MUSA
Semak-semak rimbun,
Melambai-lambaikan dahan-dahan serta dedaunannya,
Kuku-kupu terbang kian kemari,
Mencari bunga-bunga yang wanginya semerbak keliling,
Popoh-pohon gandum melambai-lambai ditembus angin,
Bunga di padang rumput seperti permadani,
Berwarna-warni disinari matahari,
Di atas dunia yang indah permai,
Yang seakan-akan tertawa girang,
Matahari memancarkan sinarnya yang ke emas-emasan,
Cretio Ex-Nihilo!
“Inilah namaKu, Aku ada yang aku Ada”
Yahwe, yang Setia!
Apakah suara yang mendesir itu?
Musa menyanyikan sebuah lagu:
“Aku memuji Tuhan, karena Mulia-Nya,
Kuda dan pengendaranya dijatuhkan-Nya ke dalam Laut!”
Rebana dipukulnya,
Nyanyian menjadi gemuruh sorak,
Lagu bercampur airmata,
Lagu-lagu bahagia,
Yang bergema di atas air ...
“Patutkah airmatamu meluap keluar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?”
“Hati yang gembira memuat muka berseri-seri,
tetapi kepedihan mematahkan semangat,
Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas,
Supaya ia menjahui dunia orang mati di bawah”
(Amsal 15:13, 24)