Read More >>"> KUROTAKE [SEGERA TERBIT] (Chapter 12 : Hang Out) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KUROTAKE [SEGERA TERBIT]
MENU 0
About Us  

Hari Sabtu sore, Mamoru datang ke rumah Chihaya. Ia membawakan empat bungkus roti isi kacang merah yang dia beli dari toko roti.

"Bibi Amaya mana?" tanya Mamoru bingung saat mendapati Chihaya yang membuka pintu.

"Okaa-san dan Otou-san sedang ke rumah bibi di Serpong," jawab Chihaya.

"Kau sendirian?" tanya Mamoru lagi. "Aku boleh menemanimu?"

Gadis berkacamata itu mengangguk. "Malah tadi Okaa-san menyuruhku menelpon Senpai supaya datang kemari. Asal tidak berbuat yang aneh-aneh,"

Mamoru tertawa mendengar ucapan Chihaya. Ia mengacak rambut gadis itu. "Aku tak akan macam-macam, percayalah padaku! Lagipula, Mama selalu menasihatiku agar tidak menyakiti perempuan. Aku tidak ingin penyesalan menghantuiku seumur hidup nanti,"

Pipi Chihaya memerah mendengar perkataan kakak kelasnya itu. Ia pun mempersilakan Mamoru masuk ke dalam rumahnya.

Mereka duduk di ruang tamu rumah Chihaya. Chihaya mengambil air mineral dari dapur. Tak lupa ia membawa Azami, boneka beruang pemberian mendiang kakek Mamoru untuk 'menemani' mereka.

Sambil memakan roti, Mamoru mengajari Chihaya tentang penyebutan nama hari, bulan, dan tanggal dalam bahasa Jepang.

"Kita mulai dulu dari materi yang mudah, penyebutan nama bulan," kata Mamoru. "Untuk penyebutannya sendiri berbeda dengan bahasa Indonesia yang biasa menyebut bulan Januari, Februari, dan seterusnya. Dalam bahasa Jepang, kita menyebut setiap bulan hingga bulan ke duabelas dengan angka di depannya, ditambah kata gatsu. Oh ya, sebelumnya kamu sudah belajar angka dalam bahasa Jepang,kan?"

Chihaya mengangguk.

"Baik, jadi dalam bahasa Jepang kita menyebut bulan Januari menjadi ichi gatsu. Bulan Februari, ni gatsu. Maret, san-gatsu...dan seterusnya hingga juu ni-gatsu atau bulan Desember. Oh ya, ada pengecualian penyebutan khusus untuk bulan April, Juli, dan September. Kamu tahu apa?"

Chihaya menjawab. "April disebut shi-gatsu, bukan yon-gatsu. Juli disebut shichi-gatsu, bukan nana-gatsu. Begitu juga September, disebut ku-gatsu, bukan kyu-gatsu,"

"Benar," Mamoru tersenyum kecil. "Berarti untuk penyebutan nama bulan kuanggap tak ada masalah. Sekarang kita masuk ke materi penyebutan hari, lalu setelah itu penyebutan tanggal, OK?"

Chihaya dan Mamoru terus membahas materi pelajaran dengan serius. Ternyata, penyebutan hari dalam bahasa Jepang juga sama dengan bahasa Inggris, yaitu dimulai dari hari Minggu. Selain itu terdapat cara penyebutan khusus dalam penyebutan tanggal 1 hingga 10, 20, 24, dan 29 dalam bahasa Jepang.

Di sela-sela materi, Mamoru juga mengajari cara menulis huruf kanji nama-nama hari dalam bahasa Jepang. Ia juga memberi beberapa soal untuk dikerjakan. 

Chihaya selesai mengerjakan soal-soal tersebut dalam waktu 15 menit. Saat menyerahkannya pada Mamoru, Mamoru memeriksanya sebentar. Ia manggut-manggut.

"Dari 10 soal, kamu hanya salah dua. Kerja bagus, Haya-chan. Pelajari lagi,ya,materi ini,"

Chihaya tersenyum. "Terima kasih,Senpai,"

****

Satu setengah jam kemudian, Mamoru dan Chihaya selesai belajar. Mereka lalu menyalakan TV dan menonton kartun Tom and Jerry. Sesekali, mereka tertawa saat melihat adegan lucu di kartun tersebut.

"Senpai,"

"Hm?"

"Apa Tata-kun di rumah juga belajar bahasa Jepang sepertiku?"

Mamoru mengangguk. "Ya, aku dan Haruki-niisan yang mengajarinya di waktu senggang,"

"Apa dia sekarang sudah menguasainya?"

"Hm...lumayan,"

Chihaya manggut-manggut.

"Haya-chan, kamu masih ingat waktu kecil dulu? Aku dan kedua kakakku kadang suka menginap di rumahmu,"

"Ah, ingat, ingat!" sahut Chihaya. "Waktu itu kita masih SD,kan? Setiap liburan, Senpai, Haruki-niisan, dan Haruko-neesan menginap di rumahku. Setiap malam sebelum tidur kita berempat selalu menonton film horor. Aku ingat waktu itu Haruko-neesan yang paling penakut. Film belum selesai, dia malah memilih tidur duluan. Hahahaha,"

Mamoru tertawa. "Iya,iya. Kamu benar. Dia memang tidak suka film horor,"

"Seru sekali ya, waktu itu," kata Chihaya.

Mamoru dan Chihaya meminum air dalam diam, terhanyut dalam pikiran masing-masing.

"Ada hal yang ingin kutanyakan pada Senpai," Chihaya tiba-tiba berbicara. Air minum di botolnya sudah habis.

Mamoru yang sedang meminum air menatapnya penasaran. 

"Kenapa..." Chihaya terdiam sesaat, seolah merasa berat untuk melanjutkan perkataannya. Namun akhirnya ia tetap mengatakan pertanyaan yang selama ini ingin ia tanyakan kepada kakak kelas dan teman masa kecilnya itu.

"Kenapa waktu itu Senpai menghilang?"

Mamoru hampir tersedak mendengar pertanyaan itu.

"Senpai terlambat datang ke pesta ulang tahunku, lalu setelah memberi hadiah besoknya Senpai dan keluarga Senpai menghilang begitu saja tanpa kabar," kata Chihaya. Ada rasa sesak saat ia menanyakan hal itu.

"Kenapa tidak berpamitan padaku dan keluargaku saat itu? Lalu aku bertemu Senpai di sekolah, mengetahui Senpai juga berada di sini...Aku senang karena Senpai masih mengingat dan mengenalku, tapi aku masih merasa sedikit...aneh,"

Mamoru meletakkan botolnya. Ia menelan ludah ketika memandang wajah Chihaya yang kini terlihat serius.

"Aku minta maaf soal waktu itu..." ucap Mamoru pelan. "Aku sebenarnya merasa sedih dan menyesal karena tak sempat berpamitan denganmu. Hanya Mama yang sempat berpamitan pada Bibi Amaya dan Paman Shin. Aku tahu permintaan maafku ini terlambat..."

Chihaya menggeleng. "Tidak apa, Senpai. Sebenarnya aku sudah dengar dari Okaa-san. Menurut Okaa-san, keluarga Senpai sedang banyak masalah waktu itu..."

Mamoru mengangguk. "Iya, waktu itu Kakek tiba-tiba meninggal. Mama mengajak kami bertiga pindah ke Jepang, mengikuti Papa. Kami menetap di Tokyo hingga aku lulus SMP. Namun..." Mamoru jeda sejenak. "...Karena suatu masalah, Mama memutuskan berpisah dengan Papa dan membawa kami kembali ke Indonesia,"

Chihaya diam, masih tetap menyimak.

"Sebenarnya...aku pernah mencoba mengirimimu kartu pos saat masih di Tokyo," ungkap Mamoru, yang membuat Chihaya terperangah. "Aku ingin sekali menghubungimu, tapi aku tak punya nomor telepon atau alamat surelmu saat itu. Aku ingin memberi kabar padamu dan keluargamu..."

"Eh?" Chihaya terkejut.

"Aku dua kali mengirim kartu pos, tapi tak pernah ada balasan," cerita Mamoru. "Aku sudah coba mengecek ke kantor pos. Sebenarnya, aku mendapat informasi kalau kartu pos itu sudah sampai di alamatmu di Surabaya...tapi, aku tak sempat mengetahui apa yang terjadi setelahnya karena disibukkan dengan masalah keluargaku. Aku bahkan tak pernah menerima balasannya,"

"Jadi begitu?" Chihaya menatap Mamoru tak percaya, sekaligus merasa bersalah. Ia tak pernah tahu kalau Mamoru selama ini juga berusaha menghubunginya.

