Loading...
Logo TinLit
Read Story - Semu, Nawasena
MENU
About Us  

Di balkon kamar, angin sepoi-sepoi berhembus lembut, menggoyang bebas surai rambut blonde tersebut. Pikirannya kosong, melayang tinggi sejauh burung layang-layang yang berterbangan di langit senja.

Manik mata coklat itu terpaku, pada kilauan sinar matahari yang perlahan mulai meredup. Langit yang semula biru, goresannya sedikit demi sedikit digantikan oleh goresan oranye. Indah, namun menyakitkan.

"Gue suka sama lo, apa lo mau.... jadi pacar gue?"

"Gue serius dengan perasaan gue sendiri."

"Dari sekian banyaknya wanita, apa lo pernah melihat gue yang nembak mereka duluan?" 

"Tentu saja, gue berjanji akan menjaga perasaan lo. Bukan sepuluh detik, tapi hingga tiga ribu tahun lagi."

Bibir Akira tersenyum sinis, segala perkataan janji manis Genandra waktu itu kembali berputar dalam pikirannya. "Bullsh*it," itulah satu kata yang pantas ketika Akira mencoba mengingatnya kembali.

"Haha, sepupu ya?" lirihnya tertawa miris, "bohong lo memang sebaik itu Gen, apa selama ini lo cuman menggunakan gue sebagai pemuas diri lo doang, untuk menunggu jodoh lo benar-benar datang?" 

"Kalau lo memang cinta sama gue, mestinya lo katakan yang sebenarnya," Akira kecewa, akhirnya hal ini terjadi juga, sebuah peristiwa yang sangat gadis itu takutkan, akhirnya terjadi.

"Apa gue memang selucu itu Genan? Fisik gue hampir hancur, dan sekarang lo mau menghancurkan mental gue?" ujar Akira, tak mampu menahan sebulir air matanya untuk jatuh. Kalau memang seperti ini ujungnya, dia tidak akan mau menerima perasaan laki-laki tersebut. Untuk apa? Untuk apa memperjuangkan seseorang sedangkan dia sudah memiliki pengganti yang lebih pantas, yang memang digariskan untuknya.

Bunyi nada dering telepon berkali-kali, membuat Akira kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya, menghampiri nakas samping tempat tidur. Di layar handphonenya, sudah ada panggilan beruntun serta beberapa pesan singkat dari seseorang. 

Akira hanya menatapnya, menunggu sampai panggilan telepon tersebut tertutup dengan sendirinya. Dia sengaja melakukan hal itu, jarinya sama sekali tidak bersemangat untuk menekan tombol hijau tersebut. 

"Kalau gue angkat, cuman kebohongan lagi yang bakal gue dengar," ujar Akira menatap nomor kontak Genandra, pada layar handphonenya.

"Apa ini mungkin, akhir dari cerita kita, Genandra?" gumam Akira menggeser perhatiannya pada pemandangan langit di luar sana, tiada lagi goresan kuning keemasan, semuanya telah berubah menjadi gelap gulita.

"Bisa saja," senyumnya miris.

*******

Keesokan harinya, Di ruang makan kediaman Akira.

"Rosa, tolong panggilkan Kakak kamu ya, kita sarapan pagi sama-sama," pinta Nyonya Nala kepada putrinya, Rosalina, yang baru saja turun dan mengambil sehelai roti gandum.

"Oke Ma," balas Rosalina lalu segera kembali naik ke atas, melewati beberapa anak tangga untuk menuju kamar sang Kakak. Ini adalah kesempatannya, untuk bertanya langsung kepada Akira tentang apa hubungan Genandra dengan cewek baru itu.

Ketika sudah berdiri di depan pintu kamar Akira, Rosalina baru menyadari kalau lampu kamarnya masih mati, dia bisa tahu dari celah bawah pintu. "Apa dia belum bangun?" gumam Rosalina, tidak biasanya anak itu telat bangun tidur sampai jam segini, Akira terkenal rajin dan juga tepat waktu dalam segala hal. 

Rosalina menggoyangkan kepalanya, dia tidak boleh mengambil kesimpulan buruk begitu cepat. Bagaimanapun juga, Akira juga manusia. Dia bukan malaikat yang dapat melakukan apapun secara sempurna.

Suara decitan pintu terdengar ketika ia membukanya, benar-benar gelap. Rosalina tak bisa melihat apapun di dalam sana, tangan kanannya meraba-raba ke dinding samping pintu untuk mencari tombol lampu dan menekannya.

Klik!

Lampu pun menyala, cahaya terang seketika memenuhi seisi ruangan. Dengan cepat Rosalina langsung menutup mulutnya rapat-rapat, menahan supaya tidak berteriak kencang. Bola matanya bergetar, ketika menyaksikan tubuh sang Kakak tergelatak di atas lantai, bersama beberapa butir obat yang berserakan di lantai kamar.

