Alana gadis berusia 23 tahun harus merasakan patah hati yang begitu dalam.Tepat pada tahun ke 3 jadian bersama sang tunangan, pria itu malah melakukan hal tak senonoh di apartemennya sendiri bersama wanita lain. Emosi Alana membeludak, sehingga ia mengalami tabrak lari.
Di sebuah rumah sakit tua yang bernama Lokapala, Alana malah mendapatkan petaka yang luar b...Read More >>"> The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO) (11. Pertengkaran Manusia dan Hantu Gentayangan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Hospital Lokapala (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Wajahnya merekah, dari sorot mata sosok itu sangat terendam dendam yang sangat mengerikan. Alana yang seketika mematung dengan mulut mengaga membuat dokter yang sedang mendorong kursi rodanya pun terkejut.

 

“Mbak Alana, Anda mendengarkan saya? Mbak, tolong jawab pertanyaan saya?” tanya Dokter Arka dengan menyentuh dan menggoyangkan sedikit bahu pasiennya itu.

 

Masih belum tergubris, Alana seperti dihipnotis aura negatif dari sosok tersebut. Sosok yang penuh akan dendam ketika ia menjadi manusia. Kematian yang tidak ia terima sama sekali, takdir yang tidak ia inginkan. Membuat sosok ini ingin membalaskan apa yang dirasakannya kini.

 

Poci, masih berada dekat di samping sahabat manusianya. Ia mengemukakan pendapat, sembari menyondongkan tubuhnya dan berbicara di dekat indra pendengar sahabatnya tersebut.

 

“Alana, apa kamu melihat dendam di sorot mata sosok menyeramkan itu?”

 

Mulut wanita ini begitu kaku, ia tak mampu untuk melontarkan apa yang dipikirkannya saat ini. Namun, telepati melalui pikiran yang ia paparkan kepada Poci dapat dicerna.

 

‘Poci, aku takut dengan sosok itu. Kenapa dia menatapku dengan sangat tajam? Sangat mengerikan dan ia sepertinya memiliki dendam yang membara.’ Banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan kepada sahabat pocongnya tersebut, tapi kini pernapasan Alana semakin tidak beraturan.

 

Ilusi itu pun buyar, Alana kini sedang mengatur napas dengan menekan dadanya menggunakan tangan kanannya.

 

Ia melihat ekspresi dokter sebagai penanggung jawabnya itu sangat khawatir dengan keadaan pasiennya.

 

“Mbak Alana, apakah sekarang Anda sudah bisa mendengarkan saya?”

 

Alana hanya mengangguk dan menerka, situasi rumah sakit yang semakin sepi ini. Setelah itu ia melirik sahabatnya yang ada di samping kanan. Namun Poci hanya menggeleng, mengartikan bila Alana tak usah berbicara saat ini.

 

Sampainya di ruangan, Gips yang masih terpasang di kaki kanannya pun dilepas. Dokter Arka meminta izin untuk keluar beberapa menit, karena ia ingin mengambil sesuatu.

 

Tibalah Alana yang sejak tadi tak sabar ingin menanyakan sesuatu kepada Poci, mengeluarkan unek-uneknya.

 

“Poci, astaga ... aku pikir apa yang kulihat tadi hanyalah mimpi belaka. Syok berat, sungguh! Apakah benar sosok tadi adalah sosok yang baru saya meninggal? Dan benarkah cerita Dokter Arka mengenai dia ditemukan tewas tenggelam di dasar Laut Biru?” Suara Alana sudah tak teratur, sedikit gemetar dan dipercepat. Ia hanya ingin mendapatkan jawaban dari Poci.

 

Sosok yang tergulung oleh kain kafan itu hanya menganggukkan kepala, dengan mata yang sedang memikirkan sesuatu.

 

Merasakan hal itu, Alana kembali bertanya, “Ci, apa yang kamu pikirkan? Apakah kamu juga berpendapat denganku, jika sosok itu tidaklah nyata?”

