“Tak ada yang abadi, senang, susah, duka, gembira, tangis, galak tawa, bangga, kecewa, takut, gelisah, galau, gundah, sedih, datang silih berganti dalam panggung hidup kita. Tak apa hidup di dunia memang begini, barangkali demikianlah cara Allah membuatmu merindu syurga-nya.”
_Ustadzah Halimah Alaydrus_
***
Islam menyarankan agar kita memilih pasangan yang baik agamanya. Bukan berarti harus seorang ustadz, anak kiayi, cucu pemilik pesantren, hafal 30 juz, ataupun hafal ribuan hadits. Tapi dia yang paham tanggung jawabnya terhadap Allah dan istrinya, menunaikan sholat 5 waktu, punya penghasilan (Rajin mencari nafkah) untuk istri dan anaknya.
Juga bertutur kata yang baik, dan dia pandai bersyukur atasmu, dia yang pandai menghargai, karena pada akhirnya kamu dan dia sama-sama akan melihat kekurangan masing-masing. jadi pastikan dia adalah orang yang mau menghargai usaha-usahamu untuk menjadi lebih baik.
Pagi harinya setelah acara pemakan selesai semua orang Kembali ke rumah masing-masing tinggal keluarga gus Azmir dan juga keluarga Nabila yang Bersama dengan Rara.
Terlihat jelas bagaimana terpuruknya Rara, sampai ia tidak memperdulikan orang lain yang datang. Namun tiba-tiba Rara tersenyum karena melihat gadis seusia Haliza yang yang berjalan di hadapan Rara.
“Haliza, kenapa berlari…??”
“Liza tunggu kakak, adek.” Panggil Rara sambil berjalan mengejar gadis kecil yang berjalan sudah menjauh.
“RARA MAU PERGI KEMANA??” Teriak Nabila.
Sedangkan Rara tidak menghiraukan ucapan Nabila, ia malah berlari dan mengejar gadis yang ia anggap adalah Haliza nya. Semua orang pun mengejar Rara, mereka merasa khawatir melihat perubahan kondisinya.
“Lepaskan tangan putri saya.” Ucap seorang Wanita sambil menarik tangan putrinya yang di Tarik oleh Rara juga.
“Gak, dia Haliza ku ibu mau membawa adik saya kemana.” Ucap Rara.
“Dia bukan adik kamu.”
“Gak, Haliza ayo ikut kakak pulang.”
“Mama, takut…” Lirih sang gadis kecil.
“G-ak boleh takut, ini kakak dek habis ini kita jalan-jalan ya kakak libur kerja.”
“Nanti kita pergi Bersama ayah, Bersama kak Fisha.” Sambung Rara sambil menggelengkan kepala nya sseperti anak kecil.
Nabila menitihkan air matanya melihat kondisi sahabat nya yang seperti dan mencoba untuk melepaskan tangan Rara dari tangan gadi kecil itu.
“Ra, dia bukan Haliza.”
“Lepasin ya.”
“Gak mau, dia Haliza jangan pisahin aku dengan Haliza.” Lirih Rara lagi.
Hati bu nyai Maryam pun tersentuh melihat gadis cantik di hadapan yang seperti ini. Bu nyai Maryam juga mengetahui siapa Rara, karena biasanya pesantren selalu memesan karting dari Rara.
Jujur saja awalnya bu nyai Maryam juga kaget jika gadis yang di maksud putranya adalah Rara, karena selama ini bu nyai Maryam juga tidak mengetahui Namanya karena terbiasa memanggilnya nak bukan dengan sebutan nama nya.
“Nak, lepaskan lihatlah gadis ini ketakutan.” Ucap lembut bu nyai Maryam sambil memeluk Rara.
“Dia Haliza bukan orang lain.”
“Nak, kamu harus Ikhlas adikmu sudah meninggal dunia.” Sauth bu nyai Mayam.
Rara tetap menggelengkan kepala nya dan tidak mau melepaskan tangan nya, jadi mereka terpaksa melepaskan tangan nya agar ibu dan anak tadi bisa pergi.
setelah bisa terlepas dan mereka pergi Rara Kembali menangis, namun tangisnya di iringi dengan tertwa. Sungguh hal ini di luar pemikiran mereka semua, sebab yang mereka tahu Rara bukan orang yang iman seperti ini.
“Rara, apa yang terjadi?” Guman pelan Nabila.
“Aku tahu pasti Haliza, Nafisha sam ayah nungguin aku hahahh.”
“Aku harus pulang ia, Rara harus pulan.”
“Rara pulang, tunggu Rara.”
Celetuk Rara sambil terkekeh kecil, semua orang langsung beristighfar dalam hatinya. Sepertinya mental Rara sedang terganggu akibat syok berat yang ia alami.
Rara langsung memberontak dari genggaman Nabila dan bu nyai Maryam, keduanya sampai hampir terjatuh karena Rara memberontak tiba-tiba.
“Rara harus pulang.”
“Tunggu kakak di rumah, Liza, Fisha, ayah.”
“Rara pulang, kalian gak boleh ninggalin Rara.”
“Janji jangan tinggalin Rara.”
Celetuk Rara sambil berlari keluar dari area pemakaman, bahkan sikap Rara seperti orang yang sedang terkena gangguan mental. Mereka pun segera mengejar Rara, karena mereka tidak ingin sampai Rara Kembali pulang, karena hal itu akan memperburuk mental Rara.
Brakk…
Rara berlari tanpa memperhatikan jalan nya saat menyebrang dan berakhir tertabrak motor, yang sedang melaju.
“RARA.” Teriak semu orang, karena melihat Rara tertabrak motor.
Gus Azmir langsung berlari dengan cepat dan menghampiri Rara yang sudah tidak sadarkan diri, lihat lah kening nya sampai berdarah.
“Astaghfirullahhaladzim Ra, bangun lah.” Ucap gus Azmir sambil menepuk pelan pipi Rara.
Saking kaget dan khawatirnya gus Azmir reflek menyentuh pipi Rara, dan segera menggendong nya kea rah mobil. “Zam, buka pintu nya.” Titah gus Azmir.
Gus Azam pun segera berlari ke arah gus Azmir yang sedang menggendong Rara, lalu membuka pintu mobil. “Umi.” Panggil gus Azmir.
Bu nyai Maryam pun segera masuk ke dalam mobil untuk menjaga Rara di dalam mobil, sedangkan yang lainnya menyusul dari belakang menggunakan mobil ayah nya Nabila.
Di dalam mobil Nabila begitu khawatir dengan kondisi Rara, yang tiba-tiba berubah drastis. “Bunda…” Lirih Nabila sambil menitihkan air mata nya.
“Semua akan baik-baik saja saying.” Sauth Atiya ibunda Nabila.
“Tapi Rara berubah bunda, Nabila takut jika…”
“Itu tidak akan terjadi, insyaAllh Rara baik-baik aja.” Serkah Atiya sambil menggenggam tangan putrinya.
Nabila tetap terisak sambil memeluk bunda nya, “Ya Allah, semoga Rara baik-baik aja, aku yakin kamu pasti kuat Ra, hanya saja saat ni kamu syok berat dan membuat kamu sampai seperti ini.” Batin Nabila.
“Mohon maaf sebelumnya, kalian ini keluarga nak Rara ya?” Tanya kiayi Ahsan, karena ikatan di antara Nabila dan Rara begitu erat.
“Tidak pak kiayi, tapi kami sudah menganggapnya keluarga kami. Rara adalah sahabat putri saya, dan kami juga sudah menganggapnya putri kami sendiri.” Sauth Rama, ayah Nabila.
“Alhamdulillah, setidaknya masih ada orang baik yang bisa membantunya untuk bangkit lagi.” Sauth kiayi Ahsan.
“Iya pak kiayi, saya juga merasa tidak tega melihat kondisinya.”
Kiayi Ahsan mengangguk sambil mengulas senyum ke arah Rama. Kiayi Ahsan jadi berpikir untuk membicarakan mengenai wasiat alm dengan keluarga Nabila, karena jika di lihat sejak tadi tidak ada orang yang sedakat keluarga Nabila dengan Rara.
Namun kiayi Ahsan akan membicarkan nya nnati, setelah kondisi Rara membaik karena ini bukan lah waktu yang tepat untuk mmebicarakan hal ini dengan mereka, apa lagi masih di selimuti dengan rasa duka.
***
Beberapa menit kemudian mobil gus Azmir sampai di rumah sakit lebih dulu, karena gus Azmir mengemdikan mobil dengan kecepatan tinggi agar bisa sampai di rumah sakit dengan cepat.
Para perawat segera membawa masuk Rara ke dalam ruang IGD dan dokter pun segera menangani kondisi Rara yang sudah tidak sdarkan diri.
3 menit kemudian kiayi Ahsan dan yang lain nya juga baru datang, mereka semua menunggu di depan ruang IGD, menunggu sampai dokter keluar dari ruang IGD.
Gus Azmir tak hentinya berdzikir dalam hatinya, memunajat meminta pertolongan dari Allah agar menolong Rara dan menyembuhkan nya lagi seperti sedia kala.
Beberapa saat kemudian dokter keluar dari dalam, semua orang langsung mendekat kea rah dokter menanyakan bagaimana kondisi Rara saat ini.
“Dok, bagaimana kondisi Rara?” Tanya Rama.
“Alhamdulillah, pasien sudah stabil tidak perlu khawatir pasieen tidak mengalami luka dalam, hanya luka luar saja.” Sauth sanggg dokter.
“Alhamdulillah.” Sauth mereka serempak.
“Apa kami bisa menemuinya dok?” Tanya Atiya.
“Untuk saat ini belum bisa, kalian bisa menemuinya di ruang rawat karena setelah ini perawat akan membawa pasien pindah ke ruang rawat.”
“Baik dok terima kasih banyak.”
“Sama-sama, saya tinggal permisi duu.”
Semua mengangguk pelan sambil mengulas senyum, meskipun kondisi Rara tidak cukup serius tapi mereka mengkhawatirkan mengenai kejiwaan Rara.
Tak lama kemudian perawat membawa brangkar Rara menuju ruang rawat, semua mengikuti dari belakang dan setelah para perawat sudah pergi satu persatu mereka masuk ke dalam ruangan. Sebab perawat menyarankan untuk tidak terlalu brisik karena bisa mengganggu istirahat pasien.
Pertaman yang masuk lebih dulu adalah Nabila Bersama ibundanya, mereka berdua terisak melihat kondisi lemah Rara. Padahal selama ini Rara adalah gadis yang kuat, tapi mereka sama sekali tidak tahu jika Rara menyembunyikan rasa lelahnya, dan sediihny selama ini, Mungkin ini sudah mejadi titik akhir Lelah Rara selama ini.
“Ra, kamu harus bangun.” Lirih Nabila sambil menggengam tangan Rara dengan lembut.
“Bnagunlah nak, kami semua menyayangimu.” Tambah Atiya.
Disaat mereka berdua ingin meninggalkan Rara, tiba-tiba terdengar suara Rara dengan lirih sambil memanggil anggota keluarga nya bergantian.
“A-yah…”
“L-iza…”
“Fisha, jangan pergi.” Lirih Rara.
Kisah yg banyak menguras Air mata😭 tp ending ny begitu menakjubkan pertolongan Allah hadir d'waktu yg tepat. Kebahagiaan pun d'raih oleh Gus Azmir & Rara🥰💗
Comment on chapter Bab 30- Ending