Tak terasa semester satu sudah berakhir, anak-anak SMA Galaksi akan segera memasuki semester dua. Sedangkan untuk kelas XII, mereka akan lebih fokus belajar untuk menghadapi ujian nasional pada semester dua kali ini. Alex dan juga anggota OSIS kelas 3 SMA Galaksi sudah Lengser dari jabatan mereka dan sekarang mereka digantikan oleh anak-anak kelas 2 dan kelas 1 yang mengikuti OSIS.
Libur telah tiba dan tanpa diketahui Aluna, Alex dan sahabatnya Rhea, masih bisa menyimpan rapat-rapat hubungan mereka. Mungkin hubungan ini bisa juga disebut dengan backstreet.
"Rhe, please...Sampai kapan kita harus Backstreet terus seperti ini? Udah 2 bulan kita sembunyi-sembunyi, apa kamu beneran nggak mau go publik?" tanya Alex yang terlihat kesal dengan Rhea. Selama ini Alex menyembunyikan hubungan mereka karena permintaan Rhea.
"Tapi aku masih malu kak."
"Kamu malu punya pacar kayak aku?" tanya Alex dengan wajah yang sedih.
"Bukan kayak gitu, aku cuma... cuma belum siap aja kalau semua orang tau," cicit Rhea.
"Kalau Aluna yang tau, gimana? Dia sahabat kamu dan adik aku, setidaknya dia harus tau duluan dong."
"Tapi Aluna-"
"Tau apaan? Aku harus tau apa?" Suara Aluna, sontak saja mengalihkan atensi Alex dan Rhea yang saat ini sedang berada didepan rumah Rhea.
Jantung Rhea berdegup kencang saat melihat keberadaan teman baiknya di sana. Matanya terbelalak, sedangkan Alex terlihat santai melihat keberadaan adiknya di sana. Malah Alex sengaja mengenggam tangan Rhea untuk menunjukkan hubungan mereka didepan Aluna.
"Kak Alex, ngapain kakak pegang-pegang tangan Rhea?" tanya Aluna yang masih kaget, double kagetnya saat dia melihat kakaknya berpegangan tangan dengan sahabat baiknya.
"Menurut kamu ngapain?" Alex malah balik bertanya.
"Kak lepasin!" seru Rhea kepada Alex, tapi pemuda itu tidak mau melepaskan tangannya.
Kemudian atensi Aluna tertuju pada gelang yang dipakai Rhea, gelang perak. Aluna pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ja-jadi gelang itu buat Rhea? I-itu berarti kakak sama Rhea-" Aluna terbata, dia sedang berusaha mencerna semua ini.
"Ya, kamu benar. Aku sama Rhea pacaran," kata Alex mengakuinya dengan santai. Sedangkan Rhea terlihat memperhatikan raut wajah Aluna yang datar saat ini.
'Gawat, Aluna pasti marah sama aku nih' kata Rhea takut, dalam hatinya.
"Kenapa...kenapa kalian nggak ngasih tau aku kalau kalian pacaran? Kalau kalian kasih tau aku, aku pasti bakal minta pajak jadian!" seru Aluna sambil tersenyum lebar, wajah datarnya langsung berubah dalam sekejap dan membuat Rhea tenang. Rupanya gadis itu terlihat senang melihat kakaknya pacaran dengan sahabat baiknya.
"Tuh kan, kamu lihat sendiri? Aluna nggak marah, dia malah kelihatan senang tau kita pacaran." Alex melihat ke arah Rhea, membuktikan kepadanya bahwa apa yang ditakutkan oleh gadis itu tidak benar. Selama ini Rhea takut kalau Aluna akan marah padanya, karena dia mengetahui tentang hubungannya dan Alex.
"Aku emang senang kalian pacaran. Kakak juga nggak pacaran sama orang aneh dan sama sahabat aku sendiri. Tapi, aku juga kecewa sama kalian berdua!" ujar Aluna seraya menunjukkan jarinya ke arah Alex dan Rhea bergantian.
"Lun, aku bisa jelasin-"
"Tau ah, pokoknya aku mau marah dulu sama kalian berdua. Ya udah aku pulang dulu, aku kesini cuma mau ngasih ini. Kalian makan berdua aja," ucap Aluna sambil menyimpan dua bungkus makanan ke atas kursi depan rumah Rhea. Entah makanan apa itu
"Lun, jangan marah dong," pinta Rhea lembut. Tapi wajah Aluna sama sekali belum melunak.
