Read More >>"> KUROTAKE (Chapter 10 : Apakah Kau Melihat Mentari Senja?) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - KUROTAKE
MENU
About Us  

Saat jam istirahat, Chihaya makan bekal bersama ketiga sahabatnya di kelas. 

Ingatan Chihaya tentang kejadian di mana tubuhnya ditangkap oleh Mamoru kemarin kembali terbayang di benaknya. Belum lagi, ejekan dari Ryuto dan Raiji yang salah paham ketika melihat Chihaya digendong oleh Mamoru layaknya pengantin. Chihaya kembali terbayang wajah Mamoru yang berada sedekat itu dengannya, deru napasnya, tatapan mereka ketika berdekatan...

Astaga! Apa yang kupikirkan!

Chihaya memejamkan matanya, mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran aneh tentang kejadian bersih-bersih itu.

"Ada apa, Chihaya?" tanya Takeru yang menyadari gelagat aneh Chihaya.

Chihaya menggelengkan kepala, mengulas senyum agar ketiga sahabatnya itu tak curiga. "Oh, tidak,aku tidak apa-apa,kok,"

"Chihaya beruntung sekali ya, jadi pacar ketua klub," komentar Shizuka yang tiba-tiba duduk bergabung bersama mereka. "Selalu dijemput ke kelas saat pulang sekolah, pulang sekolah bersama, dilindungi..."

Chihaya tersenyum canggung mendengar kata-kata Shizuka.

"Setiap pulang sekolah dia pasti mengajakmu kencan, kan?" tanya Kanade yang tiba-tiba ikut nimbrung.

Pertanyaan itu membuat Chihaya terkejut setengah mati. Dengan wajah memerah ia menjawab, "Ya...begitulah,"

Padahal sebenarnya ia lebih sering pergi ke beberapa tempat untuk les privat bahasa Jepang bersama Mamoru alih-alih kencan.

"Kau dan Mamoru-senpai jadi pembicaraan satu sekolah, lho, sejak foto kalian menyebar di akun gosip," lanjut Kanade.

Chihaya tidak menjawab. Teman-teman sekelasnya tidak tahu kalau hubungan yang ia jalani dengan Mamoru hanyalah pura-pura. Mamoru hanya memanfaatkan posisi Chihaya sebagai orang yang dekat dengannya, menjadikannya 'pacar' dengan tujuan untuk melindungi Chihaya. Tapi yang lebih penting, ia juga melakukannya agar para gadis di sekolah berhenti mengejar dan mengharapkannya. 

Entah kapan, atau bagaimana kesepakatan itu akan berakhir.

"Tapi, menurut yang kulihat, Mamoru-senpai sepertinya orang yang baik,ya," ucap Shizuka. "Kurasa dia orang yang tepat untukmu, Chihaya,"

Percakapan mereka terhenti saat bel masuk berbunyi. Chihaya dan teman-temannya pun kembali ke bangku mereka masing-masing dan menyiapkan pelajaran selanjutnya.

****

Sudah dua minggu sejak Chihaya dan teman-temannya bergabung di Klub Kurotake. Klub tersebut mengadakan kegiatan klub secara rutin setiap hari Selasa sepulang sekolah.

Kegiatan klub kali ini adalah menggambar manga. Begitu kelas berakhir, Chihaya kembali dijemput oleh Mamoru. Mereka berdua pun berjalan ke ruang Klub Kurotake.

Sambil berjalan Chihaya melihat beberapa murid yang lagi-lagi menatapnya. Ada beberapa di antara mereka yang berbisik-bisik.

"Jangan dengarkan mereka," kata Mamoru sambil memandang Chihaya. Chihaya pun menurut.

"Ngomong-ngomong, jaketmu bagus," puji Mamoru sambil memandang jaket bitu gelap yang dipakai Chihaya hari itu.

Chihaya memandangi jaket yang dikenakannya. "Te-terima kasih, Senpai,"

"Jaket itu cocok denganmu,"

"Benarkah?" tanya Chihaya. Mamoru mengangguk.

"Ngomong-ngomong aku minta maaf soal kemarin. Aku sudah membohongimu,"

Chihaya menggeleng. "Tak usah dibahas lagi, Senpai. Senpai, kan, tetap jadi makan denganku sebelum bersih-bersih kemarin,"

Mamoru tidak pernah bicara apa-apa lagi soal kejadian kebakaran lemari kaca di ruang klub. Hal tersebut tentu saja meninggalkan pertanyaan dan misteri, tapi sepertinya pelakunya sudah dalam genggaman mereka, apalagi dengan pengaruh Yukio yang menduduki jabatan penting di sekolah. Para pengurus juga sepertinya memilih untuk tidak membahasnya dan melakukan kegiatan seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

Mereka sampai di depan ruang klub Kurotake. Begitu membuka pintu ruang klub dan masuk ke dalam, ternyata sudah ada orang.

"Selamat datang, Chihaya!" sambut Ryuto.

"Wah, wah, lihat siapa yang bersamanya," goda Ouka begitu melihat Mamoru di samping Chihaya. Mendengar hal itu, Chihaya memalingkan wajahnya yang mulai memerah.

"Hei, anak baru. Kau tahu, kegiatan klub hari ini apa?" tanya Yukio dengan nada menyebalkan.

Chihaya menoleh, menjawab pertanyaan Yukio dan berusaha tidak terganggu dengan sikap menyebalkannya. "Tahu, menggambar manga kan?"

Raiji berpura-pura terkejut. "Wah, kok kamu tahu?"

Ryuto tertawa. "Tentu saja dia sudah tahu, kan ada Senpai tercinta yang memberitahunya,"

"Notice me, Senpai," goda Ouka, yang langsung membuat Ryuto dan Raiji tertawa.

"Tidak usah terlalu menanggapi mereka," kata Mamoru. "Sudah membawa kertas sesuai instruksi di grup chat?"

Chihaya menjawab dengan anggukan. Ia ingat, semalam Mamoru mengirim pesan di grup LINE yang memberitahu seluruh anggota kelas 10 untuk membawa kertas manga.

"Hei, Chihaya. Bagaimana rasanya menjadi pacar seorang Mamoru Azai?" tanya Ryuto. "Kalian sudah melakukan apa saja?"

"Apa yang kau bicarakan, Ryuto?" kata Mamoru. Tangannya merangkul Chihaya. Chihaya hanya bisa terdiam.

"Ya ampun, Mamoru. Aku hanya bertanya padanya. Kau galak sekali. Menakutkan, tahu!"

"Memangnya itu penting?"

"Seharusnya kita yang bertanya pada dia, sih. Dia sudah melakukan apa saja dengan para 'selir' nya," sindir Yukio. "Bukankah begitu, Ryuto the Harem King?"

"Berisik, dasar cowok nolep!" balas Ryuto yang tak terima dengan ucapan Yukio. Ouka dan Raiji tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

Raiji berhenti tertawa saat melihat ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia memeriksanya sebentar.

"Oh ya, Mamoru. Akemi baru saja mengirim pesan padaku. Katanya dia dan Izumi tidak masuk klub hari ini,"

"Eh? Kenapa?" tanya Ouka.

"Entahlah, mereka tidak memberitahu alasannya," jawab Raiji.

Saat mereka sedang asyik berbicara, terdengar pintu ruang klub diketuk.

"Masuk," kata Mamoru.

Pintu klub pun terbuka. Terlihat Sachi, Yuji, dan Takeru masuk ke dalam ruang klub.

"Yo, Yuji," sapa Mamoru begitu melihat Yuji.

Tak berapa lama, anggota kelas 10 dan pengurus Kurotake yang lain juga menyusul masuk ke dalam ruang klub.

Kegiatan klub pun dimulai. Mamoru mengenalkan Yukio pada anggota kelas 10. Ia beralibi kalau Yukio baru bisa hadir di pertemuan klub karena jadwal les privatnya bertabrakan dengan hari kegiatan klub, dan bulan ini jadwalnya baru berubah.

Yukio pun memperkenalkan diri. Entah kenapa, kali ini lelaki itu bersikap sedikit lebih ramah.

Semua anggota klub mengeluarkan kertas manga yang mereka bawa. Seperti perkataan Mamoru saat acara bersih-bersih ruang klub kemarin, hari itu Ouka dan Mamoru akan mengajarkan tentang bagaimana caranya menggambar manga kepada anggota kelas 10.

Pertama-tama ia membuat garis horizontal dengan pensil secara halus,lalu membuat garis vertikal yang memotong garis vertikal. Garis vertikal ukurannya lebih pendek,sementara garis horizontal lebih panjang. Setelah itu ia mulai menggambar mata karakter,hingga akhirnya wajah,hidung,bibir,dan terakhir rambutnya.

