Read More >>"> Desire Of The Star (DOTS - Chapter 1 : Missing Aceline Kalea) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Desire Of The Star
MENU
About Us  

Perpisahan memang tidak akan pernah siap untuk dihadapi, namun sudah hukum alam jika semua pertemuan berdampingan erat dengan perpisahan. Kita tidak bisa melawan hukum alam yang sudah ditentukan oleh Tuhan. 

Tiga tahun berlalu, aku menemukan kotak kecil yang membuatku teringat pada sosoknya. Aku berbohong jika aku bilang tidak merindukannya, namun kehidupan tetap berjalan kan? Aku harus berjalan terus agar sampai tujuan dan menjadikan mimpi yang sudah aku rangkai menjadi kenyataan. Aku tidak lagi tahu tentangnya, aku tidak lagi tahu kesehariannya, aku tidak tahu siapa yang menjadi tempat ia bercerita bahkan aku tidak tahu siapa lelaki pertama yang menjalin hubungan dengannya. 

“Mahesa dan Aceline selamanya” begitu tulisan yang tertera pada kotak kecil itu.

***

Suasana malam itu cukup hangat ada ayah yang sedang menonton TV, ibu yang sedang menyiapkan makan malam untuk kami, juga Lita adikku yang sedang mengerjakan PR di meja makan, dan aku yang terduduk di sofa menunggu makan malam buatan ibu. Sedikitnya satu minggu sekali kami merasakan kehangatan di ruang makan sebab ayah hanya pulang seminggu sekali dari kerjaannya di luar kota. Ayah sempat ingin membawa kami pindah ke kota dimana tempat ayah bekerja, namun berat bagi ibu sebab kecintaannya pada kota kelahirannya ini.

“Nak, dibereskan dulu buku – bukunya, dilanjut sehabis makan ya.” Ibu menaruh masakannya di meja makan.

“Ayo!! ayah, Bintang makan dulu yuk sudah siap." Ibu juga memanggil aku dan ayah untuk makan malam bersama.

“Jadi, gimana Bintang sudah ada kabar kapan hari pendaftaran universitas yang kamu mau dibuka?” Ayah memulai obrolan di malam itu.

“Sudah yah, bulan Juli katanya”

“Sudah tau mau ambil jurusan apa?”

“Masih bingung, antara seni pahat atau seni lukis”

“Iya coba kamu kaji ulang mana yang sesuai dengan passion mu agar tidak menyesal nantinya" Ucap ayah menasehati.

“Iya Bintang, jangan sampai kamu menyesal nanti di tengah perjalananmu kuliah seperti ibu.” Ibu menambahkan sebab saat jaman kuliah ibu beralih jurusan dari ekonomi ke jurusan seni yang mana sangat jauh perbedaannya.

Ibu adalah seorang pelukis yang memang darah seninya di turunkan dari kakek dan ternyata darah seni itu mengalir padaku. Aku suka seni sedari kecil apapun itu yang berbau seni aku suka dan untungnya ayah maupun ibu mendukung apa yang anak – anaknya sukai, termasuk keinginanku untuk berkuliah jurusan seni. Setelah makan malam selesai aku naik ke kamarku untuk mencari info lebih lanjut terkait beberapa universitas seni yang sudah aku kumpulkan. Aku mencari beberapa brosur yang kusimpan di laci meja belajarku, dan aku terpaku pada kotak kecil berwarna merah dan hitam tersimpan rapih di laci meja belajarku. Aku membuka kotak yang berisi foto dan beberapa surat yang seketika membawaku pada memori tiga tahun lalu.

***

Bandung, 2015

 

Ada mitos di suatu jalan yang dinamakan jalan abadi yang katanya jika sepasang kekasih melewati jalan itu, maka mereka akan selalu bersama selamanya, namun bagaimana dengan sepasang sahabat?

Aku teringat sore itu hujan turun rintik – rintik, namun langit tidak terlihat mendung. Aku suka dengan hujan yang turun saat itu sebab setelahnya selalu ada pelangi yang membuatku teringat padanya. Namanya Aceline Kalea, sahabatku sejak kecil ia sangat suka sekali pelangi sampai katanya ia bercita - cita ingin sekali melihat ujung pelangi. Rumahnya berdampingan denganku, aku dan Acel adalah sahabat yang tumbuh bersama sebab orang tua kami adalah kolega bisnis sejak dahulu.

Hujan membasahi seragam abu – abu kami saat itu, aku maupun dia kebetulan tidak membawa payung.

“Kamu ngga bawa payung Cel?” Tanyaku pada Acel.

“Ngga Sa” Balasnya.

“Tumben” Kami berjalan setiap hari melewati jalan abadi untuk pergi maupun pulang sekolah.

“Apa?”

“Ngga bawa payung” ucapku lagi.

“Ah banyak nanya deh” Aku terkejut saat ia tiba – tiba ia menarik tanganku dan berlari

“Cepetan Mahesa Bintang hujannya makin deras” Katanya sambil teriak dan menarik tanganku berlari.

“Neduh disana Cel” Aku melihat sebuah rumah dengan atapnya yang sedikit lebar dan kami bergegas kesana.

“Kedingan Sa? Lebay banget deh” Katanya sambil membereskan rambutnya yang basah terkena hujan.

“Ngga tuh biasa aja” Balasku

“Hujan – hujanan aja ayo Sa, nanggung udah basah juga” Katanya.

Tanpa pikir panjang aku menarik tangan Acel dan membawanya berlari di tengah rintik hujan yang tidak ada hentinya itu. Kami tertawa dibawah rintik hujan walau tau nanti akan flu dan di omel oleh ibu tentunya.

Sesampainya dirumah dan aku sudah bersih – bersih, aku mengirim pesan text pada Acel.

“Di omel bunda ngga?” tanyaku

“Hahaha kamu tau jawabannya” balasnya

“Sama hahaha” balasku lagi.

Kami bersahabat sejak kecil sampai semua hal pertama yang kami lalui di hidup ini aku beri tau pertama padanya, begitupun dengan Acel. Termasuk saat pertama kali kami berdua jatuh cinta, kami berjanji untuk memberi tau satu sama lain. Aku dan Acel banyak sekali kesamaan, kami suka hujan, kami suka melukis, dan banyak kesamaan lain yang menjadikan kami berdua bersahabat.

Sa, keluar!!!” Acel mengirim pesan padaku, aku melihatnya dari balik jendela dan Acel sudah menunggu di sebuah gazebo antara rumahku dan Acel yang menjadi tempat kami bermain sejak kecil.

Aku menghampirinya “Ngapain? Dingin”

“Sini Sa, bunda bikin pie” katanya.

“WAH!!” Aku memakan pie buatan bunda Acel yang menjadi favorite kami berdua.

“Sa, kamu inget kan dulu kita pernah janji kita harus cerita saat masing – masing dari kita ngerasin yang namanya jatuh cinta?” Pertanyaan Acel membuatku berpikir bahwa Acel sedang menyukai seseorang.

“Emang siapa Cel yang mau sama kamu?” Tanyaku sambil tertawa

“Ih ngeselin banget deh si Mahesa nih ngga bisa banget diajak serius” Balasnya menggerutu membuatku tertawa kembali

“Emang siapa Cel orangnya?” Tanyaku dengan nada serius seban sejujurnya aku pun ingin tau

“Ngga jadi” Ia masih cemberut

“SIapa?”

“Ada Sa, anak kelas 11 ka Rayhan” 

“Anak basket itu?” 

“Iya bener Sa”

“Oh dia kan satu eskul denganku, jangan deh playboy dan sok ganteng hih” 

“Ih ngarang banget si Mahesa, ngga Sa diatu baik banget dan perhatian gitu gemes deh.” Pipinya memerah dan mencoba meyakinkan aku untuk menerima pernyataan Acel tentang Rayhan.

“Yaelah Cel, diakan satu eskul denganku jadi aku lebih tau sifat dia” Balasku

“Ngga Sa, itu karena kamu belum mengenal dia lebih dalam” Katanya

“Ih males banget. Terserah deh pokonya awas aja kalo si Rayhan itu nyakitin kamu”

“So sweet banget siiiiii” katanya menggodaku

“Idih, bukan gitu Cel aku males aja dengar kamu nangis berisik.” Sambil memakan pie buatan bundanya Acel

“Nyebelinnnn ucapnya, dan kami berdua pun tertawa.

Keesokan harinya aku ada jadwal latihan basket, tentunya aku bertemu dengan kakak kelas yang diceritakan Acel yaitu Rayhan. Awalnya aku mencoba setuju untuk menerima Rayhan sebagai gebetan Acel sebab aku pun tidak mau Acel sedih dan ia terlihat bahagia ketika sedang menceritakan lelaki itu. Namun saat pulang latihan aku melihatnya merangkul Nadine teman satu esktrakurikulerku juga di basket. Keduanya cukup mesra jika aku perhatikan lebih dari sekedar teman, lantas apa maksud Rayhan mencoba mendekati Acel.

Sesampainya di rumah aku melihat Acel sedang asik duduk di gazebo dan aku menghampirinya dengan pikiran ingin memberi tahu apa yang baru saja aku lihat di sekolah.

“Ngapain Cel?” tanyaku

“Kepo deh Mahesa” Balasnya dengan nada meledek

“Yaudah, bye!” Aku hendak meninggalkan Acel dan tidak jadi bercerita tentang Rayhan.

“Eh eh mau kemana?” Acel menarik tanganku

“Masuk ah, capek habis basket” Balasku dengan malas

“Ada kak Rayhan dong tadi?” Tanya nya

“Kepo” Aku meniru nada Acel tadi

“Ih Mahesa!!! Dia tuh tadi ngajak nonton Sa habis basket tapi katanya tiba – tiba dijemput ibunya, ada acara keluarga katanya” Perkataan Acel membuatku berbalik bada padanya.

“Hah? Acara keluarga?? Jelas – jelas tadi dia perg…” Aku tidak jadi melanjutkan perkataanku

“Hah apa sih Sa ngomong setengah – setengah gitu balasnya

“Ngga jadi, menurutku kamu ganti gebetan aja deh dia nggak jelas” Aku pergi menuju rumahku.

“KENAPAAA SA? MAHESAAAA??” Acel berteriak padaku

“JELEEEEEK” Aku membalasnya

“NYEBELINNNNNNN !!!” Tukas Acel.

Sejujurnya aku ingin memberi tahu tentang Rayhan pada Acel, namun aku takut membuat Acel sedih dan berpikir aku mencoba merusak hubungannya dengan Rayhan. Jadi aku putuskan untuk mengumpulkan bukti dahulu. Saat itu kami masih duduk di kelas 10 sehingga masih banyak acara bimbingan dari guru BK untuk kelas 10 dan kebetulan Rayhan dan Nadine jadi penanggung jawab kelompokku.

Saat acara bimbingan itu pesan text datang dari Acel

“Mahesa, kamu kelompok berapa?” tanyanya

“2” Balasku singkat

“Ih sama kak Rayhan kan? Tukeran ayo Sa please” Katanya lagi

“Ga” Balasku singkat dan menutup ponselku.

Aku tidak tahu apa balasan Acel sebab semua ponsel dikumpulkan di atas meja guru saat itu. Rayhan dan Nadine mulai memperkenalkan diri mereka dan akan menemani kami selama dua jam kedepan. Gerak – gerik Rayhan dan Nadine cukup menyita perhatianku untuk memastikan apa hubungan mereka berdua.

Saat acara sedang break aku duduk di kursi depan kelas sedang memperhatikan anak – anak lain bermain bola di lapangan. Aku mendengar percakapan Rayhan dan Nadine di balik pintu ruang kelas.

“Sayang, nanti setelah bimbingan selesai jadi kan kita nonton?” tanya Nadine.

“Kayaknya besok aja ya beb, hari ini aku mau nemenin ibu berobat” Balas Rayhan.

Kebetulan percapakan mereka sudah aku rekam sebab aku ingin mengumpulkan bukti untuk menyadarkan Acel. Dari percakapan mereka membuat aku semakin yakin bahwa Rayhan dan Nadine berpacaran.

Setelah selesai aku segera mengambil ponselku untuk menghubungi Acel.

“Cel, sudah beres kan?” tanyaku

“Ayo”

“Ayo”

“AYOOOO”

Aku mengirimkan beberapa pesan padanya. Aku menunggu Acel di depan kelasku sambil menonton kelas 12 tanding sepak bola di lapangan

TRING!!!!

Pesan masuk dari Acel

“Mahesa sorry aku duluan, aku mau nonton sama Rayhan” balasannya membuat emosiku tidak tertahan

“Dimana?” balasku dengan cepat

“Di tempat biasa kita nonton Sa” Balas Aceline

Aku segera menuju kesana mengendarai motorku, sambil mengejar waktu semoga mereka belum jauh. Beruntungnya aku dapat mengejar mereka dan langsung menghentikan motor Rayhan. Tanpa basa – basi aku menonjok perut Rayhan dan ia langsung terjatuh. Acel berteriak padaku untuk menghentikannya.

“MAHESAAAA!!!” Ia mencoba membantu Rayhan bangun

“Apa – apaan sih?” Kata Acel dengan nada marah padaku

“Dia sudah bohongin kamu Cel, dia pacaran sama Nadine!!!” Sambil menonjok kembali Rayhan saat itu.

“DASAR BRENGSEK!!!” Pukulan aku akhiri ke pipinya.

Aceline pergi meninggalkan kami berdua dan aku mencoba mengerjarnya

“Kelewatan kamu Sa” Acel terlihat begitu marah, nada bicaranya mengecil terdengar jika ia begitu kecewa terhadapku.

“Aku cuma mau kasih pelajaran sama dia karena bohongin kamu Cel” Balasku mencoba memberi pengertian padanya.

“Aku dengar dia ngobrol sayang – sayangan dengan Nadine, dia alasan ingin antar ibunya berobat padahal cowo brengsek itu pergi sama kamu” Aku menjelaskan apa yang aku dengar di sekolah tadi.

Wajahnya semakin bertambah merah, menyiratkan bahwa ia benar - benar emosi kala itu. “Aku ngga mau dengar penjelasan apapun dari kamu, sekarang tinggalin aku sendiri!!! Sana!!!” Acel berlari meninggalkan aku.

Sesampainya dirumah aku melihat ke arah gazebo kali saja ada Acel disana, namun nyatanya tidak ada dan jendela kamar Acel pun tertutup. Sudah pukul 7 malam aku mengecek ponselku belum ada balasan dari Acel, aku meminta maaf padanya sebab menghajar Rayhan di pinggir jalan apapun alasannya tidak patut dicontoh. Sesekali aku mengintip dari balik jendelaku memastikan keberadaan Acel dan tentunya jendelanya masih tertutup.

Pagi hari aku pergi kerumah Acel untuk mengajaknya berangkat sekolah bersama

“Bi, Acel ada?” tanyaku pada bi Inah

“Ngga ada nak Bintang, non Acel sudah berangkat dari pagi.” Katanya bi Inah sembari menyiram tanaman

“Oh makasih bi.” Aku langsung berangkat ke sekolah

Sesampainya di sekolah aku mencari Acel, dan benar ia sudah sampai di sekolah lebih dulu dan sedang duduk di depan kelasnya terlihat murung.

Acel melihatku dan langsung pergi masuk ke dalam kelas seolah tidak ingin berbicara padaku. Aku pun tidak ingin menambah rumit suasana ini dan langsung masuk kelas yang memang berdampingan dengan kelas Acel.

Singkat cerita aku dan Acel sudah tidak berkomunikasi selama satu minggu, rasanya aneh sebab sejak kecil pertengkaran kami hanya cukup satu hari saja namun kali ini sudah seminggu lamanya aku tidak berkomunikasi dengannya. Aku ingin minta maaf langsung pada Acel atas kejadian kemarin, dan berpikir untuk menemuinya dirumah.

“Bi, Acel ada?” aku bertanya pada bi Inah

“Ada nak Bintang, lagi packing” balasnya

“Packing? Mau kemana bi?” tanyaku terheran

“Loh, nak Bintang belum tau to? Non Acel kan mau pindah ke Jogya, ke rumah Eyang Ti” tanpa menghiraukan lagi bi Inah aku lansgung naik dan masuk ke kamar Acel

“Bener Cel?” tanyaku sedikit emosi bertanya pada Acel

Acel tidak menghiraukan aku, dan sibuk untuk membereskan pakaiannya ke dalam koper

CEL !!!!” Nadaku sedikit tinggi cukup bisa menghentikan Acel

“Sorry Sa, aku ngga kasih tau kamu soal ini” Balas Acel dengan nada datar

“Segini doang Cel persahabatan kita yang dibangun sejak kecil” Entah mengapa aku sedikit emosional saat itu

“Eyang Ti sakit Sa, aku juga gamau jauh dari kamu tapi bunda minta aku buat nemenin Eyang Ti” Aceline mulai menangis dan aku memeluknya.

“Maaf Cel” Air mataku pun ikut keluar. “Maaf untuk kejadian kemarin, harusnya aku lebih tau dan ngerti kondisi kamu” Aku melanjutkan.

“Maaf juga Sa, kalau sikap aku seperti anak kecil. Aku Cuma lagi bingung dengan situasi yang mengharuskan aku pindah ke Jogya dan jauh dari kamu” Air mata Acel tidak berhenti menetes.

“Cel, inget ya kita harus saling tetap beri kabar satu sama lain, inget kalau aku selalu nunggu kamu disini” balasku

Saat itu kami berpelukan seakan itu hari terakhir kami bertemu.

Tiga tahun berlalu, aku teringat masa – masaku dengan Acel, kini rumah yang ia tinggali hanya diisi oleh bi Inah sambil mengurusnya. Sesekali ayah Acel pulang kerumah itu sekedar untuk beristirahat sepulang dari perjalan bisnisnya di luar kota. Aku hanya berharap bisa bertemu dengan Acel kembali. Banyak pertanyaan di kepalaku tentang Acel, dimana dia akan melanjutkan kuliiah? Bagaimana kehidupannya selama ini? Dan siapa yang menjadi pacar pertama Acel? Sebab sudah lama aku tidak bertukar kabar denganya karena kesibukan kami masing – masing.

Akankah Acel melanjutkan pendidikan di jurusan seni sepertiku sebab seorang Aceline pun sangat menyukai semua hal tentang seni.

 

Notes from author :

Hai readers!! Terimakasih sudah mampir di novel on going aku. Semoga karyaku bisa kalian nikmati ya! Jangan lupa tinggalin like dan comment dalam setiap chapternya, agar penulisnya semakin semangat. Xixi

Kalau mau kenal boleh mampir ke Instagramku di @gheawllms dan tulisanku di @rajutanimaji

With love,

Ghea<3

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dei.frp

    Cant wait to the next chapter!!!

    Comment on chapter DOTS - Chapter 1 : Missing Aceline Kalea
Similar Tags
love like you
399      279     1     
Short Story
Gray Paper
489      263     2     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
Hoping For More Good Days
433      290     7     
Short Story
Kelly Sharon adalah seorang gadis baik dan mandiri yang disukai oleh banyak orang. Ia adalah gadis yang tidak suka dengan masalah apapun, sehingga ia selalu kesulitan saat mengahadapinya. Tapi Yuka dan Varel berhasil mengubah hidup Sharon menjadi lebih baik dalam menghadapi segala rintangan.Jujur dan saling percaya, hanya itu kunci dari sebuah tali persahabatan..
Awal Akhir
649      403     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Si Mungil I Love You
539      311     2     
Humor
Decha gadis mungil yang terlahir sebagai anak tunggal. Ia selalu bermain dengan kakak beradik, tetangganya-Kak Chaka dan Choki-yang memiliki dua perbedaan, pertama, usia Kak Chaka terpaut tujuh tahun dengan Decha, sementara Choki sebayanya; kedua, dari cara memperlakukan Decha, Kak Chaka sangat baik, sementara Choki, entah kenapa lelaki itu selalu menyebalkan. "Impianku sangat sederhana, ...
Today, I Come Back!
3220      1041     3     
Romance
Alice gadis lembut yang sebelumnya menutup hatinya karena disakiti oleh mantan kekasihnya Alex. Ia menganggap semua lelaki demikian sama tiada bedanya. Ia menganggap semua lelaki tak pernah peka dan merutuki kisah cintanya yang selalu tragis, ketika Alice berjuang sendiri untuk membalut lukanya, Robin datang dan membawa sejuta harapan baru kepada Alice. Namun, keduanya tidak berjalan mulus. Enam ...
CORAT-CORET MASA SMA
408      284     3     
Short Story
Masa SMA, masa paling bahagia! Tapi sayangnya tidak untuk selamanya. Masa depan sudah di depan mata, dan Adinda pun harus berpikir ulang mengenai cita-citanya.
Nonsens
450      331     3     
Short Story
\"bukan satu dua, tiga kali aku mencoba, tapi hasilnya nonsens. lagi dan lagi gadis itu kudekati, tetap saja ia tak menggubrisku, heh, hasilnya nonsens\".
Rain, Maple, dan Senja
877      519     3     
Short Story
Takdir mempertemukan Dean dengan Rain di bawah pohon maple dan indahnya langit senja. Takdir pula yang memisahkan mereka. Atau mungkin tidak?
The Journey is Love
556      382     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.