"Jawab aku, berapa lama kalian sudah menjalin hubungan?" tanya Aluna.
"Dua bulan."
Gadis itu terkejut mendengar jawaban dari Rhea. "Selama dua bulan itu kalian bohongi aku? Kalian jahat...jahat! Heh!"
"Jangan kejar aku! Aku mau marah! Aku kesel sama kalian berdua," kata Aluna kesal. Gadis itu pun berjalan pergi dari sana, meninggalkan Alex dan Rhea di sana. Alex pun berusaha menghibur Rhea yang sedih.
"Kak..."
"Tenang aja, kamu tau kan gimana Luna? Dia bukan marah, tapi kesel aja. Keselnya Luna nggak lama," kata Alex sambil tersenyum. "Daripada galau-galau, mending kita malmingan disini sambil makan-makanan yang dibawa Luna."
Saran Alex diterima baik oleh Rhea, mereka akan malam mingguan sambil makan-makan saja didepan rumah Rhea. Karena Rhea sendiri sedang merasa tidak enak badan dan tidak mau bepergian.
*****
Aluna masih tidak percaya kalau kakaknya berpacaran dengan sahabat baiknya, dan selama dua bulan ini mereka menyembunyikan hubungan mereka. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, tak percaya.
"Cewek, godain dong?"
Aluna terperangah saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya, lantas dia pun melihat pada seorang pria yang sedang duduk dimotornya. Dia tersenyum tengil sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Cogil? Kenapa kamu masih ada disini? Bukannya udah aku suruh balik," tanya gadis itu heran. Tadi pria itu memang mengantarnya ke rumah Rhea, tapi Aluna sudah menyuruhnya untuk pergi. Lalu kenapa pemuda itu masih ada disini.
"Nebak aja, kalau lo pasti balik lagi. jadi gue tungguin lo di sini, karena lo nggak mungkin jadi obat nyamuk si Alex sama Rhea."
"Hah? Jadi kamu juga tahu kalau Pak Alex pacaran sama Rhea?" tanya Aluna dengan wajah kagetnya. Dia juga tidak percaya bahwa Saka juga tau. Saka menganggukkan kepalanya.
"Woah...jadi kalian udah tau. Tapi aku baru tau?" dengusnya kesal.
"Udah ah jangan marah-marah. Kita jalan-jalan yuk, mumpung lo free." Saka mengajak Aluna jalan lagi. Aluna setuju, karena dia juga sudah minta izin pada ibunya untuk jalan-jalan malam ini. Menghabiskan waktu bersama Rhea, tadinya. Tapi sekarang dia menikmati waktu bersama Saka.
Pasar malam menjadi tempat pertama yang direkomendasikan oleh Saka untuk bisa mengatakan cintanya. Dia berharap semoga rencananya berhasil menjadikan Aluna pacarnya disini. Ada untungnya juga pasar malam dadakan ini, dia jadi bisa mengajak Aluna jalan-jalan juga.
Sebelum berbicara serius pada Aluna tentang perasaannya, Saka mengajak gadis itu jalan-jalan di sekitaran sana. Saka juga memperhatikan Aluna yang sedang melihat ke arah tempat permainan menembak yang berhadiah boneka.
'Boneka nya lucu-lucu banget, aku gak punya satupun boneka di rumah, dulu papa yang selalu memberikanku boneka' Aluna menatap boneka- boneka yang ada di tempat permainan menembak itu dengan mata yang menyiratkan kesedihan. Dia teringat masa kecilnya ketika papanya masih hidup.
"Tantrum, kita kesana yuk?" ajak Aluna seraya menunjuk ke arah tempat permainan menembak itu.
"I-iya?" sahut Aluna terbata.
'Kenapa Saka tiba-tiba mengajakku kesana?' tanyanya dalam hati.
Mereka berdua berjalan ke arah tempat permainan menembak, disana banyak macam-macam boneka untuk dijadikan hadiah. Saka dengan kerennya mengikuti permainan menembak itu dan langsung memenangkan 3 kali kesempatan menembak semuanya dengan tepat dan benar. Si Pemilik toko langsung ternganga, dibuat takjub oleh kemampuannya. Padahal jarang sekali yang bisa menenangkan permainan ini.
Aksi Saka yang memenangkan permainan menembak itu membuatnya jadi tontonan orang-orang disana. Terutama para gadis yang mulai mendekatinya dengan tatapan takjub seolah terpesona dengan pria itu.
"KYAA!! Keren banget!" Seorang gadis berteriak teriak saat melihat Alex.
"Dia artis ya? Ganteng banget! Damagenya bad boy abis," seorang gadis juga memuji ketampanan Saka yang memiliki aura bad boy.
"Wah kamu hebat cogil!" Aluna juga bertepuk tangan atas kemenangan Alex. Namun saat Aluna melihat tatapan dan perhatian banyak gadis di pasar malam itu tertuju kepada Saka, Aluna merasakan tidak nyaman.
Saka sendiri tidak peduli dengan banyaknya teriakan orang-orang yang memberikan pujian padanya, karena dia sibuk memperhatikan Aluna, dia melihat ada ketidaknyamanan di wajah Aluna. Saka tersenyum tipis, dia menyadari ketidaknyamanan itu berasal darimana.
"Silahkan dek, hadiahnya bebas mau pilih yang mana!" kata si Pemilik toko itu mempersilahkan Saka mengambil tiga hadiah yang diinginkan oleh Saka.
"Terimakasih pak, tantrum...lo mau pilih yang mana?" tanya Saka meminta pendapat Aluna.
"Loh? Kok jadi ke aku sih?" tanya Aluna tak mengerti.
"Masa iya gue yang milihnya, gue kan nggak suka boneka. Harus lo yang memilihnya," tutur Saka yang tanpa ragu mengatakan apa yang ada didalam hatinya, dia juga tersenyum lebar. Sedangkan Aluna terdiam dengan raut wajah aneh.
"Kalau lo bingung milihnya, ya udah gue aja yang milih buat lo, pacar gue!" kata Saka tegas dan sedikit meninggikan suaranya seperti ingin semua orang disana mendengarnya. Sontak saja Aluna kaget mendengarnya juga.
"PACAR?" Gadis-gadis itu tersentak kaget mendengarnya.
Para gadis yang memperhatikan Kelvin disana terkejut, juga kecewa ternyata Saka sudah punya pacar dan pacarnya adalah Aluna. Kerumunan gadis gadis itu pun perlahan mulai bubaran dari sana.
Sementara Aluna masih berdiri mematung, tampaknya dia terlalu bahagia atau mungkin terlalu kaget dengan apa yang baru terjadi. Didalam hatinya seperti ada sebuah lagu dan musik yang sedang menari-nari di dalam hatinya. Lebih tepatnya kembang api yang meledak-ledak.
"Pak, saya mau boneka yang ini, yang itu dan yang itu juga", ucap Saka seraya menunjuk ke arah boneka berbentuk hello kitty, boneka kelinci berwarna pink dan sebuah boneka berbentuk kucing.
"Saya ambilkan ya dek, tapi lain kali jangan main lagi disini ya," kata pemilik tokonya agak kesal.
"Lah? kenapa pak?" Saka terkekeh, dia penasaran kenapa si bapak itu tidak mau Saka bermain ditoko permainannya.
"Nanti boneka disini bisa habis digondol sama adek semuanya! Pokoknya jangan kesini lagi!" gerutu si bapak pemilik toko itu menegaskan. Sehingga Aluna pun menahan tawa mendengarnya.
"Haha,baiklah pak saya tidak akan datang lagi," Saka tertawa kecil melihat si emilik toko itu hampir menangis.
"Huuhu... bagus dek, kalau adek kesini lagi saya bisa bangkrut!" keluhnya sebal.
Saka pun membawa ketiga boneka itu di tangannya, dia melihat Aluna yang masih berdiri mematung di tempatnya sambil senyum-senyum sendiri. Rupanya gadis itu tidak mengikutinya.
"Aluna!"
Ini pertama kalinya Saka memanggil Aluna dengan mamanya, sehingga gadis itu dibuat sangat-sangat terkejut sampai kehilangan kata-kata. Apalagi kata pacar tadi, masih terngiang ditelinganya.
****
πππ