"MAMA!!! AYAH!!!" teriak Rosalina sekencang-kencangnya memanggil semua orang, mereka dibuat terkejut secara bersamaan setelah ikut menyaksikan apa yang terjadi dalam kamar Akira, dan dengan segera membawa anak itu ke rumah sakit.

Akira dirawat dalam ruangan gawat darurat, sudah hampir memakan waktu dua jam mereka menunggu kemunculan dokter dari balik pintu kaca tersebut, Nyonya Nala tidak bisa berhenti menangis sedari tadi, Tuan Alan terus berada di samping istrinya itu berusaha menenangkan. 

Sedangkan Rosalina, tubuhnya berdiri mematung di sebelah kursi tunggu tempat orang tuanya duduk. Dia adalah orang pertama yang menemukan Akira dalam kondisi seperti itu, di otaknya masih tergambar jelas bagaimana menyedihkannya tubuh sang Kakak ketika terkulai lemah di atas lantai. "Apa ini artinya, dia sudah mati?" batin Rosalina tersenyum lebar, kalau gadis itu pergi, dia dapat jauh lebih gampang mendekati Genandra dan peluangnya untuk bisa memiliki laki-laki itu lebih besar.

"Permisi, apa ini keluarga dari pasien?" ucap dokter yang baru saja keluar dari dalam ruangan, melihat kedatangannya, sontak Nyonya Nala dan Tuan Alan bergegas menghampirinya.

"Bagaimana keadaan anak saya dokter? Dia baik-baik saja kan?" tanya Tuan Alan cemas, dapat terlihat jelas bagaimana caranya menggenggam tangan sang dokter.

"Tenang saja Pak, putri anda sudah mulai membaik," balas dokter membuat Nyonya Saras bernapas lega, syukurlah kalau Akira baik-baik saja. Dia hampir dibuat gila karena asumsi pikirannya sendiri.

Sedangkan di sisi lain, tanpa mereka ketahui, Rosalina yang juga ikut mendengar berita tersebut gigit jari. Wajahnya tampak kesal, dia lebih mengharapkan kematian sang Kakak daripada kesembuhannya.

"Ini diakibatkan karena penyakit pasien yang mendadak kambuh, tapi untung saja kalian bisa membawanya ke rumah sakit dengan tepat waktu. Saya harap, Bapak Ibu bisa lebih memperhatikan kondisi kesehatannya, Akira tidak boleh sampai kelelahan, kalau hal ini terus terjadi, bisa-bisa semakin memburuk dan mengancam keselamatan nyawanya," tutur sang dokter.

Nyonya Nala menatap nanar, ke arah jendela kecil yang memperlihatkan tubuh Akira, tengah terbaring tak sadarkan diri dalam ruangan. Wanita itu berpikir, kalau sakit putri sulungnya itu sudah baik-baik saja atau bisa dikatakan sembuh, sebab Akira tidak pernah mengeluhkan penyakitnya sekalipun, dan selalu terlihat kuat di depan semua orang.

"Maafkan Mama nak, seharusnya Mama bisa mengerti kondisi kamu dari awal, sehingga kamu tidak perlu bersusah payah sampai berpura-pura kuat seperti sekarang," batin Nyonya Nala merasa bersalah.


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ending
5327      1380     9     
Romance
Adrian dan Jeana adalah sepasang kekasih yang sering kali membuat banyak orang merasa iri karena kebersamaan dan kemanisan kedua pasangan itu. Namun tak selamanya hubungan mereka akan baik-baik saja karena pastinya akan ada masalah yang menghampiri. Setiap masalah yang datang dan mencoba membuat hubungan mereka tak lagi erat Jeana selalu berusaha menanamkan rasa percayanya untuk Adrian tanpa a...
LARA
8807      2136     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
TRIANGLE
342      225     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...
Crystal Dimension
328      228     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Niscala
356      239     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
JANJI 25
48      41     0     
Romance
Pernahkah kamu jatuh cinta begitu dalam pada seseorang di usia yang terlalu muda, lalu percaya bahwa dia akan tetap jadi rumah hingga akhir? Nadia percaya. Tapi waktu, jarak, dan kesalahpahaman mengubah segalanya. Bertahun-tahun setelahnya, di usia dua puluh lima, usia yang dulu mereka sepakati sebagai batas harap. Nadia menatap kembali semua kenangan yang pernah ia simpan rapi. Sebuah ...
Me & Molla
557      331     2     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
Who are You?
1418      638     9     
Science Fiction
Menjadi mahasiswa di Fakultas Kesehatan? Terdengar keren, tapi bagaimana jadinya jika tiba-tiba tanpa proses, pengetahuan, dan pengalaman, orang awam menangani kasus-kasus medis?
Search My Couple
558      319     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Sherwin
379      256     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya