Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semu, Nawasena
MENU
About Us  

Di ruang OSIS.

"Kayaknya, kita masih kekurangan bahan-bahan untuk acara dies natalis sekolah nanti, masih banyak yang harus kita beli," ucap Akira ketika memeriksa catatan kecil miliknya, tertulis deretan nama barang-barang yang mesti mereka beli untuk acara ulang tahun sekolah SMA Jaya Sakti.

"Kalau nggak dicicil dikit-dikit, bisa ribet nanti," sambungnya kembali menutup buku catatan tersebut, dan menoleh kepada Xavier.

"Mau beli sekarang?" tawar Xavier mengerti apa maksud dari tatapan Akira barusan.

"Kalau lo ada waktu," balas Akira berbalik badan, menghampiri sebuah kursi yang diatasnya terdapat tas selempang miliknya.

"Gue selalu ada waktu kok kalau buat lo," sahut Xavier langsung mendapatkan kecupan maut dari buku catatan Akira, yang barusan saja ia lempar. Padahal, feedback kata-kata manis itulah yang Xavier inginkan.

"Basi lo!" sebal Akira menatap wajah syok dari Xavier selama beberapa detik, semua laki-laki itu menyebalkan, ucapan mereka persis seperti permen karet, awalnya saja manis dan hambar di bagian akhirnya.

"Cepetan, gue tunggu lo diparkiran," ucap Akira bergegas keluar dari dalam ruang OSIS, menuju tempat parkir.

Sesampainya di tempat parkir, jumlah motor yang semula sangat banyak hingga memenuhi seluruh area. Sekarang tinggal beberapa saja, Akira yang baru sampai saja pun suda bisa menemukan dimana keberadaan sepeda motor Xavier.

Pandangannya kini bergeser ke arah tempat parkir mobil, kosong, mobil putih yang dulu selalu mengantarkannya pulang pergi ke sekolah, bersama pemiliknya pun sekarang telah pergi menjauh.

"Semuanya pasti akan hilang sesuai masanya," batin Akira tersenyum kecut. Tak pernah terpikirkan, kalau ini akan menjadi akhir dari perjalanan kisah cinta mereka. 

"Oy Akira! Motor gue di sini, ngapain di situ!" seru Xavier yang sudah menaiki sepeda motor scoopy nya, terparkir di dekat pohon rimbun.

"Iya," balas Akira bergegas menghampiri Xavier, dan segera naik ke atas motor tersebut. Sekarang, Akira sudah duduk di joke motor belakang dibonceng oleh Xavier, bunga-bunga bermekaran memenuhi hati laki-laki itu. Ini rasanya seperti mimpi, Xavier tersenyum kecil ketika melirik ke arah spion motor.

"Kok belum berangkat?" bingung Akira sebab Xavier belum juga menyalakan mesin motornya.

"Lo belum pegangan," balas Xavier, reflek mendapatkan tamparan cap lima di punggungnya.

"Lo jangan aneh-aneh! Udah ayo berangkat," sebal Akira dan mendengar tawa renyah dari Xavier.

"Haha, iya-iya sorry," tawa Xavier lalu menyalakan mesin motor tersebut, dan melaju menuju gerbang sekolah.

*******

Mereka mendatangi sebuah toko serba ada yang menjual barang-barang yang mereka butuhkan, dibantu dengan Xavier, Akira membeli semua yang sesuai dengan list catatan di buku tulis.

Setelah selesai, keduanya keluar dari dalam toko tersebut sembari membawa dua kantong plastik besar, dan kembali mengendarai motor untuk pulang.

"Xav, lo bawa gue kemana?" bingung Akira tanpa sadar telah sampai di balai kota yang penuhi oleh banyak sekali orang di sana.

"Ada deh, main sebentar boleh kan?" balas Xavier lalu mencari tempat untuk memarkirkan sepeda motornya.

Lampu warna-warni memenuhi acara festival di balai kota, puluhan stand makanan berjejer rapi di tepi jalan, puluhan manusia yang juga ikut bergabung untuk meramaikan acara tersebut, semakin terlihat meriah.

"Wah, seru banget," senang Akira, tidak bisa berhenti memanjakan matanya dengan pemandangan indah yang menghiasi penuh balai kota, diam-diam membuat Xavier tersenyum manis melihatnya.

"Apa lo suka?" tanya Xavier.

"Hm iya," angguk Akira dengan kedua sudut bibir mengembang, "lo tahu darimana kalau di sini ada acara?" sambung Akira menoleh kepada Xavier.

"Kemarin, ada orang lagi bagi-bagi brosur, karena gue pikir lo pasti suka, makanya gue ajak lo ke sini," jawab Xavier.

"Owh," Akira manggut-manggut.

"Permisi Kakak-kakak cantik, ganteng. Butuh jasa foto gak? Mumpung lagi promo nih, sayang banget lho udah serasi banget masa nggak dibuat kenang-kenangan," tiba-tiba ada seorang pemuda datang ke arah mereka, dengan sebuah kamera menggantung di lehernya, seperti fotografer profesional.

"Eeehh eehh Mas, ki-kita bukan-"

"Boleh," sahut Xavier menyelat perkataan Akira, gadis itu melongo tak percaya.

"Sip mantep, mau difoto dimana?" balas si fotografer, lalu mereka bertiga pun pergi, mencari-cari lokasi yang sekiranya bagus untuk digunakan tempat berfoto.

Akhirnya, sebuah tempat di dekat bianglala yang dihiasi puluhan kembang api yang menyala-nyala di langit sore menjadi pilihan yang pas. Fotografer itu pun meminta kepada Xavier dan Akira agar berdiri di sana, perasaan gugup tengah menguasai diri gadis itu sekarang.

"Apa gue boleh pegang bahu lo?" ujar Xavier meminta izin terlebih dahulu kepada Akira.

"Iya, boleh," balas Akira masih dengan perasaan gugup. Degup jantung semakin berpacu cepat ketika telapak tangan kanan Xavier mendarat di bahu kanannya.

"Sudah siap? Saya hitung satu sampai tiga, satu... dua... tiga," tepat pada hitungan ketiga flash kamera menyala, gambar mereka pun tertangkap dalam kamera. Bukan hanya satu foto saja, mereka juga mengambil beberapa foto lainnya dengan pose yang tak jauh berbeda.

"Terima kasih ya Mas," ucap Xavier memberikan selembar uang kepada fotografer tersebut.

"Hehe iya sama-sama, harusnya saya yang bilang terima kasih. Ini, hasil fotonya, semoga Kakak-kakak suka ya! Saya permisi dulu," jawabnya lalu melangkah pergi, setelah memberikan tiga buah lembar foto kepada Xavier.

"Bagus nggak fotonya? Gue mau lihat dong!" ujar Akira ingin melihat hasil foto mereka.

"Cantik," balas Xavier menunjukkan salah satu foto itu kepada Akira.

Tangan kanan laki-laki itu terulur, meraih telapak tangan Akira, dan meletakkan dua buah foto di sana. "Gue mau lo simpan," ujar Xavier.

"Gue cukup yang ini aja," sambungnya, memperlihatkan sebuah foto yang bergambar Xavier tengah memegang bahu kanan gadis itu. 

"Apa lo tahu? Ketika orang itu bilang, kalau kita adalah pasangan yang serasi, entah kenapa hati gue merasa nyaman," Akira melihat bibir laki-laki itu kembali melengkung, tatapan matanya berubah teduh.

Akira hanya diam, dia tidak bisa menjawab perkataan Xavier. Ini... terlalu melibatkan perasaan, Akira tidak mau menyelaminya terlalu dalam. Ada luka yang belum sembuh, dan itu masih baru.

"Gimana kalau kita naik wahana yang ada di sini?" balas Akira mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

Xavier tersenyum kecut, benar, ini terlalu cepat untuk mengatakan semuanya. Jangan sampai karena sikap buru-buru nya ini, Akira menjadi benci kepada dirinya.

"Oke," angguk Xavier

Akhirnya, seluruh wahana yang ada di dalam festival balai kota itu sudah dijelajahi satu-persatu oleh kedua remaja tersebut. Mereka berdua bersenang-senang di sana, sampai bergurau dan bercanda tawa bersama. Sesekali, mereka juga berisitirahat sambil menikmati makanan.

"Haha, seru banget yah Gen, udah lama banget kita nggak seru-seruan kayak gini," ujar Akira tertawa lepas, hingga lupa dengan apa yang barusan ia katakan.

Xavier mengerutkan keningnya, selepas mendengar Akira mengatakan nama seseorang. "Genan?" ulang Xavier, apa dia baru saja menyebut nama Genandra?

"Mak... maksud gue, Xavier," jawab Akira langsung membenarkan ucapannya.

"Kenapa di saat seperti ini, gue malah memikirkan dia," batin Akira teringat kembali dengan Genandra, walau bagaimanapun juga ia masih menaruh rasa kepada laki-laki itu.

"Sorry ya Xav, gue lagi keinget orang lain tadi," ujar Akira merasa bersalah.

"Nggak apa-apa kok, sekarang mending kita pulang yuk? Bentar lagi gelap," balas Xavier tak masalah, ada rasa kecewa ketika Akira belum sepenuhnya menganggap dirinya itu ada dalam hidupnya.

"Oke."

"Tempat yang sama, namun dengan orang yang berbeda, ternyata permainan takdir memang sangat mengejutkan," batin Akira tersenyum kecut.


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gloomy
600      395     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
MANTRA KACA SENIN PAGI
3695      1344     1     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
Loading 98%
648      396     4     
Romance
LARA
8636      2098     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Who are You?
1396      627     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Tetesan Air langit di Gunung Palung
443      308     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
HOME
324      241     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
After School
3137      1326     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4245      1136     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
From Ace Heart Soul
586      353     4     
Short Story
Ace sudah memperkirakan hal apa yang akan dikatakan oleh Gilang, sahabat masa kecilnya. Bahkan, ia sampai rela memesan ojek online untuk memenuhi panggilan cowok itu. Namun, ketika Ace semakin tinggi di puncak harapan, kalimat akhir dari Gilang sukses membuatnya terkejut bukan main.