Bagi kalian yang belum tahu, mengapa Genandra diberi julukan 'cowok sepuluh detik'? Sebenarnya, panggilan tersebut sudah tidak asing lagi bagi cowok berwajah tampan bak pangeran negeri dongeng itu.
Dahulu, sebelum menjalin hubungan bersama Akira. Genandra pernah memiliki sepuluh mantan, dan rata-rata dia menjalani kisah cintanya itu hanya dalam kurun waktu sepuluh detik saja, benar sepuluh detik! Gila gak tuh.
Dimata Genandra, perempuan-perempuan yang pernah menjalin hubungan dengan dirinya ataupun menaruh rasa suka kepadanya, itu tidaklah lebih dari omong kosong belaka. Mereka mencintai dia hanya untuk memanfaatkan kepopuleran dirinya saja.
Mereka juga merepotkan, bahkan Genandra pernah dibuat kewalahan ketika ada puluhan bekal makanan di dalam loker pribadinya, suara teriakan-teriakan ketika dia datang, dan sampai mengikuti dirinya saat pulang sekolah. Jujur, Genandra mulai merasa risih dengan semua itu.
Sampai, pada suatu hari di SMA Jaya Sakti tengah mengadakan pertandingan basket antar kelas. Disitulah pertemuan tak terduga, antara Genandra dengan Akira bermula.
Disaat-saat para penonton terutama golongan siswi menggemakan suara mereka sangat histeris untuk memberikan dukungan kepada anak itu, ada satu gadis yang bersikap biasa saja sambil menatap datar.
"Dia, kok cuman diem aja?" batin Genandra setelah berhasil memasukkan bola dengan gaya slam dunk nya, ia menatap heran kepada salah satu perempuan yang berdiri di barisan depan.
"Hm, cukup menarik," gumamnya tersenyum smirk, baru kali ini ada seseorang yang hanya bersikap biasa saja ketika melihat dirinya bermain bola basket, seperti menemukan permata di antara tumpukan pasir. Ia terlihat paling menarik di antara puluhan gadis.
Beberapa waktu kemudian, akhirnya pertandingan basket pun selesai. Akira membuang napas panjang, ia sedikit menyesali keputusannya untuk datang kemari. Ini semua gara-gara Zizy, ia merengek meminta Akira untuk mengambil beberapa foto Anggasta—gebetannya ketika pertandingan, sebab dia sendiri tengah sakit di rumah.
"Tiga foto taruhannya telinga gue Zy!" ucap Akira sebal seraya mengirimkan beberapa foto kepada Zizy, sangking kencangnya teriakan semua orang bahkan sampai pertandingan selesai Akira masih bisa merasakan dengungan dalam telinganya.
Baru selangkah kaki Akira melangkah, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menghentikannya. "Woy lo!"
Sebab merasa terpanggil gadis itu pun berbalik, dan menghadap ke arah sumber suara. "Lo panggil gue?" bingung Akira sembari menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Iya," balas Genandra berjalan menghampiri Akira. Sekarang, tubuh mereka saling berhadapan dengan tatapan datar satu sama lain.
"Ada apa?" tanya Akira menautkan kedua alisnya.
"Nggak ada, gue cuman mau memastikan. Kenapa lo nggak ikut teriak-teriak seperti cewek-cewek lain waktu pertandingan basket tadi?" ujar Genandra membuat dahi Akira semakin berkerut.
"Buat apa gue harus teriak-teriak?" timpal Akira yang merasa pertanyaan Genandra tidak berbobot sama sekali.
"Ya aneh aja menurut gue, biasanya kan, cewek-cewek selalu tergila-gila kalau lihat ketampanan gue, apalagi waktu main basket. Dan dengan melihat sikap lo yang biasa aja tadi, buat gue curiga."
"Hahahaha," tawa Akira terbahak-bahak, kenapa percaya diri laki-laki ini sangat tinggi.
"Tergila-gila? Sayangnya gue bukan fans fanatik lo, yang rela buang-buang suara demi sesuatu yang tidak penting," ujar Akira kembali pada mode serius.
"Nggak semua cewek harus dinilai sama dimata lo, dan nggak semua cewek terpikat dengan ketampanan lo itu, catat itu baik-baik," pungkas Akira lalu berbalik badan, berjalan beberapa langkah dan berhenti.
"Oh ya, nama gue bukan 'woy' tapi Akira," ucapnya tanpa menoleh, dan kembali melanjutkan langkah.
Baru kali ini, Genandra dibuat tidak berkutik sama sekali ketika berhadapan dengan seorang gadis, biasanya lawan bicaranya lah yang dibuat gugup oleh laki-laki itu. Namun sekarang berbeda, Genandra lah yang diam seribu bahasa.
"Haha, apa lo yakin sedikitpun tidak terpikat ketampanan gue Akira? Baru sekarang ada cewek yang memandang gue dengan tatapan dingin seperti lo, game yang menarik, gue suka ini," lirih Genandra tersenyum smirk, seketika timbul rasa keinginan untuk mendapatkan perempuan tersebut.
Sejak itu juga, Genandra selalu berusaha untuk membuat Akira tertarik kepada dirinya. Segala upaya hal ia lakukan, namun ternyata tidak semudah seperti yang ia bayangkan.
Hingga pada akhirnya, Genandra dibuat sadar, kalau dirinya lah yang sudah tergila-gila kepada Akira.
"Gue mengaku kalah," ucap Genandra kepada gadis berambut blonde itu, di taman sekolah SMA Jaya Sakti. Sekarang suasananya sepi, karena memang sudah jam pulang sekolah.
"Kalah? Maksud lo?" bingung Akira, ia merasa tidak pernah bermain sebuah game dengan Genandra.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Akira, Genandra memilih berjalan mendekat kepada Akira. Jarak di antaranya semakin terkikis, sampai laki-laki tersebut berlutut satu kaki di hadapan gadis itu.
Pipi Genandra menyemu merah, sebuah ekspresi yang sama sekali tidak pernah ia tunjukkan sebelumnya. Dengan perlahan, Genandra mengeluarkan sesuatu dari balik jas almamaternya, yakni setangkai bunga mawar untuk Akira.
"Gue suka sama lo, apa lo mau.... jadi pacar gue?" ucapnya mengutarakan perasaan, dengan tangan kanan membawa setangkai bunga mawar. Akira dibuat bingung dengan keadaan, ia memerlukan waktu beberapa detik untuk bisa mencerna semuanya.
"Apa lo yakin, ini bukan tentang sepuluh detik?" tanya Akira membuat kepala Genandra menengadah.
"Jangan samakan gue dengan mantan-mantan lo Gen, gue berbeda."
"Gue serius," balas Genandra kembali berdiri, "gue serius dengan perasaan gue sendiri."
"Dari sekian banyaknya wanita, apa lo pernah melihat gue yang nembak mereka duluan?" tanya Genandra kepada Akira.
"Nggak kan, lo yang pertama kali Ra. Lo adalah perempuan pertama yang mendapatkan perlakuan spesial dari gue, sampai gue rela berlutut di hadapan lo seperti tadi. Karena gue cinta sama lo."
"Gue akui gue memang playboy, yang menjalin hubungan hanya sepuluh detik dengan banyak cewek, sampai gue diberi julukan 'cowok sepuluh detik' sama temen-temen gue. Sebab gue tahu mereka nggak pernah tulus mencintai gue," ucap Genandra dan didengarkan baik-baik oleh Akira.
"Kalau memang lo nggak mau menerima perasaan gue, terima bunga ini lalu pergi, dan kalau lo mau menerima perasaan gue, injak sepatu gue sekarang. Gue beri lo waktu sebentar buat berpikir."
"Oke," angguk Akira tanpa pikir panjang langsung mengambil setangkai bunga mawar dari tangan Genandra. Seketika itu juga raut muka sedih terpampang jelas di wajah laki-laki tersebut.
Kepala Genandra tertunduk, memandang ke arah sepasang sepatu sneaker nya yang tak disangka-sangka Akira menginjaknya.
"Gue harap lo memegang perkataan lo, Genandra," ujar Akira, dengan tatapan tak percaya dari Genandra. Akhirnya, perempuan itu menerima perasaannya.
"Tentu saja, gue berjanji akan menjaga perasaan lo. Bukan sepuluh detik, tapi hingga tiga ribu tahun lagi," balas Genandra tulus.