MENATAP DAN BERBAGI
Adalah seorang pendeta dengan pakaian lusuh,
Menelusuri lorong-lorong kota demi kota,
Manakala berbaur dengan pengemis dan pencopet,
Maka, larutlah ia di dalamnya,
dan sama seperti mereka adanya.
Lonceng gereja berdentang usai,
Manakala ia berdiri di muka gereja, menunggu!
Tiada satu pun umat ada yang menyapanya,
Kemudian,
ditelusurinya lorong-lorong gelap pengap.
Di sanalah,
Sesungguhnya, pengemis, pencopet bertempat,
Dan,
Dari antara mereka, ada sapaan lembut:
“Kawanku, kemarilah minum bersama kami,
lalu ditawarinya akan sisa roti yang terakhir padanya”
Siapakah mengerti nilai sepotong roti,
Siapakah memahami arti sebuah hati,
Ataukah sekedar penutup tubuh adanya,
Panggilan, bukanlah untuk berpaling,
Melakukan, bukanlah untuk tanpa perbuatan,
Melainkan untuk menatap dan berbagi kasih.
“Sesungguhnya,
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk seorang saudara-Ku yang paling hina ini,
kamu telah melakukannya untuk Aku”