Alana yang heran dengan penampilan Poci begitu rapi, ia seperti seorang petinggi sebuah perusahaan. Tak hanya itu ia kini kelimpungan karena ia dan Poci sedang berada di sebuah ruangan seperti ruang laboratorium.

“Poci, kenapa kita berada di sini?”

Poci yang sejak tadi hanya terdiam dan menyorot ke depan, tatapannya begitu sayu serta memiliki makna yang terdalam. “Na, sepertinya kita dibawa ke sebuah portal dengan arwah gentayangan yang pertama kali kita lihat. Sosok suster ngesot!”

Wanita ini terperanjat, ia menutup mulutnya dan masih begitu bingung. “Tapi kenapa kita diajak ke dimensinya?”

Pocong yang terlihat tampak seperti benar-benar manusia nyata itu, masih fokus ke depan tanpa menoleh ke arah sahabatnya. “Sepertinya dia mau memberi tahu kita sesuatu terkait kematiannya dulu. Kita lihat saja apa yang akan dia tunjukan kepada kita.”

Setelah beberapa detik mengusaikan ucapan itu. Alana dan Poci melihat wanita dengan pakaian suster lengkap masuk ke dalam ruangan. Tertulis di pojok kanan atas ada tanda pengenal. “Naya, suster itu bernama Naya,” gumam Alana.

Naya terlihat linglung, dan mencari-cari seseorang yang memanggilnya kemari.

Namun, tidak ada satu pun orang terlihat. Ia sempat berpikir, dirinya hanya dikerjai oleh staf senior rumah sakit ini. Hendak mau melangkah menuju ke pintu keluar, ia sudah dikagetkan dengan tiga pria berpakaian sangat rapi. Dengan jas setelan seperti pimpinan yang menguasai sebuah perusahaan besar di Nusantara.

Salah satu pria itu mengunci ruang laboratorium. Senyum mereka begitu menakutkan, seperti seseorang yang akan menelanjangi Naya.

Salah satu, pria yang paling dewasa di antaranya mencoba mendekati suster manis itu dengan melakukan sentuhan yang tak ada dasar.

“Pak, maaf Anda siapa ya? Saya kemari hanya menuruti perintah Pak Yoshi. Bukan dengan kalian bertiga!” tegas Naya membuat mereka bertiga tertawa remeh.

“Wanita ini memang memiliki pesona yang luar biasa, pantas saya Yoshi tergila-gila kepadanya,” ujar salah satu pria yang memiliki usia pertengahan 30 an itu.

Mendengar kalimat tersebut Alana dan Poci saling bertaut pandangan dengan kerut dahi. Mereka tidak menanggapi, hanya mereka mengira semua yang terjadi dan langsung menyoroti apa yang akan dilakukan ketiga pria itu kepada Naya.

Tidak menunggu waktu lama, sepertinya ketiga pria ini dipengaruhi oleh alkohol. Dengan liar ia menyentuh alat sensitif yang begitu dijaga oleh Naya. Sontak wanita itu berteriak dan menjauhi ketiga pria tersebut.

Namun, tenaga suster itu tidak sebanding dengan tenaga ketiga pria tersebut yang kini mengikatnya dan melepas semua atribut yang ia pakai. Sehelai pakaian pun tak utuh di tubuhnya.

Naya menangis merintih meminta ampun, meski ia tidak bersalah. “Tolong jangan lakukan ini kepada saya, Pak.”

Melihat hal itu Alana tak kuat, ia segera memeluk Poci yang kini matanya telah berkaca-kaca. Sama yang dirasakan dengan Alana, batin Poci begitu hancur melihat kekejian yang dilakukan ketiga pria itu.

Alana memukul-mukul pelan dada sahabatnya, dan menangis seru di tubuh bidang itu. Tangisnya pecah. “Poci apa yang mereka lakukan! Tidakkah kita bisa membantunya? Ketiga pria itu tidak memiliki perasaan sama sekali. Tega sekali mereka memperlakukan Suster Naya seperti itu!”

Poci meneteskan air mata, dan memeluk erat tubuh sahabatnya. Seakan memberikan kehangatan agar mereka berdua kuat melihat kejadian yang begitu tragis dan tidak memiliki prikemanusiaan sama sekali. Ketiga pria itu layaknya binatang yang menggilir wanita yang tampak sudah pasrah akan nasibnya.

Pocong tersebut menutup mulutnya, ia tak kuat melihat hal itu. Namun, ia pun menyoroti di balik tembok ada seseorang yang ternyata sedang mengawasi perbuatan mereka bertiga. Ia membawa kamera, seperti sedang merekam adegan keji itu sembari meminum wine yang ia bawa.

