“Kehilangan memang bukanlah hal yanh menyenangkan, tetapi kita diharuskan untuk belajar merelakan tanpa harus menyalahkan keadaan.”
***
Orang yang mahal itu pasti akan sulit di gapai hatinya, sebab Allah menjaga hatinya hanya untuk seseorang yang mahal pula. Kalau hanya sekedar berkata (Aku mencintainya, aku mengaguminya, aku ingin menjadi miliknya, intinya harus dia). Semua orang juga bisa dengan mudah mengungkapkannya.
Sekarang yang terpenting adalah cintailah Allah melebihi kamu mencintai makhluk-nya, maka percayalah Allah akan mendatangkan yang terbaik walau bukan dia yang kau inginkan.
Bagi jiwa muda jatuh cinta itu wajar karena kita tidak bisa menolak rasa ini bisa kita Kelola dengan taat kepada-nya.
Gus Azmir memejamkan mata nya sejenak karena merasa Lelah sekali hari ini. Gus Azmir memilih menggunakan mobil saja dengan di supiri santri ndalem, gus Azmir tidak suka jika naik kereta api jadi harus membutuhkan banyak waktu di perjalanan.
“Gus istirahat saja, masih lumayan jauh.” Ucap Amir.
“Hmm, iya saya istirahat sebentar.” Suth gus Azmir.
Dalam tidurnya sejenak pun gus Azmir mulai teringat dengan Wanita misterius tersebut, ingin rasanya ia segera menemukan Wanita tersebut. Namun selama ini usahanya masih belum membuakan hasil sama sekali, mata gus Azmir memang terpejam tapi isi pikiran nya saat ini sedang di penuhi oleh wanita tersebut.
.
.
Perjalanan pun berlanjut hampir 3 jam lamanya karena terjebak macet juga, disaat mobil gus Azmir sudah memasuki daerah pesantren tidak sengaja melewati depan rumah Rara.
Namun sekitar berjarak 5 rumah dari kediaman Rara, ternyaa sudah banyak orang yang berbodong-bondong membawa timba untuk mengambil.
Amir pun menghentikan mobilnya karena akses untuk kesana banyak sekali warga. Amir memutuskan untuk bertanya pada salah satu warga yang melewati mobilnya.
“Mas, sebentar.” Panggil Amir.
“Iya mas.”
“Maaf di depan sana ada apa ya mas??”
“Ada rumah warga yang kebakaran mas.”
“Astaghfirullahhaladzim, ya Allah…” Sauth gus Azmir langsung membuka mata nya.
“Sudah menghubungi pemadang kebakaran?” Tanya gus Azmir.
“Sudah gus, tapi korban masih berada di dalam.”
“Ya Allah, belum ada yang menolong mereka?!”
“Tidak ada yang berani masuk gus, karena apinya besar.”
“Maaf gus, saya tinggal ambil air dulu.”
Gus Azmir mengangguk pelan, “Amir, tepikan mobilnya kita tolong mereka.” Titah gus Azmir.
“Baik gus.” Sauth Amir.
Lantas keduanya segera turun dari mobil, bersamaan dengan itu pemadang kebakaran pun datang, jadi para korban bisa segera di selamatkan.
Gus Azmir menatap nanar rumah Rara karena api berkorbang besar, entah apa penyebab nya para warga juga tidak tahu. Gus Azmir menyempatkan untuk bertanya pada warga mengenai berapa saja orang yang terjebak di dalam sana.
“Maaf, pak kira-kira ada berapa orang di dalam?” Tanya gus Azmir.
“Kalau gak salah ada 3 orang gus.”
“Bukan nya 4 orang pak?!” timpal warga yang ada di samping na.
“Putri sulung nya tadi pagi pergi ke bandung di dalam tinggal pak Rames dan dua putri nya.”
“Kasihan banget ya apa lagi pak Rames gak bisa berjalan.” Sambung yang lain.
“Tidak bisa berjalan?” guman pelan gus Azmir.
“Iya gus, pak Rames sudah lama lumpuh bahkan putri sulungny harus berhenti kuliah untuk mencari nafkah.”
Hanya mendengarnya saja sudah membuat hati gus Azmir tersentuh, mengapa ia tidak tahu tentang keluarga pak Rames. Andai saja tahu pasti sudah memintanya tinggal di pesantren dan belajar di sana dan semua biaya Pendidikan akan gratis.
Gus Azmir masih melamun sambil menatap kobaran api, ingin sekali hatinya untuk menolong ke dalam tapi banyak warga yang mencegah nya apa lagi petugas pemadam kebaran pun sudah masuk ke dalam.
Beberapa saat kemudian petugas keluar dari dalam dengan menggendong seorang gadis, yang tak lain adalah Nafisah. Kemudian di susul oleh pak Rames yang terluka parah akibat kebaran, ambulance pun sudah datang untuk membawa Rames dan Nafisah, namun mereka di kejutkan dengan suara lirih Rames dengan mata yang terpejam.
“Pu-triku ma-sih tertidur di kamar nya…”
“To-long putriku…” Lirih Rames sambil menjulurkan tangan nya keluar sebelum mobil belakang ambulace tertutup.
“To-long jangan tinggalkan putriku…”
“Putriku…”
“Ha-lizah ku, ayah akan Kembali…”
“Se-lamatkan pu-….”
Setelah mengatakan hal itu Rames benar-benar kehilangan kesadaran nya, dan dua ambulance pun segera membawa mereka ke rumah sakit. Kini tinggal Haliza yang masih berada di dalam sendirian, di saat para tim pemadam kebakaran ingin masuk lagi kedalam tiba-tiba rumah langsung mengeluarkan ledakan keras.
“ASTAGHFIRULLAHHALADZIM.” Teriak semua warga begitu pun dengan gus Azmir yang ikut terkaget melihat kejadian tepat di mata nya.
Kobaran api semakin membesar dan merambat di rumah warga yang di sebelahnya, namun tiba-tiba hujan turun begitu deras mematikan kobaran api yang sejak tadi melahap rumah Rames.
Sedangkan kondisi di dalam rumah saat ini Haliza sedang meringkuk
“Ibuuketakutan, ia hanya bisa menangis dan menangis sambil memegang tasbih di tangan nya sebab tadi setelah usai sholah Haliza ketiduran dan masih memegang tasbih di tangan nya.
“Ibuu…. Liza takuttt….” Teriak Haliza sambil menangis.
“Ya Allah Liza takuu…. Tolong Liza hikkss….”
“Ayah, kak Fisha, kak Rara tolongggg.”
Isak tangis Haliz sambil melindungi dirinya agartidak terbakar dalam kobarran api, meskipun bangunan rumah nya sudah banyak yang runtuh bersamaan dengan api yang sudah berada di sekeliling Haliza.
“Ya Allah, jika hari ini Liza engkau jemput untuk pulang izinnkan Liza melihat wajah ibu hikss…”
“Izinkan Liza Bersama ibu, Liza takut jika harus sendirian hiksss…”
Haliza terus berceloteh sambil terisak memeluk lutut nya, Haliza merasakan hawa panas yang mulai menerpa dirinya. Namun tiba-tiba Haliza merasakan kehangata di tubuhnya, bukan lagi rasa panas yang ia rasakan.
Haliza pun langsung membuka mata nya, begitu kaget nya Haliza menatap seorang wanita yang cantik bahkan wajah nya juga begitu mirip dengann kakak pertama nya. Haliza terus memandang kea rah mata Wanita tersebut, karena matanya sama persis dengan mata yang ia miliki.
“Haliza kenapa menangis.”
“Ka-mu siapa? Kenapa bisa mengetahui namaku?” Celetuk Haliza kecil.
Wanita itu pun hanya tersenyum manis sambil membangunkan Haliza agar duduk di samping nya, bahkan wanita tersebut juga menyelimuti Haliza dengan kain putih agar api tidak bisa menyentuh tubuh nya.
“Haliza mau ikut dengan ibu?!” Tawar si Perempuan.
“I-bu…” Sauth Haliza dengan suara bergetar.
Wanita tersebut menganggukkan kepala nya pelan sambil merentangkan kedua tangan nya ke arah Haliza. Begitu Bahagia nya Haliza karena bisa bertemu dengan ibu yang sudah melahirkan nya, dan sejak bayi dia belum pernah bertemu dengan ibu nya, bahkan foto ibu nya pun sudah rusak karena terkena air hujan saat rumah nya dulu kebocoran.
Dengan bahagianya Haliza langsung berhambur memeluk wanita tersebut, air mata nya kini telah berubah menjadi kebahagiaan, rasanya begitu hangat Ketika memeluk wanita yang tak lain adalah ibu kandung nya yang sudah meninggal dunia.
“Ibu, jangan pergi meningggalkan Liza lagi.”
“Liza sangat merindukan ibu selama ini hikss…” Sambung Haliza sambil terisak.
“Liza mau ikut ibu pulang?” Tanya nya sambil mengulas senyum.
“Mau, tapi bagaimana dengan ayah, kak Fisha, dan kak Rara? Mereka pasti akan mencari Liza.”
“Kak Fisha dan kak Rara masih Panjang perjuangan nya, Liza masih kecil Liza lebih baik ikut ibu pulang karena Liza belum tentu bisa sekuat mereka berdua.”
“Sudah waktunya, ibu yang menjaga Liza sekarang bersama ayah.”
Dengan polos nya Haliza mengangguk pelan, sambil terlelap dalam dekepan wanita tersebut. Mungkin dia tidak akan bangun lagi karena sudah mendapatkan apa yang di inginkan.
.
.
.
Setelah api hampir padam tim pemadam kebakaran pun segera masuk ke dalam untuk menyelamatkan Haliza. Bahkan tim pemadam itu pun sampai menitihkan air mata nya karena mellihat gadis kecil yang meringkik di kamar nya sambil memang tasbih di tangan nya. Tidak hanya itu saja tapi wajah Haliza malah tersenyum seolah ia sangat Bahagia sekali.
Pemadam kebakaran pun memeriksa nadi Haliza, naas nya gadis kecil ini telah tiada mungkin karena tidak kuat menhaan kepulan asap kebakaran.
Tak lama kemudian pemadam keluar sambil menggendong tubuh seorang gadis kecil, semua pun menatap tak percaya dengan yang baru saja mereka lihat. Sebab pakaian Halizah masih utuh bahkan tubuhnya seolah tidak tersentuh oleh api sedikit pun, berbeda sekali dengan kondisi Rames dan Nafisah yang terkena luka bakar.
Pemdang kebakaran tersebut meletakkan Haliza di atas tanah, semua semakin terkejud dengan senyum manis di wajah Haiza. Di saat itulah gus Azmir baru tersadar saat memandang wajah Haliza.
“Ya Allah, gadis ini yang waktu it-….” Guman pelan gus Azmir sambil menekan dada nya.
“Korban sudah meninggal dunia.” Ucap seorang pria yang membawa Haliza keluar tadi.
“Innalillahi wa innailaihi raji’un.” Ucap mereka serempak sambil menggelengkan kepala nya pelan.
“Tapi korban masih di otopsi ke rumah sakit pak?” Tanya gus Azmir.
“Tergantung dari pihak keluarga tuan.”
“Tapi dari pihak keluarga sedang tidak ada.”
“Lalu siapa akan menjamin atas tanggung jawab ini tuan?”
“Saya akan menjamin nya, langsung bawa ke rumah sakit.”
“Baiklah tuan.”
Gus Azmir segera pergi ke rumah sakit, untuk menyusul mereka semua, selama perjalanan gus Azmir menghubungi sahabat nya, sebab gus Azmir mengetahui jika sahabat nya juga dekat dengan keluarga Haliza. Akibat berita yang di bawa oleh gus Azmir pun membuat gus Azam langsung menyusul ke rumah sakit tempat mereka semua di rawat. Sedangkan di sisi lain Rara dan Nabila baru saja masuk ke dalam kerita api untuk perjalanan pulang.
Kesindir ka AQ suka nunggu datang ny hidayah🤭 padahal harus ny d'cari ya kak?
Comment on chapter Bab 19- Keresahan HatiTerima kasih atas ilmu yg d'sampaikn lewat novel ini 🥰