"Lun! Aluna!" panggil Saka pada gadis itu.
"Ah- iya sayang!" jawab Aluna refleks, dia langsung malu dan menutupi mulutnya dengan kedua tangan. Sadar bahwa perkataannya itu membuatnya malu setengah mati. Dia memalingkan wajahnya dari Saka yang saat ini sedang berjalan mendekatinya.
'Aluna kenapa dengan mulut kamu ini?' umpatnya dalam hati.
Mendengar kata sayang meluncur dari bibir Aluna dan jelas ditujukan untuknya, hati Saka senang. Dilihat dari bagaimana dia tersenyum lebar sampai menunjukkan satu lesung di pipinya.
"Co-cogil, ma-maaf..aku.. a-aku.." kata Aluna terbata-bata. Dia benar-benar malu pada dirinya sendiri.
"Tidak apa-apa, panggil sayang juga boleh," sahut Saka sambil tersenyum.
"Ka-kamu ngejek aku ya?" Aluna malu merasa diejek oleh Saka karena kata sayang yang terucap begitu saja dari bibirnya.
"Kita kan pacaran, biasanya orang pacaran kan manggilnya sayang," celetuk Saka tidak merasa keberatan dengan panggilan sayang itu. Dia bahkan menyebut mereka pacaran. Aluna tercekat mendengar ucapan Saka itu.
"Hey! Kamu sebenarnya siapa sih? kamu bukan si cogil kan? Apa kamu setan yang menjelma jadi cogil? Atau kamu kesurupan?" tuduh Aluna pada pria tampan yang ada didepannya itu. Pria yang sudah membuatnya salah tingkah.
Aluna merasa semuanya seperti mimpi, sikap dan kata-kata yang menggelikan itu tidak mungkin keluar dari seorang Saka yang dijuluki cogil. Aluna juga tidak percaya kalau Saka akan mengatakan bahwa mereka pacaran. Menyatakan cinta saja belum.
"Aku pasti bermimpi, tidak mungkin cogil Saka bilang aku pacarnya! Nggak mungkin dia suka aku!" teriak Aluna panik sendiri.
Di sisi lain, Saka tersenyum sambil menahan tawa melihat tingkah gadis itu yang sedang panik sendiri. Tiba-tiba saja bibir Saka mengecup pipi Aluna, langsung saja bom di hati Aluna meledak-ledak. Dia sungguh tidak menduga bahwa pemuda ini akan mencium pipinya.
Aluna sontak saja memegang pipinya yang baru saja mendapatkan kecupan manis dari Saka. Matanya tidak berkedip cukup lama. Sentuhan itu terasa nyata di pipinya, apa ini bukan mimpi?
"Aku suka kamu Aluna, ayo kita pacaran," ucap Saka sambil tersenyum manis pada Aluna.
Dentuman jantung Aluna berdetak begitu kencang dari biasanya dan dunianya seakan berhenti saat ini. Matanya terbuka lebar menatap pria yang baru saja menyatakan cintanya itu. Aluna terdiam, tapi atensinya tertuju kepada Saka dengan dalam. Dia menelan salivanya kasar.
'Dia kok jadi lembut. Bilangnya aku kamu'
'Ya Allah, mimpi macam apa ini? Kalau ini mimpi jangan bangunkan aku!' kata gadis itu dalam hatinya.
Melihat Aluna yang masih syok karena pernyataan cintanya yang tiba-tiba. Kelvin memutuskan membawanya untuk menenangkan diri sambil menikmati minuman hangat dan cemilan kecil. Mereka berdua duduk di kursi dan mengobrol disana, meskipun Aluna tampak belum nyaman dan merasa canggung. Bahkan beberapa kali dia menghindar dari Saka yang berusaha untuk mendekatinya.
"Udah nggak syok lagi? Apa hati sama jantung kamu baik-baik saja?" goda Saka pada gadis yang saat ini pipinya sedang memerah.
"Ka-kamu jangan godain aku terus cogil!" decak Aluna sebal.
"Habisnya kamu lucu, teriak-teriak gitu tadi bilang kalau ini mimpi. Aku hanya menyadarkan kamu aja, nggak disangka kamu akan se-syok ini," ucap Saka sambil menyeruput kopi susu hangat yang dibelinya disalah satu kedai di pasar malam itu.
"Aku kira aku ngomong itu di dalam hati, ternyata kedengaran keluar. Udah ah malu jangan bahas itu lagi!" seru Aluna dengan bibir monyong dan wajah cemberut karena malu.
"Jadi kamu suka aku atau enggak?" tanya Saka langsung pada intinya, bahkan dia tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Aluna.