 

“Tidak! Ia adalah sosok nyata yang kedua kali aku lihat. Sosok wanita yang memiliki dendam merekah kepada manusia. Sosok yang memiliki aura begitu gelap karena ia tak ikhlas dengan kematiannya seperti itu, sungguh sadis. Masih ada hal yang ingin ia lakukan di dunia ini. Dan sejujurnya aku tidak mau bertemu dengan tipe-tipe arwah gentayangan seperti itu.”

 

Jika tangan Poci seperti manusia normal, mungkin kini gayanya sedang mengerutkan dahi sembari tangan kanan menutupi mulut seperti berpikir keras, yang sedang memikirkan perusahaan yang memiliki banyak hutang piutang. Namun malang, ia hanyalah sosok remahan yang ingin meluruskan jika hantu itu tak semua jahat dan menakutkan.

 

Ia adalah hantu gentayangan yang hanya ingin mencari jawaban atas kematian yang tidak ia ketahui sama sekali.

 

Alana menatap lurus ke arah Poci, ia menerka semua yang dilontarkan sahabatnya itu, baru saja ingin menanyakan lebih lanjut, tapi sahabatnya kembali berucap.

 

“Na, apakah kamu tahu ternyata sosok wanita itu sangat menyeramkan. Dendamnya sangat tajam dan mengerikan dibanding sosok pria. Apalagi ia sudah menjadi arwah gentayangan, pasti ia akan selalu meneror semua orang yang diyakini menyakiti dirinya di saat ia menjadi manusia. Aku merasakan aura yang sangat besar, tapi lebih besar dengan apa yang kulihat pertama.”

 

Alana terdiam, dibenaknya masih menyerap apa yang dikatakan Poci.

 

“Aku malah penasaran, kenapa mereka terbunuh begitu sadis seperti itu sehingga mereka memiliki dendam yang begitu mengerikan,” lanjut Poci.

 

Baru kali ini Alana mendapatkan kesempatan untuk bertanya sepuasnya, “Poci, berikan beberapa aku kesempatan untuk menanyakan suatu hal terkait ini. Yang pertama siapa yang kamu lihat selain sosok yang kita lihat tadi memiliki dendam merekah? Dan yang kedua, kenapa kamu yakin mereka terbunuh, bisa saya mereka bunuh diri.”

 

Poci menoleh dengan melototkan matanya, hal ini sontak membuat Alana berteriak karena bagi wanita cantik ini ekspresi sahabatnya sangat menakutkan dan membuat ia terkejut.

 

“Kenapa kamu teriak Alana?” Poci pura-pura tak tahu apa yang sudah ia lakukan tadi kepada sahabatnya.

 

“Alah, kamu hanya pura-pura terlihat tak melakukan kesalahan. Ekspresi wajahmu sangat menakutkan Poci, tolong jangan berlagak seperti hantu begitu!” kesal Alana dengan membuang mukanya sembari mengkerutkan dahi.

 

Berbicara seperti itu membuat Poci menjawab dengan wajah yang sama-sama masam. “Na, apa kamu lupa aku ini juga sosok hantu gentayangan. Hanya saja auraku dengan aura mereka berbeda.”

 

Hah!

 

Jika tidak berdebat mengenai hal kecil bukan Alana dan Poci namanya, persahabatan antara seorang manusia dan sosok hantu gentayangan.

 

Karena merasa mengatakan hal salah, Alana pun meminta maaf kepada Poci. Ia merasa ucapannya salah mengatakan Poci jangan seperti sosok hantu, padahal sahabatnya itu adalah hantu yang getayangan juga.

 

“Iya ... iya, maafkan ucapanku yang salah.”

 

“Permintamaafanmu seperti tidak tulus, aku tidak secara langsung memaafkanmu!” ketus Poci yang tak terima ucapan permintamaafan sahabatnya itu.

 

Alana menyilangkan kedua tangannya, dan menatap tajam sahabatnya yang kini ada di depannya itu. “Aku sempat berpikir, jika sosok seperti mu ketika menjadi manusia dulu kayak apa ya? Apakah mungkin kamu seorang pria yang begitu menyebalkan?”

 

Tatapan sinis Poci seperti mengartikan jika ia tak seperti itu. Ia juga meyakini ketika dulu ia menjadi manusia, ia adalah pria yang bisa dikatakan hampir sempurna dan memiliki sifat empati yang begitu tinggi terhadap sesama, apalagi dengan wanita yang dia cintai.

 

“Atau mungkin kamu tidak memiliki kekasih karena sikapmu seperti ini. Mana mungkin ada wanita yang akan jatuh cinta dengan pria sepertimu ini, begitu ketus!” lontar Alana. Ia sebenarnya tak ingin membuat perkara, tetapi setiap kali mendapatkan sikap pria yang menyebalkan ingin rasanya ia meluapkan emosi. Yah, itu tidak lain karena bayang-bayang dengan kekasihnya dulu masih terngiang sampai detik ini.

 

Tidak menyadari, ternyata Dokter Arka sudah sejak tadi berdiri dan menelaah apa yang sedang diucapkan oleh wanita yang menjadi pasiennya itu.

 

Dokter Arka sedang memegangi beberapa peralatan, dengan wajah yang kaku melihat Alana heran. “Mbak Alana sedang berbicara dengan siapa?”

 

Bersambung.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Meteor Lyrid
367      273     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
Buku Harian
665      415     1     
True Story
Kenapa setiap awal harus ada akhir? Begitu pula dengan kisah hidup. Setiap kisah memiliki awal dan akhir yang berbeda pada setiap manusia. Ada yang berakhir manis, ada pula yang berakhir tragis. Lalu bagaimanakah dengan kisah ini?
Peri Untuk Ale
3990      1960     1     
Romance
Semakin nyaman rumah lo semakin lo paham kalau tempat terbaik itu pulang
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
6883      1596     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
Warisan Kekasih
737      505     0     
Romance
Tiga hari sebelum pertunangannya berlangsung, kekasih Aurora memutuskan membatalkan karena tidak bisa mengikuti keyakinan Aurora. Naufal kekasih sahabat Aurora mewariskan kekasihnya kepadanya karena hubungan mereka tidak direstui sebab Naufal bukan seorang Abdinegara atau PNS. Apakah pertunangan Aurora dan Naufal berakhir pada pernikahan atau seperti banyak dicerita fiksi berakhir menjadi pertu...
Ayugesa: Kekuatan Perempuan Bukan Hanya Kecantikannya
7224      2164     204     
Romance
Nama adalah doa Terkadang ia meminta pembelajaran seumur hidup untuk mengabulkannya Seperti yang dialami Ayugesa Ada dua fase besar dalam kehidupannya menjadi Ayu dan menjadi Gesa Saat ia ingin dipanggil dengan nama Gesa untuk menonjolkan ketangguhannya justru hariharinya lebih banyak dipengaruhi oleh keayuannya Ketika mulai menapaki jalan sebagai Ayu Ayugesa justru terus ditempa untuk membu...
Mari Collab tanpa Jatuh Hati
2925      1365     2     
Romance
Saat seluruh kegiatan terbatas karena adanya virus yang menyebar bernama Covid-19, dari situlah ide-ide kreatif muncul ke permukaan. Ini sebenarnya kisah dua kubu pertemanan yang menjalin hubungan bisnis, namun terjebak dalam sebuah rasa yang dimunculkan oleh hati. Lalu, mampukah mereka tetap mempertahankan ikatan kolaborasi mereka? Ataukah justru lebih mementingkan percintaan?
Singlelillah
1306      623     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Kutunggu Kau di Umur 27
3564      1631     2     
Romance
"Nanti kalau kamu udah umur 27 dan nggak tahu mau nikah sama siapa. Hubungi aku, ya.” Pesan Irish ketika berumur dua puluh dua tahun. “Udah siap buat nikah? Sekarang aku udah 27 tahun nih!” Notifikasi DM instagram Irish dari Aksara ketika berumur dua puluh tujuh tahun. Irish harus menepati janjinya, bukan? Tapi bagaimana jika sebenarnya Irish tidak pernah berharap menikah dengan Aks...
Story Of Chayra
9497      2682     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...