"Sepertinya ini juga salahku. Sebelum pindah aku dan orangtuaku tidak mengecek surat-surat di dalam kotak pos. Aku juga minta maaf, aku tidak pernah tahu kalau Senpai pernah mengirim kartu pos..."

"Sudahlah," Mamoru tersenyum sambil merangkul bahu Chihaya. "Yang sudah berlalu tidak usah dibahas lagi. Yang terpenting sekarang aku senang karena bisa bertemu lagi denganmu,"

Chihaya tersenyum tipis.

"Oh ya, Haya-chan. Mau menemaniku pergi ke luar?"

"Ke mana?" tanya Chihaya. Ia mematikan TV.

"Kita jalan-jalan, sekalian makan malam. Daripada kau sendirian di rumah, lebih baik kau menemaniku," jawab Mamoru.

"Lho? Aku tidak tahu kalau Senpai sekalian mau mengajakku hang-out,"

"Sudah, kamu ganti pakaian dulu,sana! Aku tunggu di ruang tamu,ya!" Mamoru memberi perintah sambil mengambil Azami yang tergeletak di sofa dan menyerahkannya pada Chihaya.

"Eh, kita pergi berdua saja?"

Mamoru menggeleng. "Tidak. Aku mau menelpon anak-anak lain supaya mereka ikut juga,biar ramai,"

Chihaya mengangguk. Mereka lalu membereskan sampah bekas makanan di meja. Setelah membuang sampah ke tempat sampah, Chihaya langsung masuk ke kamarnya.

Mamoru menunggu di ruang tamu sambil menelpon beberapa orang secara bergantian. Ryuto, Raiji, Asa, Nozomi, Yuji, Takeru, Ouka, dan Hatsuko. Bahkan murid yang jarang hadir di kegiatan klub seperti Yutaro pun bersedia ikut kumpul-kumpul. Mereka sepakat bertemu di restoran bakso Ah Kung di dalam kawasan mal di Cibubur.

Tak lama kemudian Chihaya keluar dari kamar dan berjalan ke ruang tamu. Ia berdiri di hadapan Mamoru.

"Bagaimana penampilanku?"

Ia memakai kemeja lengan panjang warna abu-abu muda, rok abu-abu tua, serta stocking hitam. Ia memakai tas silang kecil berwarna biru. Chihaya juga tak memakai riasan wajah yang norak dan berlebihan. Hanya polesan bedak yang tidak terlalu tebal dan pelembab bibir.

Mamoru tersenyum ketika melihat penampilan Chihaya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Cantik," pujinya.

Chihaya tersipu mendengar pujian Mamoru.

"Ayo," ajak Mamoru seraya mengelus pelan kepala Chihaya, lalu menggandeng tangan gadis itu keluar rumah. Chihaya mengambil jaketnya,dan memakai sepatu kets berwarna putih. Tak lupa ia mengunci pintu rumah.

Mamoru mempersilahkan Chihaya masuk terlebih dahulu ke dalam mobil Toyota Raize silver miliknya. Setelah itu baru ia masuk dan duduk di kursi pengemudi seraya menyalakan mesinnya. Mereka pun tak lupa memasang sabuk pengalaman.

"Sugoii~ aku tidak tahu kalau Senpai bisa menyetir," seru Chihaya kagum, saat mobil yang dikendarai Mamoru sudah melaju di jalan raya yang padat. "Harusnya aku sudah tahu ketika Senpai datang ke rumah dengan mobil tadi,"

Mamoru tersenyum. "Ini berkat ajaran Haruki-niisan, sih,"

"Hm,"

Chihaya tadi sudah mengirim pesan kepada ibunya, mengabarkan kalau ia pergi makan-makan dengan Mamoru dan teman-temannya. Ibunya mengizinkan, asal dia tidak pulang terlalu larut.

"Apa Senpai nanti juga akan mengantarku pulang?"

"Tentu," angguk Mamoru. 

****

Mobil yang dikendarai Mamoru sampai di tempat parkir salah satu mal di Cibubur, yang menjadi tujuan mereka. Keluar dari parkiran mereka bergegas masuk ke dalam mal dan langsung menuju ke kawasan restoran bakso yang menjadi titik bertemu.

Di sebuah meja panjang, pengurus klub Kurotake lainnya sudah menunggu. Mamoru bergegas menghampiri mereka begitu ia melihat Ryuto yang melambaikan tangannya.

Ryuto dan Raiji menggoda-goda Mamoru yang datang bersama Chihaya. Mamoru membalas mereka dengan menjulurkan lidahnya. Sementara Asa menyerahkan daftar menu pada Mamoru dan Chihaya. Ia dan anak-anak yang lain sudah memesan makanan lebih dulu dan sedang menunggu pesanan jadi.

Mamoru dan Chihaya langsung melihat menu sambil memikirkan apa yang ingin mereka pesan. Setelah Mamoru dan Chihaya memutuskan makanan yang ingin mereka pesan, mereka langsung memanggil pelayan. Seorang pelayan laki-laki mencatat pesanan mereka, lalu meninggalkan meja mereka sambil membawa daftar menu.

"Harusnya Mamoru-senpai yang mentraktir kita,nih. Kan baru jadian dengan Chihaya," goda Hatsuko. Gadis yang berprofesi sebagai idol itu memakai kaos putih polos lengan panjang dengan rompi terusan warna biru benhur. Rambutnya dikuncir model low pigtail, mirip karakter Kurumi Tokisaki dari anime Date A Live.

"Waduh, bayar sendiri-sendiri, lah. Kebiasaan pada minta traktiran," kata Mamoru sambil tertawa.

"Bercanda, Senpai," sahut Asa. Ia duduk di sebelah kiri Hatsuko, sementara Yutarou duduk di sebelah kanannya.

"Ngomong-ngomong, Yukio, Akemi, dan Izumi tidak datang,ya?"

Yutarou menggeleng. "Akemi-senpai dan Izumi-senpai sedang ada acara keluarga. Kalau Yukio...dia bilang dia malas datang karena takut kita meminta dia mentraktir kita,"

"Aku juga kasihan pada Yukio. Setiap kita ada acara makan-makan, dia terus yang mentraktir kita," kata Nozomi.

"Dia memang donatur Kurotake, tapi tidak baik memerasnya terus," kata Yuji.

Obrolan mereka terhenti sesaat saat pesanan mereka datang. Setelah semua makanan tersaji di atas meja lengkap dengan minuman, anak-anak anggota Klub Kurotake itu melanjutkan obrolan mereka sambil menyantap makanan mereka.

***

Keterangan :

*Sugoi = keren

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Jalan Tuhan
510      357     3     
Short Story
Percayalah kalau Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita jejaki. Aku Fiona Darmawan, biasa dipanggil fia, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkemuka. Dan dia, lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan atletis adalah Ray, pacar yang terkadang menjengkelkan, dia selalu menyuruhku untuk menonton dirinya bermain futsal padahal dia tahu, aku sangat tidak suka menonton sepak bola ata...
Bifurkasi Rasa
95      82     0     
Romance
Bifurkasi Rasa Tentang rasa yang terbagi dua Tentang luka yang pilu Tentang senyum penyembuh Dan Tentang rasa sesal yang tak akan pernah bisa mengembalikan waktu seperti sedia kala Aku tahu, menyesal tak akan pernah mengubah waktu. Namun biarlah rasa sesal ini tetap ada, agar aku bisa merasakan kehadiranmu yang telah pergi. --Nara "Kalau suatu saat ada yang bisa mencintai kamu sedal...
Her Glamour Heels
498      343     3     
Short Story
Apa yang akan kalian fikirkan bila mendengar kata heels dan berlian?. Pasti di khayalan kalian akan tergambar sebuah sepatu hak tinggi mewah dengan harga selangit. Itu pasti,tetapi bagiku,yang terfikirkan adalah DIA. READ THIS NOWWW!!!!
PATANGGA
710      493     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
Unexpected You
405      292     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
JAR OF MEMORIES
567      382     1     
Short Story
and story about us a lot like a tragedy now
Last Hour of Spring
1459      761     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
Awal Akhir
685      432     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Shut Up, I'm a Princess
725      484     1     
Romance
Sesuai namanya, Putri hidup seperti seorang Putri. Sempurna adalah kata yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Putri. Hidup bergelimang harta, pacar ganteng luar biasa, dan hangout bareng teman sosialita. Sayangnya Putri tidak punya perangai yang baik. Seseorang harus mengajarinya tata krama dan bagaimana cara untuk tidak menyakiti orang lain. Hanya ada satu orang yang bisa melakukannya...
The Red Haired Beauty
449      306     1     
Short Story
Nate Nilton a normal senior highschool boy but when he saw a certain red haired teenager his life changed