"Gaul tapi taat, ikut trend tapi paham agama, menikmati dunia tapi akhirat terjaga. Tahu batasan, berhenti saat tahu maksiat, menutup jalan menuju murka Allah. Anak muda yang tidak ketinggalan zaman tapi tetap tak menanggalkan iman."
***
Antara suatu kebetulan atau sudah menjadi kehendak dari yang maha kuasa, jauh maupun dekat, kenal maupun tidak kenal, satu prinsip atau pun beda prinsip. Semua akan menjadi satu, yaitu satu tujuan menuju ridho dari yang maha kuasa.
Pukul 14.45 WIB gus Azmir baru sampai di pesantren, untung nya mereka berdua sampai sebelum pukul 3 sore atau tidak pasti akan di ceramahi oleh abah nya.
Selama beberapa hari gus Azam memang dating ke Jakarta karena ada urusan disini, jadi sekalian mampir di pesantren sahabat nya dan tadi sebelum pulang gus Azmir sudah mengantarkan gus Azam ke hotel.
Gus Azmir langsung memberikan coklat kepada adik dan keponakan nya yang sedang bermain di ruang keluarga. Gus Haikal kegirangan karena mendapatkan coklat banyak dari gus Azmir.
“Haikal sekarang main kesana dulu, paman mau bicara dengan ante sebentar.”
Gus Haikal mengangguk pelan, “Baik Paman, Aikal mau pelgi ke kamal.”
“Dadah ante.” Sambung gus Haikal sambil melambaikan tangan nya kea rah ning Zahra.
Ning Zahra pun membalasnya dengan lambaian tangan juga sambil mengulas senyum, “Jangan di haisin sisahin buat ante.”
“Siap ante.” Sauth gus Haikal sambil berlari menuju kamar nya.
Setelah kepergian keponakan nya, gus Azmir bertanya pada adiknya mengenai kedatangan gus Azar yang terkesan mendadak sekali. “Ada apa dek? Kamu menyembunyikan sesuatu?”
“Endak ada bang, Zahra juga gak tahu.” Sauth ning Zahra berkata jujur.
“Lebih baik mandi dulu biar kelihatan segar.” Sambung nya lagi.
“Hmm iya dek, abang ke kamar dulu.”
Ning Zahra mengangguk pelan, kemudian gus Azmir meninggalkan ning Zahra. Banya hal yang sedang di pikirkan oleh nya, mungkin saja ada hal lain yang disembunyikan abah nya dari nya, sebab semalam tidak mengatakan apapun mengenai kedatangan gus Azar.
***
Pukul 15.30 WIB
Kedatangan gus Azar dan ning Zaima kali ini membawa kebahagiaan untuk pesantren, pasal nya gus Azar membawa lamaran untuk gus Azmir. Semua sudah berkumpul di ruang tamu, gus Hisyam dan ning Maira pun turut hadir kali ini, karena memang yang datang adalah tamu spesial.
Ning Zahra tidak menyangka jika dirinya bisa bertemu secara langsung dengan idola nya sejak lama, sedangkan ning Maira sudah kedua kali nya bertemu dengan ning Zaima.
"Langsung saja nggh pak kiayi, sebelum nya kami ingin menanyakan apa gus Azmir belum memiliki calon istri?" Tanya gus Azar.
"Putra saya selalu menolak pinangan yang datang gus, entah lah dia menginginkan jodoh seperti yang bagaimana lagi." Kekeh kiayi Ahsan.
Gus Azmir mengulas senyum, ia juga merasa malu sekaligus deg deg an karena yang datang kali ini sangat membuat nya terkejut.
Gus Azar mengulas senyum, "Alhamdulillah kalau begitu masih ada ini peluang saya untuk menjadikan gus Azmir bagian dari keluarga kami." Candaan gus Azar.
Gus Azmir membulatkan mata nya sempurna, "Apa ini yang membuat gus Azar sowan kemari??" Batin gus Azmir sambil menatap ke arah abah nya yang duduk di samping adik nya.
Sedangkan kiayi Ahsan mengangguk pelan seolah paham dengan isi hati gus Azmir, begitu pun dengan Zahra langsung menatap ke arah abah nya.
"Ngapunten gus, bukan nya putri njenengan masih sekolah nggh?!" Sauth gus Azmir.
"Bukan dengan putri saya gus, bisa di marahin istri saya kalau putri nya yang masih sekolah saya nikahkan." Kekeh gus Azar.
Ning Zaima terkekeh pelan mendengar candaan suami nya, karena memang benar kedua putri nya masih menempuh pendidikan.
"Lalu dengan siapa gus?" Tanya gus Hisyam.
Sedangkan kiayi Ahsan melempar senyuman saja karena sebelum nya gus Azar sudah membicarakan hal ini dengan kiayi Ahsan melalui telfon, sedangkan putra-putra nya belum ada yang tahu sama sekali.
"Jadi gini, niat saya kesini ingin meminang gus Azmir untuk keponakan saya yang ada di arab saudi."
"Boleh tahu siapa nama nya gus?" Sauth gus Azmir juga penasaran.
"Hasnah Nur Haliza, putri saudari kembar istri saya. Sudah lama dia belajar di arab saudi, dan kebetulan kedua orang tua nya meminta kami untuk mencarikan calon suami."
"Kata ipar saya mau nya punya menantu orang indonesia, lalau saya teringat dengan gus Azmir seperti nya kalian berdua cocok."
"Berarti beliau putri ning Ima nggh gus??" Sauth gus Hisyam
"Enggh gus, putrinya menang sudah 10 tahun ini belajar di arab saudi karena perempuan jadi alangka baik nya jika segera zuad biar ada yang menjaga jika bepergian berdakwa."
"MasyaAllah." Sauth ning Maira dan ning Zahra serempak.
Memang keluarga ning Zaima hampir seluruh nya menempuh jalur pendakwa, namun wajah putri ning Zaima yang di tarim tidak pernah terlihat di publik begitu juga dengan ning Hasnah.
Semua orang langsung menatap ke arah ning Zahra dan ning Maira karena berucap serempak, keduanya pun tersenyum kikuk di balik cadar nya.
Zahra menarik gamis ning Maira agar ia yang berucap sebab Zahra merasa gagu jika berhadapan dengan ning Zaima.
"K-ami kagum i-iya kan..." Sauth ning Maira terbata-bata sambil tersenyum kikuk.
"Eh b-enar kan dek?!" Tambah ning Maira sambil menatap ning Zahra.
Zahra manggut-manggut saja mengiyakan ucapan kakak ipar nya. "Ngefans juga sama putri beliau?" Sauth gus Hisyam sambil terkekeh.
Bisa-bisa nya keduanya mengangguk serempak, sontak saja hal itu membuat yang lain ikut terkekeh.
"Kalau putri saya sudah pulang insyaAllah nanti saya kabari ning Maira dan ning Zahra, siapa tahu nanti bisa bertemu." Ujar ning Zaima.
"MasyaAllah, enggh ning."
"Syukron jazakillah ning." Sauth keduanya serempak.
Padahal keduanya tidak janjian tapi sejak tadi berucap bersamaan, bahkan saat ini kedua nya sangat gembira mendengar nya.
"Sudah-sudah kita kembali pada topik awal." Ujar kiayi Ahsan.
"Jadi bagimana nak, mau menerima pinangan nya dari gus Azar untuk keponakan nya?" Tanya kiayi Ahsan pada putra nya.
Sedangkan ning Maira dan ning Zahra manggut-manggut agar saudara nya itu menerima pinangan tersebut. Gus Azmir pun bingung harus mengatakan apa, karena ia juga menghormati dan menghargai gus Azmir yang jauh-jauh dari jombang menuju jakarta.
"Mohon maaf sebelum nya gus apa ada foto beliau?" Tany gus Azmir.
"Untuk foto dari keluarga besar kami memang sangat lah menjaga wajah keturunan kami."
"Kami melakukan nya semata-mata untuk menjaga nya dari pria ajnabi, jika gus Azmir bersedia menerima nya nanti di acara khitbah kami akan menunjukkan foto Hasnah." Sambung gus Azar.
Gus Azmir juga paham betul dalam hal ini, kali ini memang berbeda dengan putri kiayi yang lain nya.
"Sebelum nya terima kasih banyak gus telah datang ke pesantren kami dengan niat baik, tapi ini adalah keputusan besar. Saya ingin melakukan sholat istikhoro terlebih dulu agar mendapatkan jawaban nya."
"MasyaAllah." Sauth gus Azar dan ning Zaima serempak.
"Kami tidak masalah menunggu gus, memang benar memilih pasangan hidup menang tidak semudah membeli pakaian di pasar, karena pasangan kita kelak yang akan menjadi pakaian kita dalam biduk rumah tangga." Sambung gus Azar.
"Enggh gus, saya juga ingin memantapkan hati saya." Sauth gus Azmir.
"Alhamdulillah." Sauth mereka serempak.
Banyak harapan dari sorot mata mereka semua kepada gus Azmir, lantaran gus Azmir sudah terkenal di banyak pesantren karena terus saja menolak pinangan putri mereka.
Setelah keppulangan gus Azam dan ning Zaima, gus Azmir merasa bimbang dengan kejadian hari ini banyak hal yang menjadi pertimbangan bagi gus Azmir. “Jika saya melaksankan sholat istikhoronlagi apa Wanita itu akan hadir lagi?” Guman pelan gus Azmir sambil memijat pangkal kening nya.
“Ya Allah pilihan macam apa aini, di satu sisi beliau adalah guru hamba di sisi lain hamba mengingkan Wanita yang ada dalam mimpi hamba.”
“Jika hamba menolak pinangan ini abah pastinya akan merasa malu, dan akan terlihat tidak sopan jika menolak permintaan guru sendiri.” Lanjut nya lagi sambil berdiri di samping jendela kamar nya.
Tidak pernah terbesit dalam benaknya jika gurunya sendiri yang membawa pinangan tersebut untuk nya. Setelah di pikir-pikir tidak aka nada titik temu nya jika terus menerka dan menerka tanpa adanya tindakan.
Sedangkan disisi lain banyak santri yang merasa kecewa tatkala mendengar berita pinangan gus Azar tadi sore, banyak santri yang menganggumi gus Azmir karena memang sosok nya begitu sempurna di mata Perempuan hanya saja wajah nya yang begitu datar.
***
Pagi ini ning Zahra dan gus Arkan akan kembali ke rumah nya karena masa libur sekolah tinggal 1 hari. Pagi ini gus Azmir juga ikut naik mobil mereka karena searah ke hotel gus Azam.
"Adek gimana hafalan nadhom nya lancar?" Tanya gus Azmir di dalam mobil.
"Alhamdulillah lancar bang." Sauth Zahra sambil mengulas senyum.
"Sudah bertemu dengan gus Azam kemarin?" Tanya gus Azmir sengaja, padahal sebenar nya ia menyindir Arkan.
"Emm sudah kemarin."
"Bisa gak usah bahas gus Azam." Serkah Arkan sambil melirik ke arah gus Azmir.
Kemarin disaat gus Azam datang utuk sowan ke pesantren sempat bertemu dengan ning Zahra yang sedang menyiram tanaman di depan. Entah lah Arkan merasakan kecemburuan tatkala melihat istrinya berbincang dengan pria lain, walaupun tidak sampai 2 menit mereka berbincang.
"Gerah banget ya disini." Celetuk gus Azmir sambil mengibas ngibaskan tangan nya ke udara.
Arkan langsung menaikkan suhu AC dalam mobil. "Haby jangan di naikkan nanti masuk angin." Cicit Zahra.
"Dengerin tuh, adek saya gak suka suhu AC yang tinggi." Imbuh gus Azmir sambil terkekeh.
"Enggh maaf ya haby kecilkan suhunya." Sauth Arkan dengan lembut sengaja pamer kemesraan di depan gus Azmir.
"Enggh by."
"Berasa ngontrak disini." Celetuk gus Azmir.
"Mangkanya nikah." Sauth keduanya serempak sambil terkekeh.
"Nikah gus nikah, ingat usia wkwkkw." Kelakar Arkan.
