JANGAN TUMBUH AKAR YANG PAHIT
Dalam suara detak tetes hujan,
Dalam desau angin berhembus,
Dalam riak ombak pantai pesisir,
Dalam bisikan suara binatang malam,
Dalam kerinduan kepada sahabat terkucil,
Tapi toh?
Sering dan acapkali tenggelam,
Lenyap dalam temaram,
Oleh bising dunia sekitar.
Bertindaklah lembut dan penuh pengharapan,
Melindungi semua yang kita kasihi,
Kekudusan serta hidup damai,
Hanya bagian-bagian dari sepotong kain yang sama,
Namun hubungan yang benar hanyalah dengan Allah,
Tak mungkin terpisahkan hubungan di sekitar kita.
Inilah tanda kasih nan luar biasa.
Mendalam dan saling mengasihi,
Dalam perlombaan iman,
Dalam doa bersama lilin-lilin kecil,
Dalam merampungkan sisa hari-hari kita.
Agar jangan tumbuh akar pahit.
“Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh,
dan api yang menyala-nyala,
kepada kekelaman, kegelapan, dan angin badai”
Kau tidak sendirian Papua!
“Duhai, lembutnya lumut cendawan ketiduran,
dalam tinggal tenang dan percaya,
terletak kekuatanmu,
Berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia”