Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anggota klub Kurotake adalah mendatangi event budaya Jepang di Indonesia.
Pada hari Sabtu, Chihaya dan teman-temannya berjanji bertemu di terminal. Mereka berencana ingin pergi ke sebuah event budaya Jepang yang diadakan di Jakarta, tepatnya di Gelora Bung Karno, Senayan. Mereka berencana akan pergi beramai-ramai ke sana dengan menaiki bus.
Pagi hari, Mamoru sudah menjemput Chihaya ke rumahnya. Sebelumnya mereka memang sudah berjanji untuk pergi bersama. Mamoru meminta tolong pada Haruki, kakak laki-lakinya untuk mengantar mereka ke terminal.
Begitu melihat Mamoru sudah berdiri di depan rumah, Chihaya langsung membuka pintu rumahnya. Ia sudah mengenakan sweater hoodie berwarna merah muda polos dengan bawahan rok putih polos selutut. Ia juga memakai stocking hitam dan sepatu kets putih. Tak lupa ia membawa ransel berwarna hitam dengan garis biru.
Chihaya pun berpamitan pada kedua orangtuanya sebelum pergi. Mamoru juga menemui Amaya untuk meminta izin mereka agar diperbolehkan pergi bersama Chihaya.
"Jaga diri kalian baik-baik, Chihaya, Mamoru," pesan Amaya.
"Ya, Okaa-san,"Chihaya mengangguk. Ia langsung masuk ke kursi penumpang di tengah mobil dan menutup pintu, sementara Mamoru duduk di depan, di samping Haruki yang menyetir. Mobil pun melaju meninggalkan rumah keluarga Hamada.
****
Setengah jam kemudian, Chihaya dan Mamoru sampai di terminal. Mereka mengucapkan terima kasih pada Haruki.
Mamoru dan Chihaya melihat para anggota dan pengurus klub Kurotake sudah berkumpul di depan sebuah warung di terminal. Dari kejauhan, Ryuto yang kebetulan melihat Mamoru dan Chihaya melambaikan tangannya. Mamoru dan Chihaya pun bergegas menemui mereka.
"Semua sudah lengkap?" tanya Mamoru pada Ryuto.
"Belum," jawab Ryuto.
"Yukio tidak ikut dengan kita. Ia akan menyusul nanti," kata Ouka.
"Sejak kelas 10 dia selalu begitu," kata Akemi.
"Kau sendirian saja, Akemi?" tanya Mamoru.
"Izumi tidak mau ikut," kata Akemi sambil mengangkat bahu.
Sementara Chihaya melongo saat melihat pengurus dan anggota lain memakai atribut aneh. Ryuto dan Raiji pergi dengan memakai atribut dari anime Naruto. Ryuto memakai jaket Akatsuki, sementara Raiji juga memakai hoodie berwarna hijau. Mirip dengan jaket yang dipakai oleh Shino Aburame.
Selain itu juga terlihat Hatsuko, Nozomi, dan Ouka membawa begitu banyak barang. Saat Chihaya bertanya, Ouka menjawab kalau barang-barang itu berisi kosmetik, kostum, dan juga properti cosplay. Hatsuko dan Nozomi berencana mengikuti acara cosplay di sana.
"Oh ya, Senpai," kata Hatsuko pada Ouka dan Mamoru. "Asa tadi mengirim chat padaku. Dia juga bilang akan menyusul nanti,"
"Ya sudahlah, biarkan saja. Nanti juga bertemu di sana," balas Mamoru. "Yuk, langsung berangkat saja,"
Maka anggota dan pengurus yang sudah menunggu sejak tadi langsung beranjak dari warung. Ryuto dan Raiji langsung membayar jajanan yang tadi mereka beli kepada pemilik warung. Setelah itu mereka pun naik ke dalam bus berwarna biru yang kebetulan hendak berangkat dari terminal.
"Pak, ini bus ke Senayan kan, Pak?" tanya Ryuto pada seorang pria paruh baya yang berjaga di pintu depan bus.
"Ya,ya,Mas! Yuk, langsung naik saja. Mumpung mau berangkat, nih!"
Mamoru, Chihaya, dan yang lainnya langsung naik ke dalam bus jurusan Senayan-Blok M yang kebetulan masih kosong tersebut. Benar saja, bus langsung berjalan meninggalkan terminal.
Beberapa pengurus lelaki berdiri sambil mengobrol, sementara anggota dan pengurus perempuan duduk di kursi. Chihaya kebetulan duduk di samping Sachi, mereka berbagi headset untuk mendengarkan musik. Di samping kanan mereka Yuji dan Takeru sedang mengobrol soal anime.
Sepanjang jalan bus beberapa kali berhenti untuk menaikkan beberapa penumpang. Beberapa penumpang sempat memperhatikan Chihaya dan teman-temannya yang mungkin tampak aneh, tapi mereka tidak peduli.
Sebelum masuk tol tadi, mereka sudah membayar ongkos kepada kondektur bus. Kini mereka sudah berada di tol Lingkar Dalam Jakarta.
Sachi kini sedang asyik mengobrol dengan Takeru,Yuji, dan Ryuto. Sementara itu Mamoru berdiri di depan Chihaya dan mengajaknya mengobrol.
"Ini pertama kali kamu pergi ke event Jepang,ya?" tanyanya. Sepertinya pemuda itu memerhatikan kalau sedari tadi Chihaya menatap teman-temannya dengan aneh.
Chihaya mengangguk.
Mamoru ikut mengangguk, memaklumi. "Di event Jepang nanti ada banyak orang yang menjual merchandise bertema anime atau Jepang, seperti kaos, poster, keychain atau pin karakter anime...Biasanya juga ada pertunjukkan cosplay, juga konser dari band atau penyanyi yang membawakan lagu Jepang atau lagu soundtrack anime. Selain itu juga ada penjual makanan Jepang. Yah, kurang lebih hampir mirip bunkasai kemarin,"
Chihaya dapat membayangkan gambaran event Jepang yang akan ia datangi bersama teman-temannya.
"Oh,ya," kata Mamoru. "Event nanti akan ramai. Banyak orang yang berkunjung. Kau jangan jauh-jauh dariku dan yang lain,ya,"
"Iya, Senpai,"
****
Bus akhirnya sampai di Jakarta. Begitu berhenti di halte Senayan, Chihaya, Mamoru, dan yang lainnya langsung turun. Dari halte mereka kemudian menaiki jembatan penyeberangan ke Gelora Bung Karno (GBK).
Begitu sampai di depan GBK, mereka akhirnya bertemu dengan Yukio dan Asa. Tanpa membuang waktu mereka semua pun berjalan ke Parkir Timur Senayan, tempat event diselenggarakan.
Begitu sampai di sana ternyata sudah banyak orang yang mengantre. Gerbang dibuka mulai pukul 9 pagi. Chihaya dan ketiga sahabatnya terpana melihat pengunjung yang banyak, juga gerbang tiket yang dihias hingga menyerupai gerbang torii. Lajur antrean tiket dibagi menjadi tiga. Yang pertama, jalur VIP untuk para cosplayer, penjaga stan, dan pengisi acara. Kedua, jalur khusus untuk pengunjung yang sudah membeli tiket via online jauh-jauh hari sebelumnya. Terakhir, jalur OTS atau On The Spot yang diperuntukkan untuk pengunjung yang membeli tiket pada hari tersebut.
Chihaya dan ketiga sahabatnya, juga para anggota dan pengurus mengantre di jalur kedua. Sebelumnya mereka sudah membeli tiket event tersebut melalui online di minimarket dekat sekolah. Bukti pembelian berupa struk dengan kode khusus yang dapat ditukar di loket dengan tiket yang dipakai seperti gelang di tangan, plus cap di tangan dari panitia. Sementara Ouka, Nozomi, dan Hatsuko mengantre di jalur VIP.
Begitu sampai di dalam, Mamoru dan Yukio mengumpulkan para anggota dan pengurus di salah satu sudut yang tidak terlalu ramai di dekat stan makanan.
"Dengarkan baik-baik, semuanya," kata Mamoru. "Aku akan beri kalian waktu bersenang-senang di event ini. Kalian boleh berpencar, selama tetap bersama teman dan tidak pergi jauh-jauh. Terserah, mau membeli merchandise, berfoto dengan para cosplayer, makan, atau menonton pertunjukan musik di panggung. Tapi, jam 4 sore nanti, kita berkumpul lagi di sini lagi untuk pulang bersama. Pergi bersama, pulang juga bersama. Paham?"
"Paham!" jawab mereka.
"Untuk para cosplayer, tidak ada masalah?" tanya Yukio.
"Kami akan usahakan untuk selesai sebelum jam 4!" jawab Ouka tegas.
"Good!" ujar Yukio. "OK, silakan berpencar. Jangan lupa!"
"Tunggu!" cegah Akemi. "Sebelum berpencar, bagaimana kalau semuanya foto-foto dulu?"
"Boleh juga!" kata Nozomi setuju.
"Tumben kau punya ide bagus," ujar Yukio sambil meminjamkan kamera DSLR-nya pada Akemi.
Maka semua anggota Kurotake langsung merapat. Para pengurus berdiri di baris ketiga, paling belakang. Sementara barisan kedua diisi oleh para anggota kelas 10. Yuji berdiri di ujung kiri. Asa dan Takeru berdiri di paling depan. Chihaya berdiri di antara Sachi dan Hatsuko. Sementara itu Mamoru berdiri tepat di belakang Chihaya, kedua tangannya memegang pundak gadis berkacamata itu.
"Sudah siap?" tanya Akemi yang kini sudah memegang kamera di depan.
"SUDAH!"
"OK. Senyum yang lebar. 1,2,3!"
Semua anggota dan pengurus tersenyum lebar, bersamaan dengan lampu blitz yang menyala.
Foto pertama berhasil diambil.
Mereka pun berfoto sekali lagi, kali ini bergaya bebas.
Setelah itu barulah mereka berpencar. Sebagian menjelajah stan makanan, sebagian lainnya ke stan merchandise, sisanya berkumpul di panggung musik atau hanya berjalan-jalan di seputar kawasan itu.
****
Ouka ber-cosplay sebagai Inori Yuzuriha, karakter dari anime Guilty Crown. Hatsuko ber-cosplay menjadi Kotori Minami dari anime Love! Live!. Sementara Nozomi memerankan karakter Kikyo dari anime Inuyasha.
Mereka berjalan-jalan di dekat panggung. Mereka terkadang bertemu dengan anggota klub Kurotake yang meminta berfoto bersama. Terkadang ada pengunjung lain yang ingin berfoto bersama. Tak hanya ketiga gadis itu saja, di sana ada banyak cosplayer lain yang juga memakai kostum sesuai karakter yang mereka perankan. Bahkan ada yang membawa properti seperti pedang. Beberapa cosplayer yang saling mengenal berkumpul dan berfoto bersama. Ada juga yang mengobrol.
"Permisi, Kak,"
Salah satu lelaki yang merupakan pengunjung event menghampiri Nozomi yang berjalan bersama Hatsuko.
"Iya, ada apa, ya?" tanya Nozomi ramah.
"Apa ini Kak Hatsuko, idol dan cosplayer yang viral di internet itu?"
"Iya, benar," jawab Nozomi sambil melirik Hatsuko dan tersenyum. Sementara Hatsuko melambaikan tangannya.
"Kenapa? Mau minta foto,ya?"
Lelaki itu tertawa. "Iya, Kak. Apa boleh?"
"Boleh, dong!" jawab Hatsuko. Ia kemudian meminta Nozomi mengambil fotonya bersama lelaki itu. Lelaki itu menyerahkan ponsel miliknya pada Nozomi. Langsung saja, Nozomi memotret mereka dengan ponsel itu sebanyak tiga kali.
"Terima kasih, Kak," ucap lelaki itu pada Hatsuko dan Nozomi setelah selesai berfoto. Kedua gadis itu. Setelah mengambil kembali ponselnya, lelaki itu pun berjalan meninggalkan mereka.
Tak lama setelah itu banyak orang yang meminta berfoto bersama Hatsuko. Beberapa orang yang melihat penampilan Hatsuko di bunkasai kemarin senang sekali bertemu gadis itu di event.
Nozomi dan Ouka juga sibuk menerima ajakan foto dari pengunjung lainnya.
"Seharusnya Akemi tetap bersama kita saja. Lumayan membantu mengambil foto kita," ucap Ouka.
"Yuk, kita cari dia,"
Hatsuko dan Ouka menyetujui ajakan Nozomi.
***
Sementara itu...
"Haya-chan, sini!" panggil Mamoru. Ia menunggu Chihaya yang sedikit tertinggal di belakangnya. Chihaya terlihat kelelahan, ia berjalan pelan menyusul Mamoru. Mereka baru saja mengitari stan merchandise. Semakin siang, pengunjung semakin banyak.
Tak lama kemudian, Chihaya pun sampai di dekat Mamoru.
"Sini, jalan di sampingku saja. Jangan di belakang," Mamoru menarik tangannya. Meski agak sempoyongan, Chihaya menurut. Mereka pun berjalan meninggalkan keramaian stan merchandise ke titik yang tidak begitu ramai.
"Panas,ya," Mamoru menarik ujung kaos yang dipakainya, mengibas-ngibasnya. Bulir-bulir keringat mengalir di kening dan lehernya.
"Ya," kata Chihaya setuju. Ia mengipasi dirinya dengan kipas uchiwa bergambar karakter Kaito Shion yang tadi dibelinya.
Mamoru mengangguk. "Kebetulan tadi di terminal aku beli dua botol minum,nih. Mau?"
Chihaya menerima botol itu. Mengamatinya sebentar. "Ini tidak ada racunnya kan, Senpai?"
Mamoru menggeleng. "Tidak, kok. Kamu tenang saja,"
Chihaya pun membuka tutup botol air mineral itu, dan meminumnya sebentar. Terdengar decakan dari mulutnya. Syukurlah tidak ada rasa yang aneh dari air itu.
"Kenapa kau bertanya soal racun tadi? Kau tidak percaya padaku?" tanya Mamoru.
"Bukan apa-apa, hanya memastikan saja," jawab Chihaya."Siapa tahu Senpai punya niat tersembunyi untuk mengerjaiku,kan?"
"Aku bukan orang seperti itu,kok," elak Mamoru. "Aku 95% bisa dipercaya,"
"Buaya," ejek Chihaya. "Kata Otou-san, jangan mudah tertipu omongan cowok, kecuali mereka membuktikan dengan tindakan,"
"Itu benar,sih," sahut Mamoru. "Tapi ada baiknya kamu tanyakan kembali pada dirimu sendiri. Apa kamu pernah melihatku melakukan tindakan yang jahat?"
"Hm...tidak,sih,"
Mamoru mengangkat bahu. "Makanya kubilang aku bisa dipercaya. Tidak ada salahnya waspada. Tapi jangan terlalu berlebihan, OK?"
Chihaya mengangguk. Ia mencerna kata-kata kakak kelasnya itu sambil memandangi botol air mineral pemberian Mamoru.
Mamoru lalu mengajak Chihaya ke sebuah maid-cafe. Chihaya terpesona dengan para pelayannya yang memakai kostum ala maid Eropa yang sangat manis. Chihaya dan Mamoru dituntun ke sebuah meja yang kosong. Setelah memesan makanan dan minuman, mereka mengobrol sambil duduk berhadapan.
"Mamoru-senpai,"
"Hm?"
"Ada sesuatu yang ingin kutanyakan,"
Pemuda itu memiringkan kepalanya. Ia tersenyum. "Tanya apa? Tidak biasanya kamu bertanya sesuatu padaku, kecuali masalah bahasa Jepang,"
"Soal...kebakaran lemari yukata di ruang klub itu... sebenarnya ada apa,Senpai?"
Kedua mata Mamoru melebar mendengar pertanyaan Chihaya.
"Soal itu,ya..."
"Kudengar orang yang membakar lemari itu di-skors dari klub. Memang pelakunya anggota klub, Senpai?"
Mamoru menelan ludah. Ia tampak berpikir serius, lalu akhirnya berbicara.
"Tapi kau janji jangan ceritakan hal ini pada siapapun, ya?"
Chihaya mengangguk.
Mamoru menghela napas. "Iya, pelakunya anggota klub, atau lebih tepatnya mantan anggota klub,"
"Siapa, Senpai?" tanya Chihaya penasaran.
"Shiro,"
Chihaya tersentak. Ia tentu tahu siapa Shiro. Cowok dari kelas 10-3 yang rambutnya dicat putih dan berkacamata, mirip Kishou Arima, karakter anime Tokyo Ghoul.
"Ya," lanjut Mamoru. "Lelaki berambut putih itu pelakunya. Dia masuk tanpa izin ke ruang klub Kurotake, dan membakar lemari itu,"
Chihaya diam, berusaha mencerna fakta itu. Ia kini paham mengapa Shiro tak pernah terlihat di klub Kurotake lagi.
"Yah, ini salahku juga waktu itu. Aku dan Yukio lupa mengunci ruang klub. Kami pergi ke ruang guru sebentar untuk menyerahkan laporan kegiatan klub pada Rinka-sensei,"
"Kenapa dia sampai berbuat begitu?" tanya Chihaya.
Mamoru menunduk sebentar, lalu menjawab "Saat aku dan pengurus lain menginterogasinya kemarin, dia bilang kalau dia membakar lemari itu karena ada orang yang menyuruhnya. Sebenarnya...dia juga punya masalah pribadi denganku, juga Yukio,"
Chihaya tak bisa berkata-kata.
"Tapi tetap saja, aku tidak suka dia menyangkutpautkan masalahnya dengan klub," kata Mamoru. "Aku sudah menskorsnya dari keanggotaan klub untuk seterusnya,"
"Ya, kurasa itu keputusan yang terbaik," ucap Chihaya.
"Tapi walau dia sudah bukan anggota klub Kurotake lagi, aku dan Yukio harus mengawasinya. Kita tidak pernah tahu apa yang dia rencanakan. Untuk itu, kita perlu waspada kalau-kalau kejadian semacam itu terjadi lagi. Yah, kuharap sebaliknya,"
"Aku juga berharap begitu,"
Percakapan mereka berdua berakhir saat salah satu maid menyajikan makanan dan minuman pesanan mereka. Begitu maid tadi pergi meninggalkan meja mereka, diam-diam Mamoru memerhatikan maid itu, lalu melirik Chihaya yang sedang memakan kue yang diambilnya dari cake tier berwarna putih.
"Senpai, coba kue ini, rasanya enak, lho!"
Entah makhluk apa yang menciptakan ilusi dalam pikiran dan pandangan Mamoru, pemuda berambut ikal itu terdiam ketika tahu-tahu saja, gadis berkepang yang duduk di hadapannya itu kini mengenakan kostum maid. Ia tersenyum manis, tangannya menyuapkan makanan padanya.
Mamoru terpesona.
Ya ampun, dia terlihat imut sekali.
Lebih imut daripada ketika dia memakai kostum cosplay!
"...pai?"
"Senpai? Halo?"
"Eh,iya!" Mamoru tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Chihaya memanggilnya. Mamoru melihat Chihaya masih berpenampilan sama seperti sebelumnya, tidak memakai kostum maid. Ia baru sadar kalau tadi itu hanya khayalannya saja.
"Oh maaf, tadi aku melamun,ya?"
Chihaya mengangguk. "Senpai tidak apa-apa?"
"Oh, tidak...aku tak apa-apa,"
Tanpa berkata-kata, Mamoru langsung menyantap menu pesanannya. Chihaya yang bingung melihat gelagat Mamoru mengangkat bahu, memilih tak terlalu memikirkannya. Ia kembali memakan kue yang tadi ia ambil.
"Oh ya...Haya-chan,"
"Iya?"
Entah kenapa, Mamoru merasakan firasat buruk.
"Kalau kau bertemu Shiro di sekolah, berhati-hatilah padanya,"
Chihaya mengangguk. "Aku mengerti, Senpai,"
****