Mata Poci terbelalak, karena orang itu adalah seorang yang ia tahu. ‘Sadis! Kurang ajar sekali dia! Pria yang tidak memiliki otak!’ umpat Poci dalam hatinya.

Namun, ia sengaja tak memberitahu sahabatnya yang sejak tadi sudah menghabiskan takaran air mata.

Poci masih mendekap tubuh Alana, kini semakin erat. Namun, saat ketiga pria itu menyudahi perbuatan bejatnya. Energi suster itu menggeliat, ia menarik ikatan tersebut sekuat tenaga.

Akan tetapi nasib sial dan lemari besi itu menimpa kedua kaki Suster Naya, hal itu membuat tulang kakinya patah dan mengeluarkan begitu banyak darah. Naya berteriak histeris kesakitan. Bukannya menolong ketiga pria itu malah seperti orang yang kehilangan arah.

“Bos Yoshi, apa yang akan kita lakukan dengan wanita ini?”

Pria itu melempar winenya, tubuhnya panas dingin dan tak henti peluhnya bercucuran. Ia tampak kebingungan. Tidak ada pilihan lain.

“Biarkan saja!”

Tak lama kemudian, karena darah terus mengalir tak henti dan juga tidak langsung ditolong. Nyawa suster manis itu pun melayang. Ia tak kuat merasakan sakit psikis dan fisik yang membelenggunya.

Portal itu terhenti. Alana dan Poci kembali ke dimensi sekarang.

Alana masih menangis sesenggukan tak henti-henti. Memori dalam benaknya tak kuasa memendung kisah yang teramat sadis.

“Mereka semua seperti binatang!” teriaknya meluapkan segala emosi.

Sedangkan Poci masih terdiam, menunduk. Ia penasaran, setelahnya apa yang terjadi kepada suster itu?

***

Suster Luna yang masih tertaut kemarahan kepada rekan kerjanya menangis kencang. Kini ia malah dipeluk begitu hangat dengan dokter muda itu.

“Tolong dengarkan saya, Suster Luna. Semua cerita itu salah. Saya adalah orang yang ingin memecahkan kasus 10 tahun lalu. Mengembalikan nama baik kakak saya yang telah dicemari seseorang yang berkuasa di rumah sakit ini. Sewaktu itu saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.”

Arka menceritakan semuanya. Karena sebelum Arya, kakak laki-lakinya mengalami musibah tragis. Pria yang memiliki jarak 10 tahun dengan adiknya itu memberitahu kegelapan pemimpi rumah sakit ini.

Pada saat Arya sudah selesai ditugaskan selama 7 hari oleh Yoshi. Dengan penuh rasa bahagia ia ingin segera bertemu dengan sang pujaan hati.

Namun, setiap dia bertanya mengenai keberadaan Naya, semua pihak rumah sakit hanya diam dan tidak ada yang mengetahui keberadaan suster manis itu.

Hal tersebut membuat Arya tak tenang, karena seluruh pihak di rumah sakit ini bungkam. Ia memutuskan untuk bertanya langsung dengan pimpinan yang sangat berkuasa di sini, siapa lagi kalau bukan Yoshi Tanaka.

Arya dengan penuh kehormatan masuk ke ruang kerja pria yang memiliki tatapan tajam. Seperti tak menyukai kehadiran pria yang dianggapnya sebagai penyebab segalanya terjadi.

“Apa yang ingin kamu bicarakan dengan saya, Dokter Arya?”

“Saya hanya ingin mengetahui keberadaan Suster Naya, Pak Yoshi.”

Benar saya seperti dugaannya, Yoshi menaikkan alis kirinya. Dengan cepat ia berkata, “Suster Naya kabur entah ke mana. Dia wanita yang tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya di sini.”

“Tapi setahu saya, ia bukan wanita seperti itu, Pak Yoshi.”

“Itu hanya setahumu, lagipula kalian belum tinggal serumah kan? Mana tahu sifat asli seseorang,” celetuk Yoshi sembari menendang pandangannya ke samping.

Perkataan itu menjadi jawaban, bahwasanya Arya tak bisa lagi menembus tembok yang mereka sembunyikan. Semua pihak di sini seperti menyembunyikan sesuatu. Hati pria ini begitu hancur, kesal, khawatir, cemas, semuanya bercampur menjadi satu.

