Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mari Collab tanpa Jatuh Hati
MENU
About Us  

Pantai Asbab Tegal Salam.

Seperti ketika kalian melihat mutiara yang tersembunyi di balik kerang di lautan, speechless gitu. Pantainya indah sekali, suasana alamnya terasa meskipun pantai ini dulunya bukan tempat wisata, melainkan bangunan pesantren. Mereka berlima tidak menyangka, pun tidak pernah menduga bahwa di dalam pesantren—di mana tempat itu dijadikan untuk menimba ilmu—terdapat pantai yang sangat indah. Letaknya yang berada di belakang mungkin jadi alasan kenapa banyak yang belum mengetahui pantai ini.

Tidak tahu apa penyebab khusus yang menjadi alasan mengapa pesantren itu akhirnya ditutup dan beralih peran menjadi tempat wisata. Tapi yang jelas, tempat itu keren sekali. Apalagi air pantainya yang terlihat sangat bersinar ketika sinar matahari memantul di sana.

Hi guys, welcome back to our YouTube channel. Coba tebak ini kita lagi di mana?” itu suara Nita yang lagi take vidio bareng Amel sama Siska. Mereka bertiga sudah ribut mau ngomongin apa nanti di kamera sejak naik angkot. 

“Kita lagi di pantai, guys. Uwu banget kan panas-panas gini main di pantai, lihatin orang pacaran gitu ya. Ini sih antara uwu sama gabut, guys haha...”

Sementara sisanya, Raya dan Rena—karena Leli tidak bisa ikut, mendadak dia harus pergi ke Jakarta. Katanya lamarannya sudah diterima, lalu mereka berlima saling memberi selamat dan berpelukan untuk berpisah pada malam itu. Raya yang awalnya sibuk mengambil beberapa gambar untuk koleksi yang bisa dijadikan latar untuk tulisannya, lalu Rena menghimpitkan badan dan menyerahkan ponselnya pada Raya sambil cengengesan. Ya, Raya sudah paham, setelahnya jadilah gadis itu merangkap sebagai fotografer.

“Wow lihat, guys!” Siska menunjuk ombak yang menghantam bebatuan saat mereka berlima sedang menyusuri jembatan kayu menuju spot foto berlatar belakang bentuk hati dan terowongan kayu, lucu. “Agak takut nggak sih jalan gini?”

“Eh Nita, itu kameranya dipegang yang bener, ntar jatuh!” teriak Rena histeris melihat Nita terlalu peduli pada sepatu yang dipakainya daripada memegang kamera. Untuk mencegah hal buruk yang bisa saja terjadi, Raya akhirnya berhenti berjalan dan berdiri di sebelah Nita yang tadi ada di belakang gadis itu.  “Siniin kameranya gue aja yang bawa.”

“Eh dari tadi kek, Kak.”

“Ya lo diem-diem aja, kek nggak punya teman. Dah sini, eh bantu masukin tripod-nya dulu ke tas gue dong.”

“Siap, sini Kak.”

Selanjutnya Raya dan Nita lanjut jalan setelah selesai memasukkan tripod ke dalam tasnya. Bukannya berjalan beriringan, anak itu sudah langsung lari-lari ngejar Amel sama Rena yang lagi sibuk pilih angle yang bagus buat foto.

“Kelihatan banget kalian kurang piknik," ledek Raya saat melihat mereka asik mengambil beberapa gambar dan vidio.

 

*** 

 

Kelimanya—ah tidak, Raya—salah memilih hari. Itu bukan hari libur, tanggal merah, apalagi weekend. Mereka berkunjung ke pantai itu pada hari kamis, di mana sebenarnya Raya masih ada jadwal kuliah. Raya terlalu menyetujui keputusan teman-temannya karena biasanya untuk mata kuliah kamis itu dosennya lebih suka berdiskusi lewat WhatsApp, ternyata tiba-tiba saja beliau menyuruh kelasnya untuk kuliah lewat video conversation. Saat itu, Raya panik cari tempat buat neduh sekalian mengikuti kuliah.

Ngomong-ngomong, mereka sudah keluar dari pintu masuk pantai. Sekarang kelimanya ada di bangunan paling luar, dekat jalan raya. Dan di sinilah Raya, duduk seorang diri di pelataran masjid. Bangunannya luas, besar, dan masih terlihat sangat bagus. Cuma sedikit terlihat misterius sih, soalnya sudah lama juga tidak dipakai.

Raya sudah menyalakan kamera di ponselnya, sementara microphone-nya tidak. Takut berisik, apalagi Raya ini berdosa sekali kuliah di tempat wisata begini, kan?

Tapi untung saja dosennya hanya menjelaskan selama 30 menit, setelahnya memberikan tugas dan kuliah pun berakhir. Raya bisa bernapas lega, setidaknya gadis itu tidak benar-benar bolos dan masih bisa ikut jalan-jalan.
“Kenapa nggak bilang sih Kak kalau ada jadwal kuliah?” tanya Amel saat Raya mendekatinya di dekat menara.

“Biasanya nggak pakai vidio tatap muka gini, Mel. Ya tapi nggak apa-apa sih ini juga udahan, kan?” balasnya sambil nyengir kuda.

Guys, foto bareng di depan pintu menara, skuy!” teriak Siska berlarian menuju menara yang bangunannya hanya berjarak sekitar seratus meter dari bangunan masjid.

“Buruan, pakai tripod. Eh, tripod-nya mana deh?”