Chihaya dan murid-murid perempuan mengerumuni Ouka,dan perlahan menirukan caranya menggambar. Raiji dan Hatsuko dengan mudahnya meniru gambar.

"Waktu aku SD dulu aku pernah ikut les menggambar mangaAku lumayan ingat beberapa caranya. Cuma karena aku sudah lama tidak menggambar, ya gerakan tanganku saat menggambar sudah tidak luwes lagi seperti dulu," kata Hatsuko.

Sementara itu Mamoru bergabung bersama pengurus yang lain. Gerakan tangan Mamoru begitu luwes saat ia menggambar seorang perempuan dengan mata yang besar. Ia berkeliling,mengamati adik-adik kelasnya yang sedang mencoba menggambar.

Chihaya pun mencoba menirukan gambar yang dicontohkan Mamoru. Hasilnya tidak begitu bagus. Walau Chihaya mencobanya lagi,tetap saja gambarnya tidak bisa sebagus gambar milik Mamoru atau Ouka. Tapi tidak terlalu buruk juga.

Setelah mencoba menggambar, Chihaya dan teman-temannya dibebaskan untuk menggambar karakter anime yang mereka sukai untuk dipajang di ruang klub.

"Kamu menggambar apa?" tanya Mamoru saat mendekati meja Chihaya.

Chihaya menoleh seraya menunjukkan gambarnya. "Akagi. Dari Kantai Collection,"

Mamoru lalu mengambil kertas bergambar karakter Akagi dari tangan Chihaya dan melihatnya. Ia tersenyum pada Chihaya seraya mengangguk,lalu mengembalikan kertasnya.

"Hei," Mamoru mendekatkan bibirnya ke telinga Chihaya,berbisik. "Nanti pulang sekolah, setelah kegiatan ini selesai, mau ikut denganku ke suatu tempat?"

Chihaya merinding. Dadanya berdebar saat mendengar suara rendah Mamoru dan jarak mereka yang begitu dekat.

"Eh? Hmm,OK." Chihaya menyetujuinya.

Ouka pura-pura batuk sambil melirik Chihaya, tapi Chihaya berlagak cuek. Sementara Mamoru juga sudah berpaling ke meja lain sambil bercanda dengan Yukio.

****

Pukul 5 sore, kegiatan Klub Kurotake berakhir. Mamoru pun mengumpulkan gambar dari anak-anak kelas 10 dan menyimpannya di dalam salah satu lemari di ruang klub. Mereka baru akan memajangnya minggu depan karena Mamoru belum sempat melihat semua gambar itu.

Mamoru keluar dari sekolah sambil menggandeng tangan Chihaya. Sepasang remaja itu ke sebuah tempat yang tak jauh dari sekolah. 

Ternyata Mamoru mengajaknya ke tepian sungai yang terletak di belakang sekolah. Sesampainya di sana, ia duduk di atas rerumputan. Ia menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya mengisyaratkan Chihaya untuk duduk.
Chihaya menurut.

Dari tempat itu mereka duduk, menyaksikan pemandangan senja yang terlukis di depan mata mereka. Matahari sudah bergerak ke ufuk barat, sinarnya terasa begitu hangat. Tempat itu begitu sejuk karena di sekitarnya ditumbuhi oleh pohon-pohon. Untuk sesaat, mereka menikmati pemandangan indah itu.

"Ini tempat favoritku," tutur Mamoru. "Aku suka datang ke sini setiap sore setelah kegiatan klub. Biasanya aku duduk di sini sambil membaca novel atau manga, atau sambil mendengar musik." Mamoru berkata sambil mendongak menatap langit.

Chihaya manggut-manggut, menyimak penjelasan pemuda berambut ikal itu.

"Sebenarnya...ini pertama kalinya aku mengajak seseorang ke sini,"

"Hm?" Chihaya mengangkat salah satu alisnya. Otaknya mulai berpikir. Mamoru mengajak seorang gadis seperti Chihaya ke tempat favoritnya, dan ia mengatakan kalau Chihaya adalah orang pertama yang ia ajak ke sana.

Mungkinkah...

Angin perlahan berhembus, meniup daun-daun kecokelatan dari pepohonan. Menciptakan kesan seperti musim gugur di luar negeri. Rambut mereka ikut bergerak mengikuti arah angin.  

"Chihaya..."

"Senpai..."

