"Artikel-artikel di akun gosip ini...dan juga di papan pengumuman itu...Mungkinkah ada orang yang berusaha mempermalukan anggota klub Kurotake?"
"Apa maksudmu, Nozomi?" tanya Raiji.
Nozomi menghela napas. "Kalian tidak menyadarinya, ya? Kejadian ini sama dengan yang menimpa Mamoru dan Chihaya beberapa bulan lalu. Orang yang disudutkan dalam kejadian ini selalu saja anggota klub Kurotake. Menurut kalian, kenapa dia selalu mengincar anggota klub ini?"
"Ini semua ulah Akira," kata Yukio. "Dia orang yang selama ini menyebar gosip di akun gosip SMA Sakura,"
"Eh? Bagaimana Senpai tahu?" tanya Hatsuko. "Jangan sembarangan menuduh orang!"
"Aku tidak menuduh! Aku punya buktinya," balas Yukio.
"Oh, aku baru ingat sesuatu!" sahut Akemi. "Akira sejak dulu memang tidak menyukai klub Kurotake dan anggotanya. Waktu Kouji-senpai masih menjadi ketua, dia dan teman-temannya juga sempat mengejek Aki-senpai,kan?"
"Iya!" kata Nozomi yang terlihat senang karena Akemi memahami maksud ucapannya. "Sekarang mereka mengulanginya. Awalnya membuat gosip tentang Mamoru dan Chihaya. Lalu sekarang, mereka menyudutkan empat orang sekaligus. Sachi, Yukio, Hatsuko, dan Ryuto,"
"Hah? Kesannya cari perhatian sekali Akira itu," cibir Izumi.
"Jadi tujuan mereka hanya untuk mencari perhatian Mamoru? Konyol sekali," tambah Ouka. "Untungnya Mamoru tidak terpengaruh,"
"Padahal waktu itu aku dan Haya-chan hanya mengobrol saja di kafe," Mamoru yang duduk di samping Chihaya menghela napas seraya menggelengkan kepalanya. "Tapi dengan menjadikan Haya-chan pacarku, itu sudah cukup mengalahkan mereka. Tapi di luar dugaan mereka justru menyudutkan anggota lain. Dan siapa yang membongkar rahasia klub kita kalau bukan Shiro?"
Yukio mengepalkan tangannya. Ekspresi marah terlihat jelas di wajahnya. "Si Rambut Putih itu...ingin sekali aku menghajarnya,"
"Tahan, Yukio," cegah Raiji.
"Kurasa aku punya ide yang bagus," perkataan Ryuto menyentak semua anggota dan pengurus.
Ryuto tidak biasanya mengusulkan sebuah ide saat teman-temannya sedang menghadapi masalah. Namun Yukio dan yang lainnya langsung menyetujui ide Ryuto begitu ia menceritakannya.
****
Karena artikel yang beredar di papan pengumuman itu, Sachi diganggu oleh Akira dan gengnya. Kali ini Akira mengajak Shiro --yang kabarnya sekarang menjadi kekasihnya-- untuk ikut merundung gadis berambut sepunggung itu. Akira dan Shiro merobek-robek sketsa yang dibuat Sachi dari buku sketsanya, juga menginjak-injaknya di tanah. Sachi berusaha mencegahnya, namun Reika dan Miko menahan tubuhnya sehingga Sachi tidak bisa bergerak.
"Jangan Akira! Kembalikan!" Sachi memohon-mohon.
"Diam!" hardik Akira.
"Gambar-gambar apa ini? Jelek sekali. Lebih baik dibakar saja," ejek Shiro. Tangannya memegang lighter, bersiap membakar kertas itu.
Chihaya, Takeru, dan Yuji yang melihat kejadian itu langsung datang menolong Sachi. Dengan kasar, Chihaya merebut kertas itu tangan Shiro dan menendang lelaki itu sehingga korek itu terjatuh ke tanah. Takeru dan Yuji juga menarik tubuh Sachi dari cengkeraman Reika dan Miko.
"Eh! Apa-apaan kau ikut campur?!" bentak Akira sambil mendorong dada Chihaya. "Sok mau jadi pahlawan?!"
"Kembalikan gambar Sachi, Akira," pinta Chihaya dengan nada dingin.
"Kalau tidak, kau mau apa?" tantang Miko.
"Ternyata selama ini kamu berteman dengan anak haram, Chihaya?" kata Reika sambil tertawa mengejek.
Rahang Yuji mengeras. Ia merasa geram, tak terima mendengar sahabatnya dijuluki dengan julukan menyakitkan itu.
"Jadi kalian yang menyebarkan gosip tentang anggota klub Kurotake?" ujar Takeru marah. "Kalian jahat sekali,"
"Hah, kalian bicara apa, sih?" sahut Miko pura-pura bodoh.
"Kalau benar kalian yang membuat gosip tentang Sachi dan Hatsuko, berarti kalian juga yang kemarin-kemarin memotretku dan Mamoru-senpai yang baru keluar dari kafe,kan? Kalian menyebarkannya di akun sosial media sekolah, juga membuat gosip kalau kami berpacaran, iya kan?" tanya Chihaya.
"Jangan asal menuduh, dong!" kata Akira tidak terima. "Memang kau punya bukti kalau salah satu dari kami admin akun gosip sekolah?"
Perdebatan antara geng Akira melawan Chihaya dan ketiga sahabatnya mengundang perhatian murid lain.Murid-murid yang sedang menikmati waktu istirahatnya langsung berkerumun menonton perkelahian itu.
"Ini bukti yang kalian minta,"
Chihaya dan ketiga sahabatnya menoleh, begitu juga Akira dan gengnya, serta murid-murid lain. Yukio tidak sendirian. Ia bersama Mamoru, Raiji, dan Ryuto menerobos kerumunan murid yang menonton,kemudian berbicara di hadapan mereka.
"Kalian dalam masalah karena sudah membawa-bawa Yukio Miyazawa dalam permainan kalian," kata Mamoru sambil menatap Akira dan gengnya. "Kalian lupa dia anggota Kedisiplinan OSIS?"
Murid-murid yang menonton langsung ribut. Akira, Shiro, dan teman-teman satu geng mereka terpaku di sana.
"Kalian tidak tahu ya, sejak gosip Mamoru dan Chihaya menyebar...Yukio selalu memantau akun gosip sekolah," Ryuto menimpali perkataan Mamoru. "Yukio selama ini tidak menunjukkan tindakan atau reaksi apapun, sampai kalian membongkar rahasia pribadinya..."
"...Selain itu, apa kalian tahu kalau Yukio punya bakat di bidang IT?" sambung Raiji. "Mencari tahu pemilik dari akun media sosial tertentu adalah perkara mudah baginya. Sebenarnya cara ini juga bisa dilakukan oleh orang tanpa bakat di bidang IT, tapi satu hal yang penting, dia menemukan bukti ini,"
Yukio menunjukkan layar ponselnya sambil mengutak-atik dengan jarinya. Awalnya layar itu menunjukkan laman akun gosip SMA Sakura. Tak butuh waktu lama, ia berhasil menunjukkan identitas pemilik akun gosip sekolah yang ternyata adalah...Akira Naomi. Lengkap dengan tanggal lahir, email, dan nomor ponselnya.
Hal itu tentu membuat mental Akira Naomi dan teman-teman satu gengnya terguncang. Mereka ketakutan, tak bisa membantah. Murid-murid mulai berbisik-bisik sambil mencaci mereka.
"Jadi sebenarnya akun itu dibuat untuk mendiskredit anggota klub Kurotake?"
"Jahat sekali mereka, sampai menyebar aib anggota-anggotanya,"
"Menjelekkan-jelekkan orang lain dengan akun palsu? Pengecut sekali,"
Di tengah-tengah kehebohan itu, seorang guru wanita tiba-tiba muncul.
"Ada ribut-ribut apa ini?"
Guru itu lalu memandang Chihaya, anggota dan pengurus klub, lalu memandang Akira dan teman-temannya. Bersamaan dengan itu, bel masuk berbunyi. Murid-murid langsung bubar, meninggalkan tempat itu untuk masuk ke dalam kelas.
Chihaya dan teman-temannya terdiam begitu mengetahui siapa guru wanita itu.
Beliau adalah Bu Miho, guru BK SMA Sakura.
****
Chihaya terpaksa melewatkan pelajaran di kelas hari itu. Ia beserta para anggota dan pengurus klub Kurotake dipanggil ke Ruang BK oleh Bu Miho. Begitu juga dengan Akira dan gengnya. Chihaya menjelaskan semua kronologi kejadiannya kepada Bu Miho.
"Ini sudah kelima kalinya kamu dan teman-temanmu masuk BK,Akira Naomi," kata Bu Miho tegas pada Akira dan gengnya. "Lima kali! Apa kau dan teman-temanmu tidak malu? Sudah banyak murid-murid yang kalian rundung, sampai mereka tidak tahan dan pindah dari sekolah ini!"
Bu Miho membagikan selembar kertas pada Akira dan gengnya. Akira seperti disambar petir saat menerima dan membaca isi kertas itu. Begitu juga Shiro yang terlihat syok.
Kertas itu adalah surat keterangan drop out.
"Ini dari Kepala Sekolah. Mulai besok, kalian tidak usah datang ke sekolah ini lagi. Kalian sudah dikeluarkan dari SMA Sakura mulai hari ini," ucap Bu Miho seolah memperjelas semuanya.
Keempat anak itu syok.
"B-Bu...apa-apaan ini...Kenapa saya dikeluarkan?! Kenapa kami dikeluarkan?!"
"Bu...Ibu tidak bisa berbuat seperti ini!" Miko tidak terima.
"Kepala Sekolah sudah muak dengan perilaku kalian. Selain itu...tindakan kalian keterlaluan karena menyeret Yukio Miyazawa yang merupakan anggota OSIS. Yukio sudah melaporkan semua perbuatan kalian,"
Ketika Bu Miho bertanya tentang alasan Akira dan teman-temannya melakukan hal tersebut, Akira terpaksa mengaku kalau ia sejak awal tidak menyukai klub Kurotake. Mereka membuat akun gosip itu dengan tujuan menghasut semua murid SMA Sakura agar membenci dan mengucilkan para anggota klub Kurotake, menganggap mereka tak lebih dari murid-murid penyuka budaya Jepang yang eksentrik dan bermasalah.
Yukio yang mengetahui perbuatan mereka pun melapor pada Bu Miho dan menyerahkan semua bukti yang ia dapatkan, di antaranya video saat Akira merundung murid lain, video di ponsel Shiro saat ia mencoba melecehkan Chihaya di bar, serta video rekaman CCTV yang memperlihatkan Miko berhubungan intim dengan pacarnya di toilet sekolah.
Akira dan teman-teman satu gengnya menatap mereka dengan tatapan benci, namun tak bisa berbuat apa-apa. Mereka kalah dan menerima karma karena menyakiti orang lain secara mental dan fisik.
Mereka melangkah keluar dari ruang BK.
"Shiro!" panggil Mamoru. Shiro menghela napas kasar, kemudian menoleh ke arah Mamoru.
"Apaan, sih?"
"Kau belum minta maaf pada Haya-chan atas perbuatanmu," kata Mamoru sambil melirik Chihaya yang berada dalam dekapannya.
"Kalian juga harus minta maaf pada Ryuto, Hatsuko, Yukio, dan Sachi," sambung Ouka.
Lelaki berambut putih itu melihat ke arah Chihaya yang terlihat takut, kemudian menatap seluruh anggota klub. Ia tak menjawab perkataan Mamoru, namun justru membuang muka karena telanjur malu. Bersama teman satu gengnya, ia pergi begitu saja, keluar dari SMA Sakura untuk selamanya.
****
Chihaya dan yang lainnya kembali ke ruang klub Kurotake. Sachi yang sejak tadi diam, tiba-tiba bersuara.
"Chihaya...Takeru...Yuji...semuanya..." ucap Sachi yang langsung membuat semua pengurus dan anggota klub menoleh. "Terima kasih...karena kalian sudah membelaku,"
Chihaya mengangguk. "Kamu jangan merasa malu karena statusmu. Kamu bukan seperti apa yang mereka ucapkan. Kami tidak peduli. Kamu tetap teman kami,"
Takeru berkata pada Sachi, "Mulai sekarang... kalau ada masalah,kamu bisa curhat ke teman-temanmu. Kamu punya teman di klub Kurotake,Sachi,"
Sachi terhenyak. Gadis berambut coklat sepunggung itu menundukkan kepalanya.
"Selama ini...aku tak pernah menceritakan masalahku pada orang lain selain kedua sahabatku..." kata Sachi. "Aku selalu...memendam masalahku sendiri. Aku selama ini bersikap pura-pura kuat di hadapan orang lain, menyembunyikan apa yang sebenarnya kurasakan. Sebenarnya aku ingin meminta bantuan, tapi aku takut membebani orang lain atau membuat orang terlibat dalam masalah..."
Mamoru, Chihaya, dan yang lainnya memandang Sachi yang matanya mulai berkaca-kaca.
"Tapi...setelah kalian membelaku tadi, aku menyadari sesuatu. Selama ini aku terlalu keras pada diri sendiri. Aku selalu menganggap kalau aku bisa melalui semua sendiri. Karena aku merasa, sejak awal kehadiranku tak pernah berarti untuk orang lain. Kehadiranku justru menjadi beban orang lain...."
"Berhenti berkata seperti itu, Sachi!" kata Yukio, yang membuat mereka semua kaget. "Kau bukan beban! Berhenti menyalahkan dirimu sendiri! Kamu berharga, kamu punya keluarga, juga teman-teman yang baik dan mau menolongmu!"
Sachi terdiam mendengar perkataan kakak tirinya. Ia mulai menitikkan air mata, terharu karena Yukio mulai mengakuinya.
Chihaya dan Izumi pun refleks memeluknya. Sachi menangis, menumpahkan seluruh emosi yang dirasakannya.
****