“Ini di tas gue.” Raya mengangkat lengan setelah Rena kebingungan mencari tripod. Maklum saja, tripod-nya punya Leli. Dan, Rena adalah penanggung jawabnya—jelas, dia yang meminjam kemarin.

“Ayo buruan, itu ada yang mau foto juga soalnya!" pekik Siska.

Rena buru-buru menegakkan tripod setelah Raya selesai memasangnya dengan kamera. Dua gadis itu  berlari menghampiri Siska, Nita, dan Amel yang sudah berbaris di depan pintu menara.

Tit… tit… tit…

“Hitung mundur berapa, Kak?”

Raya  melirik Nita sebentar. “Lima.. nah, ayo senyum!”

Cekrik!

Siska berlari mengambil kamera dan kelimanya kompak menepi karena ada banyak siswa yang sedang merayakan kelulusan di sana untuk foto kenangan mereka. Keempat teman Raya sedang melihat-lihat gambar yang tadi diambil, pun beberapa vidio yang akan mereka jadikan konten vlog nanti.

“Kak Ray deh sama Amel infoin tentang spot foto terbaik di sini, ayo.” Raya sedikit terkejut ketika Siska mengarahkan kamera padanya dan tahu-tahu Amel berlari menghampiri sisi kanannya.

“Ayo!” seru gadis lima belas tahun itu.
Tidak ada pilihan lain, Raya pun mengangguk.

“Nah, satu… dua… tiga!”

Raya merapikan posisi rambut sebahunya yang tertiup angin kemudian menaikkan kaca mata. Berdeham sekali kemudian tersenyum. “Hai, nah sekarang gue sama—“

“Amelia di sini,” ujar Amel melambaikan tangan ceria.

“Kita udah ada di samping menara.” Kemudian Siska memutar kameranya menghadap menara, lalu kembali pada Raya. “Menara ini ada di luar pantai, guys. Jadi kalian yang mau ke sini tapi nggak mau keluarin dana buat bayar tiket masuk pantai, di sini aja guys bisa hehe…”

“Tempatnya bagus kok, photogenic banget. Iya ‘kan, Kak?” sahut Amel.

“Iya benar banget, karena itu spot yang satu ini viral banget guys di sosial media. Jadi, dari kami sendiri sih sangat merekomendasikan tempat ini buat kalian, tapi jangan lupa juga harus ikutin protokol kesehatan dari pemerintah ya. Selalu pakai masker setiap kalian keluar dari rumah, stay safe guys.”

Lalu Raya melempar telunjuk pada Amel. “Dan….. selalu sempatkan diri buat cuci tangan pakai sabun, okay?”

“Oke sip, bagus!” teriak Siska menghentikan rekaman vidio Raya dan Amel.

“Sekarang kita mau ke mana lagi?” tanya Raya.

“Balik? Eh—makan dulu yuk, cari tempat, laper nih!"  rengek Nita.

“Ya udah hayu," ujar Siska.

“Ada kedai mi ayam di depan uy, yuk ah ngemi," seru Rena.

Dan vlog mereka pada hari itu diakhiri dengan acara mukbang mi ayam yang kalau kata si Nita sore itu mi ayamnya enak banget. Padahal entah karena beneran enak atau dia sedang kelaparan saja.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Just Me [Completed]
30315      3406     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Ketika Takdir (Tak) Memilih Kita
588      333     8     
Short Story
“Lebih baik menjalani sisa hidup kita dengan berada disamping orang yang kita cintai, daripada meninggalkannya dengan alasan tidak mau melihat orang yang kita cintai terluka. Sebenarnya cara itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita cintai. Salah paham dengan orang yang mencintainya….”
Gue Mau Hidup Lagi
440      290     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Simbiosis Mutualisme
312      205     2     
Romance
Jika boleh diibaratkan, Billie bukanlah kobaran api yang tengah menyala-nyala, melainkan sebuah ruang hampa yang tersembunyi di sekitar perapian. Billie adalah si pemberi racun tanpa penawar, perusak makna dan pembangkang rasa.
Mimpi Milik Shira
527      300     6     
Short Story
Apa yang Shira mimpikan, tidak seperti pada kenyataannya. Hidupnya yang pasti menjadi tidak pasti. Begitupun sebaliknya.
Chloe & Chelsea
8628      1859     1     
Mystery
30 cerita pendek berbentuk dribble (50 kata) atau drabble (100 kata) atau trabble (300 kata) dengan urutan acak, menceritakan kisah hidup tokoh Chloe dan tokoh Chelsea beserta orang-orang tercinta di sekitar mereka. Menjadi spin off Duo Future Detective Series karena bersinggungan dengan dwilogi Cherlones Mysteries, dan juga sekaligus sebagai prekuel cerita A Perfect Clues.
Perfect Love INTROVERT
10828      2017     2     
Fan Fiction
Coklat untuk Amel
233      196     1     
Short Story
Amel sedang uring-uringan karena sang kekasih tidak ada kabar. HIngga sebuah surat datang dan membuat mereka bertemu
Vandersil : Pembalasan Yang Tertunda
393      289     1     
Short Story
Ketika cinta telah membutakan seseorang hingga hatinya telah tertutup oleh kegelapan dan kebencian. Hanya karena ia tidak bisa mengikhlaskan seseorang yang amat ia sayangi, tetapi orang itu tidak membalas seperti yang diharapkannya, dan menganggapnya sebatas sahabat. Kehadiran orang baru di pertemanan mereka membuat dirinya berubah. Hingga mautlah yang memutuskan, akan seperti apa akhirnya. Ap...
Singlelillah
1327      638     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.