Hembusan angin berhenti. Mereka saling berpandangan. Untuk kedua kalinya, mereka saling memanggil satu sama lain dalam waktu bersamaan.

Hening sesaat. Mamoru berdeham, lalu berkata,
"Ini pertama kalinya sejak lama, aku bisa mengucapkan namamu dengan baik ya. Dulu, saat kecil aku kesulitan mengucap namamu. Selain itu panggilan Chi-chan sudah terlalu mainstream. Karena itu aku memanggilmu Haya-chan,"

"Aku masih ingat,kok, waktu Senpai menawarkan untuk memanggilku Haya-chan,aku langsung setuju," balas Chihaya. "Ngomong-ngomong, aku baru menyadari sesuatu. Tempat ini mengingatkanku dengan sungai Kalimas di Surabaya. Dulu kita sering melewatinya saat pulang sekolah,"

Mamoru tersenyum. "Kau benar. Jadi kangen masa kecil dulu,ya,"

Chihaya mengangguk. "Banyak sekali kenangan yang tak bisa aku lupakan. Dulu kita suka jajan permen kapas yang dijual di depan sekolah,kan? Kita juga pernah berjalan di jembatan gantung dan menghanyutkan perahu kertas di sungai, Senpai ingat?"

"Ah,benar-benar! Hebat juga kau masih mengingatnya!"

Mamoru dan Chihaya pun bernostalgia, bertukar cerita memori masa kecil mereka.

Diam-diam ada rasa nyaman saat Mamoru mengobrol dengan Chihaya. Sejak mereka bertemu kembali dan berada di klub yang sama, entah kenapa Mamoru senang setiap kali bertemu dengan teman masa kecilnya itu. Ia pun merasa senang setiap kali Chihaya berada di dekatnya.

Itulah alasan Mamoru mengajak Chihaya ke ruang klub saat bersih-bersih kemarin.

Walau saat ini mereka pura-pura menjadi pasangan kekasih, namun entah mengapa Mamoru tak ingin berpisah dari Chihaya atau kehilangannya lagi. Ia juga tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada gadis itu. Entah apa alasannya, tapi perasaan semacam itulah yang dirasakan pemuda yang menjabat sebagai ketua Klub Kurotake itu.

"Senpai?"

Lamunan Mamoru terpecah saat mendengar Chihaya memanggilnya.

"Ada apa?" tanya Chihaya sambil menatap Mamoru.

Mamoru menggeleng. "Bukan apa-apa. Pulang, yuk. Sudah hampir malam,"

Chihaya heran melihat gelagat Mamoru yang aneh, tapi ia mengiyakan ajakan Mamoru. Pemuda itu bangkit terlebih dahulu, disusul Chihaya yang kemudian berjalan di sampingnya.

Kedua remaja itu berjalan meninggalkan tepi sungai untuk pulang ke rumah.

****

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Triangle of feeling
427      300     0     
Short Story
Triangle of feeling sebuah cerpen yang berisi tentangperjuangan Rheac untuk mrwujudkan mimpinya.
Secret’s
3519      1163     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
Awal Akhir
664      414     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
It Takes Two to Tango
418      305     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Mengejar Cinta Amanda
1292      882     0     
Romance
Amanda, gadis yang masih bersekolah di SMA Garuda yang merupakan anak dari seorang ayah yang berprofesi sebagai karyawan pabrik dan mempunyai ibu yang merupakan seorang penjual asinan buah. Semasa bersekolah memang kerap dibully oleh teman-teman yang tidak menyukai dirinya. Namun, Amanda mempunyai sahabat yang selalu membela dirinya yang bernama Lina. Selang beberapa lama, lalu kedatangan seora...
ALIF
1182      555     1     
Romance
Yang paling pertama menegakkan diri diatas ketidakadilan
Waktu Awan dan Rembulan
3906      2091     16     
Romance
WADR
Rekal Rara
8428      3120     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. â–Şâ–Şâ–Ş Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
KATAK : The Legend of Frog
380      306     2     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
Just a Cosmological Things
804      449     2     
Romance
Tentang mereka yang bersahabat, tentang dia yang jatuh hati pada sahabatnya sendiri, dan tentang dia yang patah hati karena sahabatnya. "Karena jatuh cinta tidak hanya butuh aku dan kamu. Semesta harus ikut mendukung"- Caramello tyra. "But, it just a cosmological things" - Reno Dhimas White.