas memang Rara terlihat baik-baik saja jika orang tidak tahu tengan kondisinya. Namun beginillah kondisi Rara sudah 1 bulan lebih tapi belum ada perubahan sama sekali.
“Om beleum jawab pertanyaan Rara yang tadi.”
“Jangan-jangan om orang jahat ya???”
“Rara mau turun aja, Rara gak mau ikut om pergi.”
“Tenanglah, sebentar saya jelaskan Ra.” Sauth gus Azmir sambil menepikan mobilnya.
Ketika mobil berhenti Rara berniat akan keluar dari mobil, namun pergerakan Rara di tahan oleh gus Azmir. “Mau pergi kemana hmm??”
“Rara takut, om pasti mau berbuat jahat.”
Gus Azmir menggelengkan kepala nya pelan sambil mengulas senyum, “Kamu benar-benar tidak mengingat saya Ra?”
“Emmm…” Sauth Rara sambil menggelengkan kepala nya pelan.
Lihatlah wajahnya begitu takut jika Bersama gus Azmir dalam kondisi sedekat ini. “R-a-ra….”
Tangan gus Azmir tergerak untuk mengusap lembut kepala Rara, “Mulai sekarang saya akan menjaga kamu, kamu tidak perlu takut lagi jika saya menyentuhmu.”
“Saya bukan orang jahat, karena saya adalah suami kamu dan saya tidak akan membiarkan orang lain menyentuh kamu selain saya.”
“Suami? Rara tidak tahu apa itu suami…?!” Celetuk Rara sambil mengetuk jarinya di dagu nya.
“Artinya di antara kita sudah mahram, tidak ada penghalang lagi yang membatasi antara laki-laki dengan Perempuan.”
“Emmm… Rara masih tidak tahu.” Sauth Rara seperti anak kecil sambil menggelengkan kepala nya.
“Yasudah tidak masalah.”
“Saya.” Panggil Rara.
Gus Azmir menautkan alisnya karena mendengar ucapan singkat Rara.
“Kenapa tidak menjawab? Padahal Rara sudah memanggil.” Lirih Rara sambil memanyunka bibirnya kedepan.
Gus Azmir terkekeh karena baru sadar dengan panggilan dari Rara. “Nama saya Azmir, terserah kamu mau memanggil saya apa.”
“A-z-m-i-r…” Sauth Rara mengeja nama gus Azmir.
Nama itu seolah tidak asing dalam hati dan pikiran nya, Rara terus mengingat ingat nama tersebut. “Ja-ntung Rara…” lirih Rara sambil memegang dada nya.
“Ada apa Ra?? Apanya yang sakit, kita ke dokter ya.” Sauth gus Azmir panik.
“Ra-ra gak tahu, tapi tiba-tiba jantung Rara…”
“Rara gak bisa jelasin.” Cicit Rara merasa bingung dengan hatinya sendiri.
“Sebentar, minum dulu Ra biar jantug nya gak sakit.” Sauth gus Azmir merasa bingung dengan keadaan Rara.
Gus Azmir malah berpikir jika Rara memiliki Riwayat jantung lemah, mungkin nanti ia akan bertanya pada ayah nya Nabila karena selama 1 bulan ini Bersama nya.
Setelah usai minum jantung nya sedikit merasa enakan, “Bagaimana Ra??”
“Sedikit baik.”
“Alhamdulillah.” Sauth gus Azmir merasa lega.
“Mana boneka sama balon Rara??” Tanya Rara menagih ucapan Rara.
“Bagaimana kalau kita beli besok saja?”
“Gak mau, Rara mau sekarang, mau sekarang…”
“Rara mau balon.”
“Rara mau boneka nya.”
Rengek Rara dengan mata berembun, “Sayang jangan mennagis ya, kit acari balon sama boneka nya ya.” Sauth gus Azmir tiba-tiba memanggil Rara dengan sebutan sayang.
“Sayang? Apa yang terjadi dengan saya ya Allah, kenapa bisa memanggilnya sayang.” Celetuk gus Azmir dalam hatinya.
“Itu bukan nama Rara.”
“Astaghfirullah, itu panggilan kesayangan saya untukmu.”
“Terus Rara manggilnya apa?”
“Panggil bang Az atau abang mau?”
Rara mengangguk pelan, “Sekarang Rara punya bang Az.”
“Iya, sayangnya bang Az.” Kekeh gus Azmir.
“Ya Allah, andai istriku baik-baik saja.” Batin gus Azmir.
Sedangkan Rara hanya terkekeh tidak jelas, sambil bermain bonekanya. Kemudian gus Azmir Kembali melanjutkan perjalan untuk pergi ke mall membelikan boneka untuk Rara.
Jngan² gus azam jg ad rasa sama rara jg
Comment on chapter Bab 06- Pertemuan Rara & Gus Azmir