"Nggak."
Saka terperangan mendengar jawaban penolakan dari bibir Aluna, dia tidak mempercayainya begitu saja. "Masa sih?Aku yakin kamu suka sama aku-"
"Aku suka!" jawab Aluna cepat dan menyela perkataan Saka yang belum selesai. Saka langsung bergeming saat mendengarnya dan kali ini giliran dia yang merasa syok.
"Aku suka, makanya aku nggak bisa nolak kamu...itu maksudnya," cicit Aluna pelan dan menjelaskannya lagi. Sekarang, barulah Saka bisa memahami perkataan gadis itu. Dan ternyata dia tidak menolak perasaannya.
"Jadi...kamu mau pacaran sama aku kan?" tanya Saka tegas disertai dengan tatapannya yang begitu Intens terhadap Aluna. Tatapan yang menyerahkan harapan besar, bisa berpacaran dengan gadis yang dia sukai. Walaupun sebelumnya gadis ini selalu bertengkar dengannya setiap hari.
"Tapi, bukannya kamu lebih memilih pacaran sama zombie ya daripada pacaran sama aku? " Bukannya menjawab pertanyaan dari Saka, Aluna malah membahas masa lalu.
Sial, mengingat apa yang dikatakannya dulu kepada teman-temannya. Saka menjadi merasa malu, dia menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal.
"Itu cuma bercanda, aku nggak serius saat ngomong sama temen-temen aku. Lagian waktu itu, hubungan kita nggak sebaik dan sedekat ini," tutur Saka menjelaskan dirinya yang dulu. Aluna pun paham, dia mengangguk-anggukan kepalanya.
"Terus...kamu suka aku dari kapan?" tanya Aluna penasaran.
"Kalau aku bilang dari awal, apa kamu percaya? A-aku sebenarnya udah suka kamu dari dulu. Cuma-"
"Cuma ketutup gengsi?" tanya Aluna sambil melihat Saka yang kali ini terlihat salah Tingkah karenanya. Hanya dengan tatapan Aluna saja, hati Saka berdebar hebat dan dia tidak bisa mengendalikan dirinya. Bahkan tadi dia refleks mencium Aluna.
"Iya, aku gengsi. So, kamu mau kan jadi pacar aku?" Saka kembali menanyakan pertanyaan yang sama untuk mengukuhkan hubungan mereka.
Kedua netra mereka bertemu pandang dengan dalam, suasana malam yang indah di pasar malam yang riuh tidak membuat kedua insan muda ini terganggu. Mereka tetap fokus pada atensi dan pembicaraan mereka. Seakan dunia memang milik mereka berdua.
"Aku mau."
Wajah Saka langsung berubah ceria, matanya berbinar-binar dan bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. "Serius? Kamu mau pacaran sama aku, tantrum?"
"Kamu pria ketiga yang cium pipi aku. Jadi, kamu harus tanggungjawab!" seru Aluna.
"Ketiga? Jadi sebelumnya kamu udah pernah ciuman sama cowok lain?" cecar Saka bertanya dengan terkejut.
"Iya, ada dua cowok yang udah cium pipi sebelumnya."
Saka tercengang. "Salah satunya pasti si Raka kan?" tuduh Saka dengan tangan mengepal kuat, dia bahkan membayangkan Raka mencium pipi Aluna.
"Astaghfirullah enggak! Dia nggak pernah cium aku!" sanggah Aluna.
"Terus, siapa dong cowok yang udah cium kamu? Siapa dua orang itu?" tanya Saka dengan mata menyirat amarah.
"Almarhum papa sama kak Alex."
Jawaban itu membuat hati Saka seketika menjadi lega, dia menghembuskan napasnya yang sedari tadi dia tahan. Saka pun tersenyum lega, karena apa yang dipikirkannya itu tidak benar.
"Maaf udah salah paham. Ja-jadi sekarang kita pacaran kan?" tanya Saka gugup. Padahal sebelumnya dia tidak pernah gugup seperti ini di depan Aluna.
"Iya, kayaknya gitu." Aluna menundukkan kepala dan menyembunyikan rasa gugupnya juga. Pipinya bersemu merah, bibirnya tersenyum tipis, terlihat cantik dan imut.
"Oh iya, bisa nggak...kamu tutup mata sebentar?" pinta Saka kepada gadis itu.
Sontak saja kedua mata alunan terbuka lebar mendengar permintaan Saka.
"Aku suruh kamu tutup mata,bukannya melotot," tukas Saka.