Sudah hampir tiga tahun Arya tak menemukan sama sekali kabar dari Naya. Sempat terlintas dalam benaknya, wanita yang sangat ia cintai itu benar-benar kabur bersama pria lain. Tapi perkiraan itu ia tepis.

Selama itu ia tak kunjung lelah ingin mendapatkan kabar dari Naya. Pada suatu ketika, saat menghadiri meeting bersama Yoshi, ia tak sengaja mengecek kamera yang dibawa atasannya itu.

Manik matanya melotot, ia menutup mulutnya dan menangis melihat rekaman keji tersebut. Tentu saja Arya memberontak kepada Yoshi terhadap apa yang dia lihat.

Tak terima, pada malam hari ketika Arya pulang dari tempat kerja. Rem mobilnya blong, sehingga ia mengalami tabrakan beruntun yang mengakibatkan nyawanya hilang di tempat.

Kepergian sang kakak membuat Arka hancur. Arya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki. Beberapa tahun ia mengumpulkan bukti dan memutuskan untuk menjadi dokter di rumah sakit ini.

Fokusnya hanya ingin menjebloskan pimpinan atas di rumah sakit ini terkait segala hal yang telah ia lakukan dulu.

Disamping itu, saat Arka sudah masuk ke rumah sakit ini. Ia membuat identitas baru, agar Yoshi tak mengenalnya sebagai adik laki-laki dari pria yang sangat dibencinya dikala itu.

Arka pun sangat heran, banyaknya desas-desus mengenai ada kejadian kelam pada 10 tahun lalu. Ia mendengar banyak pernyataan yang mengatakan bahwasanya seorang dokter menyuruh rekan-rekannya memperkosa kekasihnya. Lalu sang kekasih tertimpa meja besi, dan kini wanita itu bergentayangan menjadi urban legend di rumah sakit ini.

Berita itu adalah pembodohan yang menurut Arka tak benar. Tentu saja, rumor itu dibuat oleh pemimpin rumah sakit ini, agar dirinya tak dicurigai. Arya hanya menjadi kambing hitam. Tak terima kakaknya mendapatkan nasib yang tragis. Kekasihnya sudah dilecehkan, lalu rem mobilnya dibuat blong, sehingga ia meninggal. Kini setelah kematiannya, ia dirumorkan secara tak wajar. Membuat nama Arya semakin kotor.

Bahkan hal itu masuk di indra pendengaran Suster Luna, yang mengaku sebagai adik dari Suster Naya. Makanya Luna begitu membenci Arya, beserta sang adik!

Luna masih menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Ia tak menyangka ternyata begini kisah sebenarnya.

Yoshi benar-benar biadab!

“Saya juga sama seperti Anda, Dokter Arka. Yang ingin mengembalikan hak atas kematian kakak perempuan saya. Saya dibesarkan di panti asuhan bersama Kak Naya. Kak Naya adalah sosok wanita yang sangat saya kagumi. Tidak hanya cantik, ia begitu baik dan sangat pintar. Maka dari itu ia mendapatkan beasiswa sekolah keperawatan dan menjadi salah satu suster terbaik di rumah sakit ini. Ketika mendengar Kak Naya tak ada kabar sama sekali, saya memutuskan untuk bersekolah di mana Kak Naya mengenyam pendidikan dan menerobos tembok rumah sakit ini agar saya bisa lebih tahu bagaimana Kak Naya bekerja di sini. Dan parahnya saya mendengar desas-desus yang terjadi di rumah sakit ini. Saya yakin suster yang dimaksud adalah kakak saya, Naya. Saya mencari informasi mengenai siapa itu Dokter Arya, dan nyatanya saya mendapatkan sebuah fakta bahwa Anda lah adik dari dokter yang digadang melakukan tindakan keji terhadap Kak Naya. Saya hanya fokus ingin memberikan Anda pelajaran dan menuntun keadilan terhadap kematian kakak yang saya kasihi itu. Tapi nyatanya saya salah.”

Hah!

Arka menghembuskan napas berat, ia mengusap wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya secara cepat. ‘Semua ini gara-gara Yoshi Tanaka, pria licik yang memiliki obsesi mengerikan terhadap Suster Naya!’

“Kalau begitu. Ayo kita sama-sama mengembalikan hak kakak-kakak kita yang telah diperlakukan secara sadis oleh pimpinan rumah sakit ini, YOSHI TANAKA!”

Manik mata Luna begitu tajam, terlihat pancaran yang penuh akan semangat ingin mengembalikan hak berprikemanusiaan terhadap kakak perempuannya itu.

Bersambung.