"Dasar kalian berdua." Kesal gus Azmir.
"Hehehe abang juga kapan nyusul, mau nunggu siapa lagi coba??"
"Bang Abbas juga bakal nikah tapi nunggu bang Azmir nikah dulu." Sambung Zahra.
"Kalau udah ada calon nya pasti udah gas sebelum kalian nikah."
"Setiap abi kasih pilihan ning-ning cantik abang juga selalu nolak, sekarang bilang gini."
"Jangan suka nolak perempuan gus, nanti kualat jadi prawan tua." Kelakar Arkan.
Gus Azmir langsung memukul lengan Arkan karena menyebutnya perawan tuan. "Kamu pikir saya seorang gadis hah??? Lama-lama kamu bikin naik darah." Ketus gus Azmir.
Sedangkan Zahra terkekeh geli semuanya memnag langsung asal ceplos begitu saja. "Haby juga aneh, kan abang pria gak mungkin jadi perawan tua."
"Lidahnya kesleso." Kekeh Arkan.
"Untung suami adek saya, kalau gak sudah tak gibeng kamu dari tadi." Kesall gus Azmir.
"Ihhh gak boleh nanti wajah suami adek memar."
"Adek kenapa sekarang belain pria resek ini, seharusnya adek belain abang."
"Lah kok ngiri, Zahra kan istri saya wkwkwk."
"Dipikir milih istri kaya beli baju langsung srek sama warna nya." Celetuk gus Azmir lagi.
"Kenapa abang selalu nolak kalau ada yang menjodohkan putrinya pada abang, karena abang melihat nya dari kualitas agamanya putri kiayi belum tentu semua baik akhlak nya terkadang keburukan nya tertutup oleh derajat yang di miliki." Sambung gus Azmir.
"Kalau yang ini saya setuju gus karena wanita adalah pendidik yang mengarahkan dan menemani anak-anak mereka kelak dalam waktu yang panjang. Mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya dan sumber keteladanan yang paling utama, baik buruknya perilaku anak tergantung bagaimana seorang ibu mendidiknya. Memilih wanita bukan hanya karena tampilan parasnya yang cantik, tapi lebih jauh lagi. Pilihlah wanita yang paham mana yang halal dan yang haram, mana yang syar'i dan mana yang tidak syar'i." Sauth Arkan sambil mengemudikan mobil.
"Kalau saya sudah aman, tidak perlu di uji lagi karena istri saya sangat masyaAllah sekali, saya tidak menginginkan istri saya memiliki banyak gelar, tapi cukup adab yang menjadi patokan dasar karena ilmu tanpa adab bagaikan abu diantara ribuan nafas." Sambung Arkan.
"MasyaAllah." Guman Zahra sambil tersenyum.
Jujur saja hati Zahra juga merasa bahagia, Zahra sangat bersyukur memiliki suami seperti Arkan walaupun di awal pernikahan keduanya sama-sama dengan keterpaksaan.
"Iya lah andai di dunia ini ada sosok perempuan seperti adik saya adab nya langsung saya nikahin saat itu juga." Kekeh gus Azmir.
"Berdo'a nya kurang sat set gus, mangkanya jodohnya masih kesasar." Celetuk Arkan.
"Sat set kayak dulu kamu nabrak adik saya, terus langsung di minta abah saya nikahin sekaligus gitu maksud kamu."
"Dulu gak sengaja kalik, tapi saya kan tanggung jawab insyaAllah saya akan tanggung jawab sampai membawa adik gus menuju surga nya kelak."
"Aamiin." Sauth serempak gus Azmir dan ning Zahra.
"Tapi kembali lagi tidak hanya pria saja yang memiliki hak memilih pasangan, tapi perempuan pun sama."
Gus Azmir langsung menoleh ke belakang, karena Arkan dan gus Azmir duduk di kursi depan, Arkan menautkan alis nya sambil melihat istrinya dari kaca depan.
Rara yg sabar ya kamu harus ikhlas walupun sulit kamu harus bsa menerima qodo dari Allah SWT.
Comment on chapter Bab 14- Hilangnya Separuh JiwaMenguras Air mata nih ka El cerita ny🤭😭