"Saka, kamu jangan macam-macam ya. Ini di tempat umum, kalau kamu berani cium aku lagi aku gampar kamu!" Ancam Aluna dengan galak.
"Ya elah, jangan suudzon gitu dong. Aku nggak akan macam-macam, please tutup mata aja bentar."
"Oke. Awas ya kalau kamu macam-macam." Setelah Aluna memperingati Saka untuk tidak macam-macam, gadis itu langsung menuruti Saka dengan menutup kedua kelopak matanya.
"Tunggu sebentar." Saka tersenyum melihat gadis itu sudah menutup matanya. Lalu pemuda itu pun mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah kotak berwarna berwarna biru bludru, lalu dia membuka kotak itu dan terlihatlah sebuah kalung dengan liontin berbentuk hello Kitty berwarna ungu.
"Cogil, udah belum?" tanya Aluna yang tak sabar untuk segera membuka matanya.
"Bentar, sabar!"
Saka menaruh kalung didalam kepalan telapak tangannya. Dia lalu mengepalkan tangannya didepan wajah Aluna.
"Kamu boleh buka mata."
Aluna membuka matanya perlahan-lahan, dia melihat tangan Saka yang mengepal ada didepan matanya. "Apa? Kamu mau nonjok aku?" tanyanya polos.
Kemudian, Saka membuka kepalan tangannya dan terlihatlah kalung berwarna putih dan liontin hello Kitty berwarna ungu itu menjuntai didepan mata Aluna. Cahaya permata ungunya berkilauan indah, memanjakan mata Aluna.
Matanya seakan terhipnotis melihat kalung hello Kitty itu, Aluna terpana tak berkedip. Sedangkan Saka, dia tersenyum melihat bagaimana reaksi Aluna. Dia senang dan bangga Aluna menyukainya. Pilihannya memang tidak salah dan kebetulan Aluna tidak memakai kalung.
"Bagus banget."
"Kamu suka?" tanya Saka.
"Cantik, suka," jawab Aluna jujur.
"Buat kamu, hadiah jadian kita."
Hati Aluna berdebar-debar lagi dibuatnya, dia sudah terbawa perasaan jauh oleh Saka. Baru saja ditembak, sekarang pemuda ini sudah memberikan hadiah. Tak pernah Aluna sangka, dia akan jadian dengan cowok yang dianggapnya rese di kelas.
"Ma-makasih."
"Aku pakein!" kata Saka dengan semangat. Dia segera memakaikan kalung itu pada leher Aluna dan gadis itu juga tidak protes, dia membiarkan Saka memakaikannya.
"Cantik, cocok." Saka memuji Aluna yang cantik dan cocok dengan memakai kalung itu. Aluna juga menyukainya.
Keduanya tersenyum bahagia, setelah mereka pun resmi jadian pada malam ini, tepat pada hari sebelum masuk sekolah semester dua keesokan harinya.
Setelah lumayan lama berkeliling di pasar malam. Saka dan Aluna berjalan pulang sambil menggandeng tangan boneka hello kitty bersamaan yang menjadi penghubung mereka. Ditangan Saka yang satunya lagi sibuk memegangi boneka kucing dan boneka kelinci.
"Jadi kita pacaran kan?" tanya Aluna lagi, dia masih merasa ini seperti mimpi.
"Kamu udah tanya itu berapa kali? Masih mau aku cium?" goda Saka kepada Aluna.
"Ja-jangan dong!" Aluna tersipu malu dengan Saka yang menggodanya.
Didalam perjalanan pulang dari pasar malam, ada tiga orang gadis yang melihat mereka dari belakang.
"Loh, itu kayak si Aluna...sama si Saka anak geng Black Phanter itu kan?" tanya Febby sambil melihat ke arah Saka dan Aluna yang sedang jalan bersama.
"Serius ?" tanya Dina yang juga penasaran dengan ucapan Febby.
"Mana?" Linda juga penasaran sambil melihat-lihat ke arah sekitar pasar malam itu. Mencari keberadaan Saka dan Aluna di sana.
"Itu!" Febby menunjuk ke arah Aluna dan Saka yang sedang berjalan didekat kincir ria. Kontan saja Dina dan Linda juga menoleh ke arah sana. Mereka tercengang melihat Aluna dan Saka yang terlihat dekat, berjalan bersama dan memegang tangan boneka hello Kitty.
"Oemji. Apa jangan-jangan mereka pacaran ya?" tebak Dina saat melihat Saka dan Aluna yang begitu dekat. Tampaknya kedua sahabatnya juga berpikiran sama. Mereka menebak-nebak, Saka dan Aluna mempunyai hubungan.
---***---
πππ