Read More >>"> Waktu Awan dan Rembulan (Chapter 8. Kisah Mereka—Seorang Sahabat dan Seorang Temannya Karina) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Waktu Awan dan Rembulan
MENU
About Us  

Setelah memutuskan untuk melangkah, Karina pun merekomendasikan salah satu tempat teduh yang ada di sekitar taman, tepat di depan perpustakaan yang ada di sekolah mereka.

“Kalau kita duduk di taman sana, gimana?” tanya Karina.

Kini, Karina dengan bergantian melihat ke arah mereka.

Mendengar kalimat tanya itu dari sahabatnya, Zahra pun langsung menyetujuinya—ia tampak mengangguk, tepat setelah Karina turut melihat ke arahnya.

Tak hanya Zahra—tanpa bersuara—temannya Karina pun turut menyetujui hal ini. Sebenarnya, tanpa adanya rekomendasi dari Karina pun, dia memang terlihat sering berada di sana, dia memang suka duduk di sana—sembari membaca buku—setelah ia meminjam buku-buku itu dari perpustakaan.

Lantas sebab hal ini, mengetahui dan menyadari akan persetujuan itu dari mereka, langkah kaki Karina pun lekas melaju—dengan sengaja membiarkan sahabat dan temannya itu hanya berjalan berdua.

***

Beberapa saat telah berlalu, kini mereka telah duduk nyaman di sana, bahkan mereka pun juga telah sempat sedikit mengobrol.

...

Karina melirik ke arah Zahra, lalu berlanjut melihat ke arah temannya. Ia terlihat kembali tersenyum kulum. “Mmm, kita kan udah cukup lama ngobrol ‘ni,” -Karina lekas melihat ke arah layar handphone-nya—hendak melihat waktu jam yang telah tertera di sana- “ada kisaran hampir lima belas menit, kita udah saling bicara, tapi kok kalian belum kenalan juga?” Karina tampak kembali tersenyum kulum.

Sebab ucapan itu, keduanya pun kembali sama-sama melihat ke arah Karina.

Karina yang menyadari hal itu pun turut berkata, “Kenalan dong. Masa tadinya kita udah ngobrol, tapi kalian nggak saling kenal,” –belum usai berucap, Karina pun lekas melihat ke arah temannya- “ya ... meskipun kamu udah tahu nama dari sahabat aku, tapi Zahra ‘kan belum tahu siapa nama kamu. Coba kasih tahu, Lik. Kali aja cocok,” tambah Karina—kembali merayu.

“Karina,” panggil Zahra, yang kembali merasa tersulitkan.

“Ya?” sahut Karina, seolah tanpa dosa.

“Jangan gitu ....” Zahra terdengar meminimkan suaranya—mendekatkan mulutnya ke arah telinganya Karina.

“Nggak apa-apa kali, cuma saling kenalan doang kok. Dia aja kelihatan nggak ada masalah. Lagian ... aku sama dia itu udah cukup dekat, nggak ada yang perlu disegani lagi,” –Karina menoleh ke arah teman cowoknya kembali—setelah ia memberi penjalasan perkara ini ke Zahra. Seolah merasa, jika temannya itu telah mendengar ucapannya yang tadi bersama Zahra, maka dengan terlihat percaya diri, Karina pun lekas bertanya padanya- “benar, ‘kan, Lik?”

Temannya tampak mengernyitkan alisnya. “M-maksudnya?”

“Kamu nggak dengar?”

“Gimana mau dengar, aku aja nggak tahu pasti pangkalnya apa.”

Karina tampak terdiam—merasa usaha kecilnya telah sia-sia. Karina sadar, sifat keduanya terasa mirip—cukup kaku, dan sedikit kurang asik ketika dijahili.

Kini, ia telah melihat ekspresi itu darinya. Tak ingin membuat temannya merasa kecewa, dia pun lekas berucap, “Ngambek, Rin?”

“Ng-nggak, ngapain juga ngambek,” bantah Karina.

“Terus?”

“Kamu kenalan aja dulu. Kasih tahu nama kamu siapa, dari kelas mana, dan kalau perlu ... kasih tahu nomor handphone-nya kamu juga ke dia. Oke.” Karina kembali tampak bersemangat—merasa ada peluang, untuk bisa mencomblangi keduanya.

Entah apa alasannya, tapi sepertinya, Karina terlihat begitu bahagia—di saat ia melihat keduanya terlihat malu dan saling gugup—menurut sudut pandangnya Karina.

Melihatnya tanpa gerakan, Karina pun berinisiatif untuk meraih pergelangan tangan temannya itu—hendak mengantarkan tangannya tepat di hadapannya Zahra—untuk bisa melihat mereka secara terbuka saling berkenalan.

Deg!

Tanpa pengelakan, kini tangannya pun telah terulur sempurna di hadapannya Zahra, atas ulah jahilnya Karina.

Dia masih terdiam kala itu. Namun sebab tak ingin membiarkan keinginannya kembali sia-sia, Karina pun lekas memberi kode pada temannya, untuk bisa secepatnya mengucapkan sepatah kata secara eye to eye, di hadapannya Zahra. Menurut Karina, setidaknya hanya sebatas mengucapkan siapa namanya, atau mungkin lebih jauhnya mampu saling bertukar identitas, hal ini bisa membuat mereka sedikit jauh melangkah—bisa lebih saling mengenal.

“M-Malik.” Dengan terlihat datar, temannya Karina pun memperkenalkan namanya di hadapan Zahra—sesuai dengan keinginannya Karina.

Bukannya ia takut pada Karina, bukan pula ia merasa terpaksa. Namun hanya saja, ada beberapa alasan yang telah membuatnya terlihat sedikit kaku di hadapan Zahra—di samping rasa penasarannya, yang sebenarnya telah sedari tadi ia pendam.

Owh ... M-Malik?” Tanpa meraih uluran tangannya Malik, atas ulahnya Karina, Zahra pun hanya bertanya demikian—sama terlihat gugupnya.

“Iya. Aku Malik.”

“Ternyata benar,” batin Zahra setelahnya.

Layaknya apa yang sebelumnya telah Zahra asumsikan, ternyata benar, ternyata temannya Karina itu benarlah Malik yang sebelumnya sempat Karina katakan padanya.

Bukan tanpa alasan, kenapa Zahra membatinkan kalimatnya. Namun meskipun begitu, bukan punya alasan yang pasti pula, kenapa Zahra seakan merasa heran mengenainya. Lagi dan lagi, ini semua mengenai ingatan buramnya, dan juga apa yang sempat ia mimpikan.

Ternyata, seseorang yang sempat ia perhatikan di hari pertamanya bersekolah, seseorang itu ialah Malik, dan nama Malik pun kerap ia dengar dari Karina. Lantas sebab hal ini, menurutnya, mengapa cukup banyak hal yang tengah merujuk padanya? Bahkan mimpinya pun terkesan serupa, dan terasa mirip, dengan suatu hal yang juga pernah terjadi di tempat itu.

“Siapa dia sebenarnya?” batin Zahra.

 Mereka saling melihat satu sama lainnya, dalam kurun waktu yang cukup singkat. Sementara Karina, untuk kali ini ia hanya terdiam—memperhatikan keduanya.

Sebenarnya Karina paham, kalau Zahra tak akan pernah menerima uluran tangan dari cowok mana pun, sebelum adanya kata halal. Namun kala itu, Karina hanya sebatas iseng—ingin mengetahui responsnya Zahra belaka.

Kini keadaannya, Karina masih memegang tangannya Malik—meski dalam kisaran dua menit sebelumnya, ia telah turut menurunkan tangannya Malik dari hadapannya Zahra—tepat di saat Zahra telah merespons ucapannya Malik.

Melihat Zahra yang hanya terdiam, Karina pun turut memegang tangannya. “Kenapa, Za?”

Hmm?” Zahra berdeham—menyudahi apa yang sempat ia pikirkan mengenai Malik.

“Kenapa? Kamu marah, ya?”

“Ng-nggak. Aku nggak marah.”

“Terus kenapa diam?” tanya Karina dengan nada yang sangat lembut—merasa ada banyak hal lainnya yang tengah Zahra sembunyikan darinya.

Zahra tampak tertunduk sejenak, lalu kembali melihat ke arah Malik, sembari tampak tersenyum gugup—memilih membuka obrolan kembali. “Mmm, aku Zahra,” -Zahra turut menyatukan kedua tangannya—sebagai bentuk pemberian salam untuk mereka yang bukan mahramnya- “maaf, karena tadi aku nggak langsung balik ngenalin diri. Bukannya aku mau mengabaikan kamu, cuma ... cuma memang lagi ada sesuatu yang lagi aku ingat, dan itu yang udah buat konsentrasi aku pecah haluan. Maaf, ya.”

Malik juga tampak tersenyum gugup dalam menanggapinya. “Mmm, nggak perlu minta maaf. Kamu nggak salah, kok. Lagi pun tadi, Karina udah kasih tahu aku, siapa nama kamu. Jadi, nggak usah terlalu di bawa serius, ya. Ini juga karena ulahnya Karina, kok. Bukannya aku nggak mau kenalan kayak tadi—kayak yang Karina mau. Cuma kayaknya ... kalau gini caranya ... kesannya kayak terpaksa gitu, ya?

“Maaf ya, kalau misalkan kamu ngerasa kayak gitu. Selain aku, pastinya kamu juga tahu, kalau Karina memang sedikit suka maksa orangnya,” tutur Malik dengan penuh kehati-hatian. Sepertinya ia paham, bahwa Zahra adalah salah satu tipikal perempuan lembut yang pernah ada. Ia mengemas tutur katanya dengan lembut terhadap Zahra—tak ingin menyinggungya. Namun tidak begitu terhadap Karina, karena sepertinya pula, Malik juga telah paham bagaimana karakternya seorang Karina—yang jauh lebih nyebelin—menurut Malik.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 3 0 0 0
Submit A Comment
Comments (20)
  • athaya_ama

    Muncul fakta lainnya. Next up, Kak 🙏🏻🤍

    Comment on chapter Chapter 10. Dea?
  • athaya_ama

    Kasih tau aja Zahra, kali aja Karina bisa bantu. Jangan bnyk alasan buat nutupin 👌🏻🤭

    Comment on chapter Chapter 9. Ada Apa Sebenarnya? Siapa Dia?
  • athaya_ama

    🤍🤭🤍

    Comment on chapter Chapter 8. Kisah Mereka—Seorang Sahabat dan Seorang Temannya Karina
  • athaya_ama

    Kyknya mmg ada something 😍

    Comment on chapter Chapter 7. Just a First Impression?
  • athaya_ama

    Semoga persahabatan kalian semakin langgeng, ya 👍🏻

    Comment on chapter Chapter 6. Ingin Memastikan
  • athaya_ama

    🤍🤍🤍

    Comment on chapter Chapter 5. Mixed Feelings
  • athaya_ama

    Semakin penasaran 🤍

    Comment on chapter Chapter 4. Sepenggal Kisah Plot Twist-nya Zahra
  • athaya_ama

    Next 🤍

    Comment on chapter Chapter 3. Ada Apa Sebenarnya?
  • athaya_ama

    Sweet bgt mereka 🤍

    Comment on chapter Chapter 2. Sisi Putih dan Abu-abu
  • athaya_ama

    🤍🤍🤍

    Comment on chapter Chapter 1. Selalu Tentangnya
Similar Tags
G E V A N C I A
827      453     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
My Sweety Girl
9821      2237     6     
Romance
Kenarya Alby Bimantara adalah sosok yang akan selalu ada untuk Maisha Biantari. Begitupun sebaliknya. Namun seiring berjalannya waktu salah satu dari keduanya perlahan terlepas. Cinta yang datang pada cowok berparas manis itu membuat Maisha ketakutan. Tentang sepi dan dingin yang sejak beberapa tahun pergi seolah kembali menghampiri. Jika ada jalan untuk mempertahankan Ken di sisinya, maka...
Selfless Love
3950      1144     2     
Romance
Ajeng menyukai Aland secara diam-diam, meski dia terkenal sebagai sekretaris galak tapi nyatanya bibirnya kaku ketika bicara dengan Aland.
Pacarku Arwah Gentayangan
3868      1327     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Coneflower
2678      1354     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Ghea
418      268     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
FLOW in YOU (Just Play the Song...!)
2893      775     2     
Romance
Allexa Haruna memutuskan untuk tidak mengikuti kompetisi piano tahun ini. Alasan utamanya adalah, ia tak lagi memiliki kepercayaan diri untuk mengikuti kompetisi. Selain itu ia tak ingin Mama dan kakaknya selalu khawatir karenanya. Keputusan itu justru membuatnya dipertemukan dengan banyak orang. Okka bersama band-nya, Four, yang terdiri dari Misca, Okka, dan Reza. Saat Misca, sahabat dekat A...
Yu & Way
825      424     28     
Romance
Dalam perjalanan malamnya hendak mencari kesenangan, tiba-tiba saja seorang pemuda bernama Alvin mendapatkan layangan selembaran brosur yang sama sekali tak ia ketahui akan asalnya. Saat itu, tanpa berpikir panjang, Alvin pun memutuskan untuk lekas membacanya dengan seksama. Setelah membaca selembaran brosur itu secara keseluruhan, Alvin merasa, bahwa sebuah tempat yang tengah dipromosikan di da...
Trust
1728      701     7     
Romance
Kunci dari sebuah hubungan adalah kepercayaan.
Sunset in February
787      434     6     
Romance
Februari identik dengan sebutan bulan kasih sayang. Tapi bagi Retta februari itu sarkas, Februari banyak memberikan perpisahan untuk dirinya. Retta berharap, lewat matahari yang tenggelam tepat pada hari ke-28, ia dapat melupakan semuanya: cinta, Rasa sakit, dan hal buruk lain yang menggema di relung hatinya.